Analisis Puisi:
Puisi "Tembang Malam" karya M. Nurgani Asyik merupakan karya yang sarat nuansa lirih, sepi, dan reflektif. Melalui perpaduan imaji kota, suasana malam, serta kegelisahan batin, penyair menghadirkan potret perasaan yang terjebak antara kenangan dan penantian. Bahasa yang digunakan penuh metafora, sehingga menghadirkan lapisan makna yang kaya bagi pembaca.
Tema
Tema puisi ini adalah kesepian, penantian, dan nostalgia. Penyair menggambarkan suasana malam dengan atmosfer kota yang tenang, namun di baliknya tersimpan rasa kehilangan dan kerinduan yang tidak terpenuhi.
Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh lirik yang larut dalam kesepian malam, mengenang sesuatu yang hilang, dan menunggu seseorang yang tak kunjung datang. Dalam suasana alun-alun kota, ia dihadapkan pada memori masa lalu, kenangan yang membayang, serta perasaan kosong yang sulit dihindari.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah hidup sering kali menyisakan kesepian dan penantian yang tak berujung. Walaupun ada kenangan yang indah di masa lalu, manusia harus tetap melangkah tanpa terjebak dalam rasa kecewa. Penyair seolah ingin menyampaikan bahwa sepi dan kehilangan adalah bagian dari perjalanan hidup yang harus diterima.
Suasana dalam puisi
Suasana yang ditampilkan dalam puisi ini adalah lirih, hening, dan melankolis. Terdapat rasa getir ketika tokoh lirik berhadapan dengan alun-alun, bangku kosong, serta bayangan seseorang yang tak lagi hadir.
Amanat / pesan yang disampaikan puisi
Pesan yang dapat ditangkap adalah bahwa kesepian tidak seharusnya membuat seseorang tenggelam dalam kekecewaan. Kehidupan berjalan terus, dan kenangan hanyalah bagian dari perjalanan batin manusia. Puisi ini mengajarkan agar manusia tidak larut dalam nostalgia, melainkan menerima kenyataan dengan hati yang lapang.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji yang menghidupkan suasana malam:
- Imaji visual: “ringin kurung kiri kanan”, “bangku pinggir alun-alun”, dan “seberang jalan ada yang mengungkit nostalgia” menghadirkan gambaran nyata suasana kota.
- Imaji auditif: “kemerisik sukma”, “dawai biola hampir hilang sayup” menghadirkan kesan bunyi yang samar, menambah kesyahduan.
- Imaji perasaan: nuansa kerinduan dan penantian terasa kuat saat tokoh lirik menunggu “kau yang sudah lama kutunggu”.
Majas
Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
- Majas personifikasi – “kemerisik sukma” dan “siapa berlagu di sela dawai biola” memberi kesan seakan suasana malam memiliki jiwa.
- Majas metafora – “gurat di balik tangan” sebagai simbol nasib atau takdir.
- Majas hiperbola – penekanan rasa kecewa yang bisa berlangsung “sepanjang dinihari”.
Puisi "Tembang Malam" karya M. Nurgani Asyik merupakan refleksi batin tentang kesepian, penantian, dan kerinduan yang tak tersampaikan. Dengan imaji malam kota, bunyi biola, dan bangku kosong di alun-alun, penyair menegaskan bagaimana manusia sering terjebak dalam nostalgia. Namun, dari puisi ini pula kita bisa menangkap pesan bahwa kekecewaan tidak seharusnya menguasai seluruh hidup, sebab sepi hanyalah bagian dari perjalanan yang harus diterima.
Karya: M. Nurgani Asyik