Berikan Senyuman Malam
cinta berinti jati insan
meluap-luap sampai di bilik hati
sudah malam hari
angin mulai menyibak-nyibak pagar berisi
lalu ada bisik seorang pemuda
jatuh hatinya lalu ujung-ujungnya
ingin menyamar di sela bulan di langit
ada apa sayang?
mari lihat bulan dan bintang
saling sanding saling sayang
malam ini keduanya senyum kembang
pada bisikan ke berapa
berikan senyuman malam
Maha Besar Allah
inikah malam yang kesekian
diri manja nikmati kedip bintang dan sinar bulan yang sempurna
Sumber: Surat dari Samudra (2018)
Analisis Puisi:
Puisi “Berikan Senyuman Malam” karya Agus Budi Wahyudi adalah salah satu karya yang memadukan kelembutan perasaan dengan keindahan suasana malam. Dalam puisi ini, penyair menampilkan bahasa yang puitis dan penuh rasa kagum terhadap kebesaran ciptaan Tuhan, khususnya ketika malam menghadirkan bintang dan bulan sebagai simbol keindahan, ketenangan, sekaligus renungan spiritual.
Tema
Tema utama puisi ini adalah keindahan malam dan kekaguman terhadap cinta serta kebesaran Tuhan. Malam menjadi latar yang sarat makna; bukan sekadar waktu ketika dunia beristirahat, tetapi juga ruang refleksi batin di mana cinta, rasa syukur, dan kekaguman terhadap ciptaan Ilahi berpadu menjadi satu.
Penyair menampilkan suasana malam dengan lembut—ada bisikan, angin, bintang, dan bulan—seolah semua unsur alam ikut berbicara dan bersenyawa dengan perasaan manusia yang sedang jatuh cinta. Di balik itu, tersirat kesadaran akan keagungan Tuhan yang menciptakan keindahan alam semesta.
Puisi ini bercerita tentang seorang pemuda yang tengah larut dalam suasana malam dan perasaan cintanya. Ia mendengarkan bisikan lembut angin, memandangi bintang dan bulan, lalu menyadari betapa indah ciptaan Tuhan yang menjadi saksi bagi luapan perasaannya.
Dalam bait-bait awal, penyair menggambarkan cinta yang “meluap-luap sampai di bilik hati,” menandakan perasaan yang tulus dan dalam. Lalu, suasana malam hadir bukan hanya sebagai latar, tetapi juga sebagai teman dialog—tempat ia mengungkapkan kekaguman, rasa sayang, dan renungan terhadap makna keberadaan.
Hingga akhirnya, di ujung puisi, penyair mengajak pembaca untuk melihat malam sebagai momen spiritual: “Maha Besar Allah, inikah malam yang kesekian...” menandakan peralihan dari sekadar perasaan cinta manusia menuju pengakuan atas kebesaran Sang Pencipta.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah ajakan untuk mensyukuri keindahan alam dan menyadari bahwa di balik setiap perasaan manusia, ada kebesaran Tuhan yang mengatur segalanya.
Cinta, dalam puisi ini, bukan hanya hubungan antara dua insan, tetapi juga bentuk manifestasi dari rasa kagum terhadap keindahan ciptaan Tuhan. Dengan kata lain, puisi ini menyiratkan bahwa cinta sejati adalah cinta yang menuntun pada kesadaran spiritual, bukan sekadar emosi duniawi.
Selain itu, ada pesan halus tentang pentingnya merenung di tengah kesunyian malam, karena justru dalam keheningan itulah manusia bisa menemukan kedamaian batin dan rasa syukur yang mendalam.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini terasa tenang, romantis, dan religius.
Ketika penyair menulis “angin mulai menyibak-nyibak pagar berisi” dan “mari lihat bulan dan bintang / saling sanding saling sayang,” pembaca dibawa pada suasana malam yang lembut, penuh rasa damai dan keindahan alam.
Namun di akhir puisi, suasana berubah menjadi hening dan penuh kekhusyukan ketika muncul kalimat “Maha Besar Allah.” Transisi ini menunjukkan pergeseran emosi dari rasa cinta manusia menuju rasa kagum kepada Sang Pencipta.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat dari puisi “Berikan Senyuman Malam” adalah bahwa cinta dan keindahan alam seharusnya membawa manusia untuk semakin dekat dengan Tuhan.
Penyair ingin menyampaikan bahwa malam bukan sekadar waktu yang gelap dan sunyi, melainkan saat terbaik untuk merenung, mengagumi kebesaran ciptaan-Nya, dan mensyukuri nikmat kehidupan.
Selain itu, puisi ini juga menyiratkan bahwa keindahan sejati terletak pada kesederhanaan dan ketulusan hati—baik dalam mencintai sesama maupun dalam mengagumi alam semesta.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan imaji perasaan. Contohnya:
- “Angin mulai menyibak-nyibak pagar berisi” menghadirkan imaji visual dan gerak yang lembut, menggambarkan malam yang hidup dan bergerak.
- “Mari lihat bulan dan bintang / saling sanding saling sayang” menampilkan pemandangan langit malam yang damai dan romantis.
- “Maha Besar Allah / inikah malam yang kesekian” membawa imaji spiritual yang menyentuh hati, menggambarkan renungan dan rasa syukur mendalam.
Imaji-imaji tersebut memperkuat kesan indah dan tenang dalam puisi, membuat pembaca seolah ikut menikmati malam yang digambarkan penyair.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas (gaya bahasa) yang memperindah bunyi dan makna, di antaranya:
- Majas personifikasi – “angin mulai menyibak-nyibak pagar berisi” memberikan sifat manusia kepada angin, seolah-olah ia bisa “menyibak” dengan lembut.
- Majas simile (perbandingan) – “seperti dirimu” pada bagian awal menggambarkan perbandingan halus antara cinta dan keberadaan sahabat malam.
- Majas hiperbola – “cinta berinti jati insan meluap-luap sampai di bilik hati” menggambarkan luapan perasaan cinta yang mendalam dan tidak terbatas.
- Majas repetisi – pengulangan kata “aku ini siapa” dalam puisi lain karya penulis yang seirama dengan gaya Agus Budi Wahyudi juga tampak dalam ritme pengulangan frasa seperti “malam ini” dan “senyum kembang,” yang menambah musikalitas dalam puisi.
Penggunaan majas ini membuat puisi terasa hidup, hangat, dan emosional tanpa kehilangan kesederhanaannya.
Puisi “Berikan Senyuman Malam” karya Agus Budi Wahyudi adalah karya yang lembut namun penuh makna. Melalui perpaduan antara tema cinta, keindahan malam, dan kesadaran spiritual, penyair berhasil menghadirkan pengalaman batin yang tenang dan mendalam bagi pembacanya.
Puisi ini tidak hanya mengajak kita menikmati keindahan malam, tetapi juga mengingatkan bahwa di balik bintang dan bulan yang bersinar, ada tangan Tuhan yang Maha Agung.
Malam menjadi ruang untuk bersyukur, mencintai, dan tersenyum pada kehidupan dengan penuh ketulusan — sebagaimana judulnya, “Berikan Senyuman Malam.”
Karya: Agus Budi Wahyudi
Biodata Agus Budi Wahyudi:
- Agus Budi Wahyudi lahir pada tanggal 18 Agustus 1960 di Kudus.
