Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Angin Sudah Lama Terhenti (Karya Slamet Sukirnanto)

Puisi "Angin Sudah Lama Terhenti" karya Slamet Sukirnanto bercerita tentang suasana yang berhenti seketika: angin yang tak lagi berembus, gerbong ...
Angin Sudah Lama Terhenti

Angin sudah lama terhenti
Derak gerbong-gerbong lenyap
Peluit kecil. Di kejauhan
Mencakar-cakar langit.
Percakapan terhenti
Pasangan-pasangan pergi
Debu-debu berteduh di kaki

1971

Sumber: Catatan Suasana (1982)

Analisis Puisi:

Puisi "Angin Sudah Lama Terhenti" karya Slamet Sukirnanto menghadirkan kesan sederhana namun menyimpan kedalaman makna. Dengan bahasa yang singkat, padat, dan imajinatif, puisi ini seolah merekam potret kehidupan yang berhenti dalam sekejap, meninggalkan hening dan kesunyian.

Tema

Tema yang menonjol dalam puisi ini adalah kehampaan dan keheningan setelah sebuah pergerakan atau kehidupan yang ramai sebelumnya. Penyair menangkap transisi dari sesuatu yang bergerak menuju diam, dari yang riuh menjadi sepi.

Puisi ini bercerita tentang suasana yang berhenti seketika: angin yang tak lagi berembus, gerbong kereta yang tak lagi bergerak, percakapan yang mendadak usai, hingga pasangan-pasangan yang telah pergi. Semua itu melukiskan suatu kondisi jeda—seolah dunia berhenti dalam diam, meninggalkan debu-debu yang hanya bisa berteduh di kaki.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini dapat ditafsirkan sebagai penggambaran kefanaan kehidupan, bahwa segala sesuatu yang bergerak pada akhirnya akan berhenti. Riuh, percakapan, dan keramaian hanyalah sementara. Saat semuanya mereda, yang tertinggal hanyalah kesunyian dan sisa-sisa kehidupan yang sederhana. Bisa juga ditafsirkan sebagai simbol perpisahan, kepergian, atau bahkan kematian yang memutus segala hiruk pikuk dunia.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tercipta dalam puisi ini adalah sunyi, muram, dan melankolis. Gambaran angin yang berhenti, gerbong lenyap, hingga debu yang berteduh menambah nuansa murung yang kuat, seakan dunia ditinggalkan oleh denyut kehidupannya.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang bisa ditangkap dari puisi ini adalah kesadaran akan kefanaan kehidupan: bahwa segala hal yang hidup, bergerak, dan riuh suatu saat akan berhenti. Penyair seolah ingin menyampaikan bahwa dalam keheningan pun terdapat makna, dan manusia perlu menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang abadi.

Imaji

Imaji dalam puisi ini kuat dan sederhana.
  • Imaji pendengaran: “Derak gerbong-gerbong lenyap”, “peluit kecil mencakar-cakar langit” — menghadirkan kesan suara yang semakin redup.
  • Imaji penglihatan: “Percakapan terhenti”, “pasangan-pasangan pergi”, “debu-debu berteduh di kaki” — menghadirkan gambaran visual yang hening dan muram.
Imaji ini membantu pembaca membayangkan situasi nyata dari sebuah perhentian hidup.

Majas

Beberapa majas yang muncul antara lain:
  • Personifikasi: “Peluit kecil mencakar-cakar langit” memberikan sifat manusiawi pada peluit yang seakan menjerit keras ke angkasa.
  • Metafora: “Debu-debu berteduh di kaki” melambangkan sesuatu yang kecil, sisa-sisa kehidupan, yang hanya bisa diam dan mencari tempat teduh.
Puisi "Angin Sudah Lama Terhenti" karya Slamet Sukirnanto adalah refleksi tentang keheningan, kefanaan, dan jeda dalam kehidupan. Dengan bahasa yang singkat dan padat, penyair berhasil menyampaikan pesan yang dalam: bahwa semua riuh kehidupan pada akhirnya akan berhenti, meninggalkan kesunyian yang menjadi bagian tak terpisahkan dari perjalanan manusia.

Puisi Slamet Sukirnanto
Puisi: Angin Sudah Lama Terhenti
Karya: Slamet Sukirnanto

Biodata Slamet Sukirnanto:
  • Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
  • Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
  • Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.