Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Balada Anak Perempuan Suto Kluthuk (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Balada Anak Perempuan Suto Kluthuk" karya Diah Hadaning bercerita tentang anak perempuan Suto Kluthuk, seorang tokoh yang lahir pada masa ...
Balada Anak Perempuan Suto Kluthuk

Anak perempuan Suta Kluthuk
anak musim yang tak minta dilahirkan
saat malam mengapung
dalam suara hantu wajah burung
pisau bambu kunyit empu
sayat plasenta ari-ari ya saudaranya
tangisnya menderu
keluh ibu tenggelam di pepau
dia anak zaman kembara jiwa
pembawa amanat penunggu gunung Utara.

Anak perempuan Suta Kluthuk
lama simpan luka dendam derita perang
timang ibu tak obati jiwa lapar
ibu bicara sendiri dengan bahasa tak dimengerti
genduk buatlah horizon runduk
dari suntingan priyayi berkuluk
ia meronta sembunyi di hutan obsesi
cintanya panduan tembang dan tari
siang malam digubahnya geguritan
angina utranya nafasku
air utara ya darahku
tanah utara ya dagingku
batu utara ya tulangku
bumi dan langit ibu bapakku 
jangan coba membunuhku
kutuk pada ujung lidahku.

Bogor, November 1996

Analisis Puisi:

Puisi "Balada Anak Perempuan Suto Kluthuk" karya Diah Hadaning menghadirkan sebuah narasi puitis yang sarat dengan simbolisme dan emosi mendalam. Dengan bahasa yang padat dan penuh imaji, puisi ini mampu membawa pembaca menyelami pengalaman hidup seorang tokoh perempuan yang lahir dalam kondisi sulit dan menghadapi berbagai konflik batin serta sosial.

Tema

Tema utama puisi ini berkisar pada perjuangan hidup, identitas, dan perlawanan terhadap penindasan. Diah Hadaning menggambarkan seorang anak perempuan yang lahir tidak atas kehendaknya sendiri, menjadi simbol ketidakadilan dan penderitaan yang diwariskan dari generasi sebelumnya. Tema ini juga menyoroti hubungan manusia dengan alam dan leluhur, serta proses pencarian jati diri di tengah luka dan derita.

Puisi ini bercerita tentang anak perempuan Suto Kluthuk, seorang tokoh yang lahir pada masa yang penuh penderitaan dan kekerasan. Sejak lahir, ia menghadapi kondisi kehidupan yang keras: tangisnya menjadi ekspresi luka dan penderitaan yang belum terselesaikan, sementara ibunya sendiri tampak terjebak dalam bahasa dan tradisi yang sulit dipahami. Anak perempuan ini kemudian tumbuh menjadi sosok yang memiliki kesadaran, keberanian, dan kemampuan untuk menegakkan amanat leluhur, bahkan di tengah obsesi, dendam, dan penderitaan perang. Puisi ini menekankan perjalanan hidupnya sebagai simbol perlawanan dan keteguhan jiwa.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini sangat kaya. Anak perempuan Suto Kluthuk bukan sekadar tokoh individu, melainkan representasi generasi yang menanggung beban sejarah, trauma, dan ketidakadilan sosial. Keberadaannya sebagai “anak musim yang tak minta dilahirkan” menegaskan kondisi ketidakberdayaan yang dibawa sejak lahir, namun seiring waktu ia menjadi simbol kekuatan dan perlawanan terhadap penindasan. Selain itu, puisi ini menyiratkan koneksi spiritual dengan alam dan leluhur, terlihat dari penggambaran tanah, air, dan batu sebagai bagian dari identitasnya, serta amanat penunggu gunung Utara yang ia bawa.

Imaji

Puisi ini sarat dengan imaji visual, auditori, dan kinestetik. Contohnya:
  • “dalam suara hantu wajah burung” menghadirkan imaji suara yang menyeramkan sekaligus membingungkan, menggambarkan ketegangan lahirnya tokoh.
  • “pisau bambu kunyit empu / sayat plasenta ari-ari ya saudaranya” menimbulkan visual yang kuat tentang kelahiran dan luka.
  • “siang malam digubahnya geguritan” menciptakan imaji gerakan dan ritme, menunjukkan proses kreatif dan ekspresi batin tokoh.
  • Hubungan anak dengan elemen alam (air utara ya darahku, tanah utara ya dagingku, batu utara ya tulangku) menimbulkan imaji alamiah sekaligus simbolik tentang identitas dan keterikatan dengan asal-usul.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini meliputi:
  • Metafora: Anak perempuan sebagai “anak musim yang tak minta dilahirkan” menggambarkan kondisi ketidakberdayaan sejak lahir.
  • Personifikasi: Bumi, langit, dan unsur alam digambarkan memiliki hubungan personal dengan tokoh (“bumi dan langit ibu bapakku”).
  • Hiperbola: Ungkapan “lama simpan luka dendam derita perang” memperkuat kesan beban emosional dan sejarah yang luar biasa.
  • Repetisi: Pengulangan kata “utara” menekankan keterikatan dengan tempat asal, identitas, dan kekuatan spiritual.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Puisi ini menyampaikan pesan tentang keteguhan dan keberanian menghadapi penderitaan, serta pentingnya menjaga identitas, warisan, dan amanat leluhur. Tokoh anak perempuan ini menjadi simbol perlawanan terhadap kekerasan, penindasan, dan ketidakadilan. Pembaca diingatkan bahwa meskipun lahir dalam kondisi yang sulit, manusia memiliki potensi untuk berdiri teguh, menegakkan nilai, dan mempertahankan kehormatan diri serta komunitasnya.

Puisi "Balada Anak Perempuan Suto Kluthuk" merupakan karya yang kompleks dan puitis, memadukan kisah personal dengan sejarah, trauma, dan identitas. Diah Hadaning berhasil menghadirkan tokoh yang tidak hanya memikat secara emosional, tetapi juga sarat dengan makna filosofis dan simbolik, menjadikannya salah satu contoh puisi kontemporer Indonesia yang kuat dan memikat.

"Puisi: Balada Anak Perempuan Suto Kluthuk (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Balada Anak Perempuan Suto Kluthuk
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.