Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bahasaku (Karya Mozasa)

Puisi “Bahasaku” karya Mozasa menyoroti pentingnya menjaga bahasa agar tetap hidup dan lestari.

Bahasaku

Aku menya’ir, aku bernalam,
mencurai kasih melimpah sayang,
berbisik sedih bersorai girang,
dengan bahasa seri pualam.

Aku bernyayi mengayun padi,
memikul bulir memberat emas,
aku menghimbau burung bebas,
dengan bahasa moyangku asli.

Bukan hina bahasaku kini,
tidak kaku ia bersenyum,
hebat-gembira ia menderum, 
tangkas-cekatan ia mencari.

O, saudara congkak mulia,
melonjak khidmat bahasa Sana
memuji tinggi bahasa orang
Mari sertaku ke taman indah,
membelai memupuk bahasa kita,
biar sukur megah menjulang.

Sumber: Poedjangga Baroe (Th. IV, No. 10, April 1937)

Analisis Puisi:

Puisi “Bahasaku” karya Mozasa adalah karya yang sarat dengan kecintaan terhadap bahasa, baik sebagai alat ekspresi pribadi maupun identitas budaya. Melalui bahasa puitis yang kaya imaji dan ritme, penyair menegaskan pentingnya mempertahankan dan menghargai bahasa sebagai warisan leluhur.

Tema

Tema utama puisi ini adalah cinta dan penghargaan terhadap bahasa. Bahasa digambarkan sebagai sarana menyalurkan perasaan, mengungkapkan ide, dan menghubungkan manusia dengan warisan budaya leluhur.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman penyair dalam mengekspresikan diri melalui bahasa. Ia menya’ir, bernyanyi, dan berkomunikasi dengan alam dan sesama, menekankan kekuatan bahasa yang asli dan kaya makna. Penyair juga menyoroti pentingnya menjaga bahasa agar tetap hidup dan lestari.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah ajakan untuk mencintai, melestarikan, dan menggunakan bahasa sendiri dengan bangga. Mozasa menekankan bahwa bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga identitas dan warisan budaya yang harus dihargai.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini ceria, bangga, dan penuh semangat. Penyair mengekspresikan kegembiraan dalam menulis, bernyanyi, dan menyapa alam dengan bahasa yang kaya makna. Ada kesan optimisme dan kekaguman terhadap keindahan bahasa sendiri.

Imaji

Beberapa imaji yang hadir dalam puisi ini antara lain:
  • “Aku bernyayi mengayun padi, memikul bulir memberat emas” – membangun citra pemandangan sawah yang hidup dan simbol kerja keras yang berharga.
  • “Bahasa seri pualam” – memunculkan citra bahasa yang mulia, indah, dan bernilai tinggi.
  • “Bersorai girang, dengan bahasa moyangku asli” – menghadirkan imaji ekspresi kebahagiaan melalui bahasa leluhur.

Majas

Puisi ini menggunakan beberapa majas:
  • Metafora, seperti “bahasa seri pualam” untuk menggambarkan bahasa sebagai sesuatu yang berharga dan mulia.
  • Personifikasi, misalnya bahasa yang “bersenyum” dan “menderum”, memberikan kesan bahasa hidup dan dinamis.
  • Hiperbola, untuk menekankan kehebatan dan kegembiraan bahasa dalam menyampaikan perasaan dan pesan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan puisi ini adalah pentingnya mencintai, merawat, dan memanfaatkan bahasa sendiri. Mozasa mendorong pembaca untuk bangga terhadap bahasa leluhur, memeliharanya, dan menjadikannya sarana untuk mengekspresikan identitas, kebudayaan, serta kasih sayang terhadap sesama.

Puisi “Bahasaku” adalah puisi yang memuliakan bahasa sebagai identitas dan alat ekspresi, sekaligus mengajak pembaca untuk menyadari nilai budaya yang terkandung di dalamnya.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Bahasaku
Karya: Mozasa

Biodata Mozasa:
  • Mozasa (singkatan dari Mohammad Zain Saidi) lahir pada tanggal 10 Oktober 1914 di desa Bogak, Asahan.
  • Mozasa meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 1988 (usia 74 tahun) di Medan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.