Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Benalu (Karya Oka Rusmini)

Puisi “Benalu” karya Oka Rusmini bercerita tentang sosok perempuan yang tumbuh dan hidup dalam dunia yang melupakan asal-usul dan rasa kemanusiaan.
Benalu
: GP, 15/6/1998

Orang-orang memang pandai merajang sejarah. Ketika kau datang, seorang perempuan menggeram. Memaki seluruh rongga tubuhku. Melupakan sejarah kanak-kanak, ketika kami kehilangan ibu dan ia menangis. Tak ada orang menyiram tubuhnya. Dia tetap tumbuh. Kau ingat lelaki setengah baya yang memandangmu dengan api? Orang-orang menanam ulat di mulut dan darahnya.

"Hanya lelaki yang memenuhi pori-pori otakku. Mereka akan melarutkan tubuhku dalam api. Dan sempurnalah wujudku."

Lelaki itu pun mulai memberi sedekah. Sekotak mimpi coklat. Tanahnya ditanak. Orang-orang hidup di atas lukanya. Ketika lelaki itu menua dan mulai mahir mendongeng, kau datang berselimut ari-ari. Tak ada lelaki menyentuh kulitmu. Lelaki tua itu hanya bisa memandangi orang-orang. Mereka yang mahir menggali tulang-belulangnya, memeras mimpi dan dongengnya. Tubuhnya telah dijual ke laut.

Sebuah upacara kaumiliki. Orang-orang yang melahap tanahnya tak pernah menyentuh tubuhnya. Mereka bakar dosa-dosa. Anak-anak terus mengelupas dahiku.

Mungkin kita akan membuka sebuah pesta sambil memeras tubuh lelaki. Meneguknya berhari-hari, sampai kita mabuk. Darah kita akan meluap dan melahirkan pohon.

Kau terus tumbuh di urat tanganku. Lelaki hanya bisa berlari. Menanam arak menanam kerak.

1999

Sumber: Pandora (2008)

Analisis Puisi:

Puisi “Benalu” karya Oka Rusmini merupakan karya yang sarat simbol dan metafora kuat, menyingkap persoalan identitas perempuan, tubuh, dan kekuasaan patriarki. Dengan gaya bahasa khas Oka yang intens dan penuh imaji gelap, puisi ini menghadirkan perenungan mendalam tentang relasi manusia — terutama perempuan — dengan sejarah, tubuh, dan dunia yang menindasnya.

Tema

Tema utama puisi “Benalu” adalah pemberontakan dan penderitaan perempuan dalam sistem patriarki, serta bagaimana tubuh dan eksistensi perempuan sering dijadikan objek dalam sejarah yang ditulis oleh “orang-orang”. Tema ini juga menyentuh lukanya generasi — perempuan yang tumbuh dalam lingkaran penderitaan dan warisan sosial yang tidak adil.

Puisi ini bercerita tentang sosok perempuan yang tumbuh dan hidup dalam dunia yang melupakan asal-usul dan rasa kemanusiaan. Ia digambarkan seperti “benalu” — sesuatu yang tumbuh di atas penderitaan dan luka, bukan karena pilihan, tetapi karena kondisi sosial yang memaksanya.

Oka Rusmini membawa pembaca menelusuri perjalanan perempuan yang tubuhnya dihakimi, sejarahnya dihapus, dan keberadaannya dianggap “menumpang” pada dunia yang dikuasai lelaki. Ada lelaki tua, ada anak-anak, ada sejarah luka — semua membentuk rantai kehidupan yang menindas namun juga menghidupi.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini sangat dalam: perempuan diibaratkan seperti benalu, sesuatu yang dianggap parasit oleh masyarakat, padahal sebenarnya hanya mencoba bertahan hidup dalam sistem yang tidak memberinya ruang tumbuh.

Oka Rusmini menggugat pandangan dunia yang menilai tubuh perempuan dari perspektif lelaki. Ia menyinggung bagaimana perempuan sering dikaitkan dengan dosa, kenajisan, dan godaan, padahal mereka juga korban dari sejarah panjang yang dimanipulasi oleh kekuasaan patriarki.

