Analisis Puisi:
Puisi "Pemakan Iman" memiliki tema tentang benturan antara kepercayaan, kesakralan, dan kefanaan manusia. Tema ini berputar pada persoalan iman yang digugat oleh realitas: antara doa, kematian, dan keputusasaan di hadapan nasib.
Puisi ini bercerita tentang peristiwa seusai hujan di mana penyair menggambarkan suasana mistis: wangi sesajen, kepala manusia yang teronggok, doa yang bertabrakan dengan kenyataan, serta anak-anak yang tenggelam di tepi pantai. Gambaran tersebut melahirkan pertanyaan eksistensial: benarkah ini pemakaman iman?
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kerapuhan iman ketika dihadapkan pada tragedi dan kenyataan pahit. Doa yang diucapkan manusia tampak rapuh, sebab kenyataan tragis—kematian anak-anak—tetap terjadi. Penyair menyiratkan bahwa keimanan seringkali diguncang oleh peristiwa-peristiwa tragis yang sulit dipahami logika manusia, sehingga muncul perasaan tercengang dan terguncang.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini terasa mencekam, muram, dan penuh kegelisahan batin. Dari awal digambarkan suasana mistis seusai hujan, kemudian berubah menjadi suram dengan kematian, hingga akhirnya berakhir pada rasa tercengang dan kebisuan iman.
Amanat / pesan yang disampaikan puisi
Pesan yang dapat ditangkap adalah bahwa iman adalah sesuatu yang terus diuji, terutama ketika manusia berhadapan dengan tragedi kehidupan. Kematian, penderitaan, dan kehilangan menjadi pengingat bahwa iman tidak hanya berhenti pada doa, melainkan harus mampu bertahan meski realitas menyakitkan menimpa.
Imaji
Puisi ini kuat dengan imaji visual dan spiritual. Misalnya:
- “Sepenggal kepala teronggok, manusia / melawan debur ombak dalam lapal doa” — menghadirkan gambaran visual yang suram dan simbolik.
- “Ada anak kecil berenang di tepiannya / doa terhenti dan anak-anak tenggelam” — imaji tragis yang menyentuh emosi pembaca.
- “Kalimat-kalimat Tuhan mengiringi kematiannya” — imaji spiritual yang memberi kesan sakral sekaligus menimbulkan kegelisahan.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini antara lain:
- Majas personifikasi, misalnya “awan binasa” yang memberi sifat hidup pada awan.
- Majas metafora, pada ungkapan “pemakaman iman” sebagai simbol keruntuhan keyakinan.
- Majas hiperbola, saat penggambaran suasana tragis dipertegas dengan imaji kematian dan tenggelamnya anak-anak.
Puisi "Pemakan Iman" karya Muhammad Rois Rinaldi menghadirkan renungan mendalam tentang rapuhnya iman di hadapan kenyataan tragis. Dengan suasana yang muram, imaji yang kuat, dan bahasa penuh simbol, puisi ini tidak hanya menggambarkan sebuah peristiwa, tetapi juga mengajukan pertanyaan eksistensial tentang hubungan manusia dengan Tuhan ketika doa tidak mampu menahan kenyataan pahit. Pada akhirnya, puisi ini mengingatkan pembaca bahwa iman adalah ujian yang senantiasa hadir, terutama dalam momen-momen paling kelam dalam hidup.
Puisi: Pemakan Iman
Karya: Muhammad Rois Rinaldi
Biodata Muhammad Rois Rinaldi:
- Muhammad Rois Rinaldi lahir pada tanggal 8 Mei 1988 di Banten, Indonesia.
