Analisis Puisi:
Puisi "Terlahir Tanpa Bapak dan Ibu" karya Herman RN adalah sebuah karya yang sarat makna, menghadirkan refleksi mendalam tentang peperangan yang digambarkan sebagai sesuatu yang lahir tanpa asal-usul jelas, tanpa kasih sayang, dan tanpa akar kemanusiaan. Melalui gaya bahasa simbolis, penyair membangun gambaran tentang perang yang hidup, tumbuh, dan mewarnai kehidupan manusia di berbagai tempat.
Tema
Tema utama puisi ini adalah peperangan sebagai entitas yang merusak kehidupan manusia. Puisi ini memperlihatkan bagaimana perang hadir, berkembang, dan menyebar tanpa mengenal batas ruang maupun waktu.
Puisi ini bercerita tentang peperangan yang diibaratkan sebagai makhluk atau entitas hidup. Ia tidak lahir dari cinta kasih, melainkan dari pertengkaran, penindasan, dan kekerasan. Sejak “kelahirannya,” perang mendunia, menjelma ke dalam kehidupan manusia, merambah rumah, desa, kota, hingga negara. Bahkan setelah senjata-senjata dihentikan, perang tetap mencari bentuk lain untuk terus ada.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa perang adalah ciptaan manusia, tetapi ketika ia lahir, ia tumbuh liar dan menelan kehidupan tanpa kendali. Puisi ini ingin mengatakan bahwa peperangan tidak pernah benar-benar berakhir, karena ia selalu mencari cara baru untuk hadir di tengah-tengah manusia, baik secara fisik maupun non-fisik, misalnya dalam bentuk konflik, pertikaian, atau penindasan.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang tergambar adalah kelam, getir, dan reflektif. Puisi ini menghadirkan nuansa pahit tentang kenyataan bahwa perang tidak hanya merusak secara fisik, tetapi juga menghantui batin manusia.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang bisa ditarik dari puisi ini adalah bahwa perang adalah musuh bersama umat manusia. Ia tidak memiliki orang tua, tidak memiliki kasih sayang, dan tidak pernah membawa kebahagiaan. Karena itu, manusia seharusnya berusaha menghapus perang dari kehidupan dengan menegakkan perdamaian, persaudaraan, dan keadilan.
Imaji
Puisi ini menyuguhkan beberapa imaji yang kuat:
- Imaji visual: “senjata dikubur, panah dibusur, keris dan rencong dilebur” → gambaran konkret tentang usaha manusia mengakhiri perang.
- Imaji perasaan: rasa takut, getir, dan kesadaran bahwa perang masih terus menghantui meskipun sudah berusaha dihapuskan.
- Imaji eksistensial: peperangan yang digambarkan seperti manusia, “lahir, besar, mendunia,” seolah benar-benar makhluk hidup.
Majas
Beberapa majas yang hadir dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – peperangan digambarkan sebagai makhluk yang “lahir tanpa bapak dan ibu.”
- Personifikasi – perang seolah dapat “besar dan mendunia,” “ditimang,” dan “mencari di ujung sana.”
- Repetisi – pengulangan kata “aku” untuk menegaskan identitas perang sebagai subjek utama.
- Simbolisme – senjata tradisional seperti keris, rencong, panah melambangkan sejarah panjang peperangan manusia.
Puisi "Terlahir Tanpa Bapak dan Ibu" karya Herman RN adalah refleksi mendalam tentang perang yang tidak memiliki akar kemanusiaan, lahir dari kebencian dan penindasan, lalu menyebar dan menghancurkan kehidupan manusia. Melalui simbol, imaji, dan majas yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kembali arti perdamaian dan pentingnya menghentikan siklus peperangan yang tidak pernah benar-benar usai.
Puisi: Terlahir Tanpa Bapak dan Ibu
Karya: Herman RN
Karya: Herman RN
Biodata Herman RN:
- Herman RN lahir pada tanggal 20 April 1983 di Kluet, Aceh Selatan.