Baris seperti “Mereka yang mahir menggali tulang-belulangnya, memeras mimpi dan dongengnya” menunjukkan eksploitasi — bukan hanya fisik, tetapi juga spiritual dan kultural — terhadap perempuan.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini gelap, getir, dan penuh luka. Dari awal hingga akhir, terasa aura penderitaan yang diselimuti kesadaran tajam akan ketidakadilan. Namun di balik itu, ada juga kekuatan tersembunyi: keberanian untuk tetap “tumbuh”, seperti benalu yang hidup di atas luka.

Imaji

Oka Rusmini menggunakan imaji tubuh dan alam secara kuat untuk menyalurkan kritik sosial:
  • “Kau datang berselimut ari-ari” — menghadirkan gambaran kelahiran yang tidak suci, penuh darah dan beban dosa.
  • “Tubuhnya telah dijual ke laut” — menciptakan citra pengorbanan ekstrem dan kehancuran eksistensi.
  • “Kau terus tumbuh di urat tanganku” — menghadirkan gambaran biologis yang menyeramkan, seolah tubuh perempuan adalah ladang penderitaan yang terus bersemi.
Imaji dalam puisi ini bersifat visual dan simbolik, memperkuat nuansa kelam sekaligus menggugah kesadaran pembaca terhadap realitas sosial.

Majas

Puisi ini sarat dengan majas metafora, personifikasi, dan simbolisme:
  • Metafora: “Benalu” sebagai simbol perempuan yang dianggap beban, padahal sesungguhnya korban.
  • Personifikasi: “Orang-orang menanam ulat di mulut dan darahnya” — menggambarkan kebusukan moral masyarakat yang memelihara dosa dalam diam.
  • Simbolisme: Api, tanah, darah, dan laut menjadi lambang penderitaan, kelahiran, dan siklus kehidupan yang keras bagi perempuan.
Majas-majas tersebut tidak hanya memperindah bahasa, tetapi juga memperdalam makna filosofis dan emosional dari puisi.

Amanat / pesan yang disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan bahwa perempuan bukan sekadar objek sejarah atau pelengkap kehidupan lelaki. Mereka memiliki luka, kesadaran, dan kekuatan untuk tumbuh — meskipun di atas penderitaan.

Oka Rusmini mengajak pembaca untuk merenungkan posisi perempuan dalam sejarah dan budaya, serta menumbuhkan empati terhadap perjuangan mereka dalam menghadapi dunia yang tidak adil.

Selain itu, ada amanat moral bahwa kemanusiaan sejati hanya bisa tumbuh jika kita berhenti “merajang sejarah” dengan kepalsuan, dan mulai menulisnya dengan kejujuran — termasuk mengakui peran dan penderitaan perempuan di dalamnya.

Puisi “Benalu” karya Oka Rusmini adalah refleksi mendalam tentang eksistensi perempuan yang hidup di tengah dunia patriarki dan luka sejarah. Melalui simbol benalu, penyair menghadirkan potret perempuan yang tumbuh dari luka, namun tetap memiliki daya hidup yang luar biasa.

Dengan tema pemberontakan dan kesadaran perempuan, imaji tubuh dan darah yang kuat, serta majas simbolik yang tajam, puisi ini menegaskan suara feminis Oka Rusmini: bahwa meski dianggap lemah dan parasit, perempuan justru menjadi saksi paling jujur dari sejarah manusia yang berdarah.

Puisi ini bukan hanya tentang benalu — tetapi tentang kehidupan yang dipaksa tumbuh di atas luka, dan keberanian untuk tetap hidup di tengah dunia yang sering kali menolak keberadaanmu.

Oka Rusmini
Puisi: Benalu
Karya: Oka Rusmini

Biodata Oka Rusmini:
  • Oka Rusmini lahir di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1967.
© Sepenuhnya. All rights reserved.