Belajar Mengaji
Sore hari telah tiba
Anak-anak pergi mengaji
Belajar iqra pengobat hati
A Ba Ta jadi kunci
Untuk menjadi anak terpuji
Yang selalu cinta Ilahi
Sumber: Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018)
Analisis Puisi:
Puisi berjudul “Belajar Mengaji” karya Eko Purnomo merupakan salah satu karya sederhana namun penuh makna dari buku Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018). Meski termasuk kategori puisi anak, karya ini memuat nilai-nilai moral dan spiritual yang mendalam, mengajarkan arti pentingnya belajar agama sejak usia dini dengan cara lembut dan menyenangkan.
Tema
Puisi ini mengangkat tema religius dan pendidikan akhlak. Melalui kegiatan belajar mengaji, penyair ingin menanamkan pentingnya mengenal Tuhan dan nilai-nilai kebaikan sejak kecil. Mengaji bukan sekadar membaca huruf Arab, tetapi menjadi bagian dari proses pembentukan karakter dan kepribadian anak yang beriman dan berakhlak mulia.
Tema religius ini sangat relevan dengan dunia anak, karena masa kecil adalah masa terbaik untuk menanamkan nilai moral dan spiritual yang akan melekat hingga dewasa.
Puisi ini bercerita tentang kebiasaan anak-anak yang pergi mengaji pada sore hari. Mereka belajar membaca iqra—buku dasar membaca huruf Arab—sebagai langkah awal memahami Al-Qur’an. Aktivitas itu menjadi rutinitas yang tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga menenangkan hati.
Baris-baris seperti “Sore hari telah tiba / Anak-anak pergi mengaji” menggambarkan suasana sederhana di desa atau kampung Indonesia, di mana anak-anak dengan riang berjalan ke surau atau madrasah setelah bermain. Puisi ini menampilkan potret keseharian yang akrab dan penuh nilai budaya religius.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah pentingnya menanamkan nilai spiritual dan kecintaan terhadap Tuhan sejak dini. Mengaji digambarkan bukan sebagai kewajiban semata, tetapi sebagai “pengobat hati”—sebuah aktivitas yang membawa ketenangan batin.
Selain itu, penggalan “A Ba Ta jadi kunci / Untuk menjadi anak terpuji” menyiratkan bahwa belajar huruf-huruf dasar agama adalah langkah awal menuju kehidupan yang baik dan bermoral. Artinya, pengetahuan agama menjadi kunci untuk menjadi manusia yang berakhlak mulia dan dicintai Ilahi.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini tenang, damai, dan penuh kehangatan. Gambaran sore hari ketika anak-anak berangkat mengaji menghadirkan rasa tenteram dan kebersamaan. Tidak ada kesan tegang atau berat; sebaliknya, nuansa yang muncul adalah keceriaan anak-anak yang belajar dengan hati gembira.
Kata-kata yang digunakan sederhana, lembut, dan penuh kedamaian—sesuai dengan dunia anak-anak yang polos dan penuh semangat belajar.
Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi
Amanat dari puisi “Belajar Mengaji” adalah pentingnya menanamkan kebiasaan baik dan nilai religius sejak kecil. Penyair seolah mengingatkan bahwa belajar mengaji bukan hanya untuk memahami teks suci, tetapi juga untuk menumbuhkan cinta kepada Tuhan (Ilahi) dan membentuk pribadi yang terpuji.
Pesan lainnya adalah bahwa kegiatan sederhana seperti belajar iqra dapat menjadi pondasi kuat bagi kehidupan spiritual seseorang. Melalui puisi ini, pembaca—terutama anak-anak—diajarkan bahwa setiap kegiatan baik yang dilakukan dengan niat tulus akan membawa ketenangan dan keberkahan.
Imaji
Imaji yang muncul dalam puisi ini bersifat visual dan emosional.
- Imaji visual tampak pada bait “Sore hari telah tiba / Anak-anak pergi mengaji”, yang menghadirkan gambaran nyata suasana sore, anak-anak berjalan beriringan menuju tempat mengaji, mungkin sambil membawa buku iqra.
- Imaji emosional muncul dari frasa “Belajar iqra pengobat hati”, yang menimbulkan rasa damai dan tenang, seolah pembaca ikut merasakan keteduhan spiritual dari aktivitas tersebut.
Imaji sederhana ini efektif menggugah perasaan pembaca tanpa perlu banyak kata, khas puisi anak yang jujur dan tulus.
Majas
Puisi ini menggunakan majas metafora dan personifikasi ringan.
- Metafora tampak pada frasa “Belajar iqra pengobat hati”. Belajar iqra disimbolkan sebagai “obat” bagi hati—bukan dalam arti sebenarnya, melainkan sebagai ungkapan bahwa kegiatan mengaji dapat menenangkan dan menyucikan jiwa.
- Personifikasi tersirat pada penggambaran aktivitas mengaji yang seolah memiliki kekuatan menyembuhkan hati, memberi kesan bahwa kegiatan tersebut hidup dan bermakna bagi kehidupan spiritual anak-anak.
Majas-majas ini sederhana namun efektif memperindah puisi tanpa mengaburkan maknanya, tetap mudah dipahami oleh pembaca anak-anak.
Puisi “Belajar Mengaji” karya Eko Purnomo merupakan karya singkat yang mengandung makna besar. Dengan bahasa yang sederhana, penyair berhasil menyampaikan nilai pendidikan karakter dan spiritual kepada anak-anak.
Puisi ini mengajarkan bahwa belajar mengaji bukan hanya tentang membaca huruf Arab, melainkan proses menjadi manusia yang beriman, berakhlak, dan mencintai Tuhan. Lewat imaji sore yang damai dan pesan moral yang halus, Eko Purnomo menghadirkan potret indah tentang hubungan anak dengan ilmu dan keimanan—dua hal yang menjadi dasar kehidupan manusia yang baik.
Karya: Eko Purnomo
Biodata Eko Purnomo:
- Eko Pumomo, biasa dipanggil Eko, lahir pada tanggal 4 Januari 1998 di Karanganyar, Jawa Tengah.