Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tembang Malam (Karya M. Nurgani Asyik)

Puisi "Tembang Malam" karya M. Nurgani Asyik bercerita tentang seorang tokoh lirik yang larut dalam kesepian malam, mengenang sesuatu yang hilang, ...
Tembang Malam
(Purwerejo)
Kepada Penyair Soekoso DM

Jangan sesali sepi pertama memasuki
di jalan paling tengah, angkuh sekali
ringin kurung kiri kanan
tapi gemetar membaca gurat di balik tangan
(ada yang terlupakan selain taman kota
dan kemerisik sukma
siapa berlagu di sela dawai biola
hampir hilang sayup)

Dimana kau yang sudah lama kutunggu
di bangku pinggir alun-alun
sementara di seberang jalan ada yang mengungkit
nostalgia

Memang nyaris tanpa apapun
tapi tak mesti menjadi musabab
untuk kecewa sepanjang dinihari.

Purwerejo, 1990

Analisis Puisi:

Puisi "Tembang Malam" karya M. Nurgani Asyik merupakan karya yang sarat nuansa lirih, sepi, dan reflektif. Melalui perpaduan imaji kota, suasana malam, serta kegelisahan batin, penyair menghadirkan potret perasaan yang terjebak antara kenangan dan penantian. Bahasa yang digunakan penuh metafora, sehingga menghadirkan lapisan makna yang kaya bagi pembaca.

Tema

Tema puisi ini adalah kesepian, penantian, dan nostalgia. Penyair menggambarkan suasana malam dengan atmosfer kota yang tenang, namun di baliknya tersimpan rasa kehilangan dan kerinduan yang tidak terpenuhi.

Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh lirik yang larut dalam kesepian malam, mengenang sesuatu yang hilang, dan menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Dalam suasana alun-alun kota, ia dihadapkan pada memori masa lalu, kenangan yang membayang, serta perasaan kosong yang sulit dihindari.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah hidup sering kali menyisakan kesepian dan penantian yang tak berujung. Walaupun ada kenangan yang indah di masa lalu, manusia harus tetap melangkah tanpa terjebak dalam rasa kecewa. Penyair seolah ingin menyampaikan bahwa sepi dan kehilangan adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus diterima.

Suasana dalam puisi

Suasana yang ditampilkan dalam puisi ini adalah lirih, hening, dan melankolis. Terdapat rasa getir ketika tokoh lirik berhadapan dengan alun-alun, bangku kosong, serta bayangan seseorang yang tak lagi hadir.

Amanat / pesan yang disampaikan puisi

Pesan yang dapat ditangkap adalah bahwa kesepian tidak seharusnya membuat seseorang tenggelam dalam kekecewaan. Kehidupan berjalan terus, dan kenangan hanyalah bagian dari perjalanan batin manusia. Puisi ini mengajarkan agar manusia tidak larut dalam nostalgia, melainkan menerima kenyataan dengan hati yang lapang.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji yang menghidupkan suasana malam:
  • Imaji visual: “ringin kurung kiri kanan”, “bangku pinggir alun-alun”, dan “seberang jalan ada yang mengungkit nostalgia” menghadirkan gambaran nyata suasana kota.
  • Imaji auditif: “kemerisik sukma”, “dawai biola hampir hilang sayup” menghadirkan kesan bunyi yang samar, menambah kesyahduan.
  • Imaji perasaan: nuansa kerinduan dan penantian terasa kuat saat tokoh lirik menunggu “kau yang sudah lama kutunggu”.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Majas personifikasi – “kemerisik sukma” dan “siapa berlagu di sela dawai biola” memberi kesan seakan suasana malam memiliki jiwa.
  • Majas metafora – “gurat di balik tangan” sebagai simbol nasib atau takdir.
  • Majas hiperbola – penekanan rasa kecewa yang bisa berlangsung “sepanjang dinihari”.
Puisi "Tembang Malam" karya M. Nurgani Asyik merupakan refleksi batin tentang kesepian, penantian, dan kerinduan yang tak tersampaikan. Dengan imaji malam kota, bunyi biola, dan bangku kosong di alun-alun, penyair menegaskan bagaimana manusia sering terjebak dalam nostalgia. Namun, dari puisi ini pula kita bisa menangkap pesan bahwa kekecewaan tidak seharusnya menguasai seluruh hidup, sebab sepi hanyalah bagian dari perjalanan yang harus diterima.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Tembang Malam
Karya: M. Nurgani Asyik
© Sepenuhnya. All rights reserved.