Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Terbujur Lalu, Terbelintang Patah (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Terbujur Lalu, Terbelintang Patah" karya Esha Tegar Putra bercerita tentang perjalanan cinta dan hubungan antar manusia yang penuh dinamika: ..
Terbujur Lalu, Terbelintang Patah

ada juga di tengah, alu terbujur patah lima
seperti kuasa cinta yang tak terpendam oleh dada
seperti puisi, seperti penyair yang memendam kehilangannya

ada juga makin ke ujung, kayu dihanyut batang air
seperti ucapan, seperti kalimat yang maksudnya belum tertangkap
seperti perempuan, sperti lelaki yang beradu mata batinnya

ada juga di pangkal, usali niatmu dan niatku terikat benang
sepert layangan, atau sauh yang kian hari talinya kian melapuk
seolah putus, seolah kandas, ada yang makin jauh dihela angin

Gunuangpangilun, 2010

Analisis Puisi:

Puisi "Terbujur Lalu, Terbelintang Patah" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya yang padat metafora dan simbol, menyinggung persoalan cinta, kehilangan, dan hubungan manusia yang rapuh. Melalui perumpamaan benda-benda sederhana seperti alu, kayu, dan benang, penyair berhasil menghadirkan kedalaman makna yang menggugah pembaca.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kerapuhan cinta dan hubungan manusia. Penyair menghadirkan perasaan yang kompleks tentang cinta yang tidak tersampaikan, kehilangan, dan ikatan yang perlahan rapuh oleh waktu.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan cinta dan hubungan antar manusia yang penuh dinamika: ada cinta yang kuat tetapi tertahan, ada kata-kata yang gagal sampai pada maknanya, dan ada ikatan yang pada akhirnya lapuk dimakan waktu. Semua itu diibaratkan melalui benda-benda sehari-hari, sehingga terasa dekat dengan pengalaman manusia.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa cinta dan hubungan manusia tidak selamanya bertahan dalam keadaan yang utuh. Ada kalanya cinta dipendam hingga menimbulkan kehilangan, ada kalanya kata-kata gagal menjembatani hati, dan ada kalanya ikatan perlahan melemah hingga putus. Puisi ini mengajarkan bahwa kehidupan selalu bergerak dengan kerentanan, sehingga manusia perlu menerima kenyataan bahwa tidak semua yang diikat akan kekal.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tergambar dalam puisi ini adalah melankolis, reflektif, dan sarat perenungan. Pilihan diksi seperti “terbujur patah”, “belum tertangkap”, dan “tali kian melapuk” menghadirkan nuansa getir dan pasrah terhadap nasib.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang bisa ditarik dari puisi ini adalah bahwa cinta, hubungan, dan ikatan manusia harus dijaga dengan komunikasi dan kejujuran, karena jika dibiarkan begitu saja, waktu dapat melapukkannya. Selain itu, puisi ini juga mengingatkan bahwa kehilangan adalah bagian dari hidup yang harus diterima dengan lapang dada.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji yang konkret:
  • Imaji visual: “alu terbujur patah lima”, “kayu dihanyut batang air”, “tali kian melapuk” → menghadirkan gambaran nyata tentang benda-benda yang menjadi simbol keretakan hubungan.
  • Imaji perasaan: perasaan kehilangan, rapuh, dan getir terbangun melalui penggambaran sederhana yang penuh makna.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora – alu patah, kayu hanyut, dan benang melapuk dijadikan perumpamaan untuk cinta dan hubungan manusia.
  • Simile (perbandingan) – penggunaan kata “seperti” berulang kali, misalnya “seperti kuasa cinta”, “seperti ucapan”, “seperti layangan”.
  • Personifikasi – kayu, benang, dan benda-benda lainnya seolah memiliki perasaan atau mengalami proses layaknya manusia.
Puisi "Terbujur Lalu, Terbelintang Patah" karya Esha Tegar Putra adalah refleksi puitis tentang cinta dan hubungan manusia yang rapuh oleh waktu, kehilangan, dan kegagalan komunikasi. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, penyair menghadirkan simbol-simbol yang membekas dalam ingatan pembaca. Puisi ini menyampaikan pesan bahwa hidup adalah rangkaian keterikatan yang tidak selalu bisa dipertahankan, sehingga manusia harus siap menerima kenyataan yang ada.

Esha Tegar Putra
Puisi: Terbujur Lalu, Terbelintang Patah
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Esha Tegar Putra lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.