Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Buat W.S. Rendra (Karya Kirdjomuljo)

Puisi “Buat W.S. Rendra” karya Kirdjomuljo bercerita tentang perjalanan batin seorang lelaki muda yang mencoba memahami hakikat cinta dan kehidupan.
Buat W.S. Rendra

Ia datang dari daerah mana?
Bisa kau jumpa di jalan simpang
Bisa berpisah di jalan mati
Bisa kau gigit batu berduri
Bisa kau tahan di ujung hati

Itu
Peninggalan gadis bawa bunga

Jalan mati
Jalan simpang
Jalan depan

Jalan mati
Jalan simpang
Jalan depan

Banjirlah cinta
Akupun lelaki muda

Bukan penyelesaian buat bercinta

Sumber: Seriosa (Th. II, No. 4, Januari 1954)

Analisis Puisi:

Puisi “Buat W.S. Rendra” bertema pencarian makna cinta dan perjalanan batin manusia dalam kehidupan. Kirdjomuljo mengangkat persoalan eksistensial yang tampak sederhana—tentang cinta dan jalan hidup—tetapi sesungguhnya memuat kedalaman reflektif yang khas bagi penyair yang hidup sezaman dengan Rendra.

Puisi ini seperti menyingkap pergulatan batin seorang lelaki muda yang masih mencari arti cinta sejati di tengah berbagai persimpangan kehidupan: antara gairah, pilihan, dan kebuntuan.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin seorang lelaki muda yang mencoba memahami hakikat cinta dan kehidupan. Ia menghadapi berbagai “jalan” yang bisa diartikan sebagai simbol kehidupan:
  • jalan simpang melambangkan pilihan dan kebingungan,
  • jalan mati melambangkan kegagalan atau akhir dari sesuatu,
  • jalan depan melambangkan harapan dan keberlanjutan.
Penyair menghadirkan sosok “gadis bawa bunga” yang bisa dipahami sebagai kenangan, cinta yang pernah datang, atau lambang kelembutan yang sempat mengisi hidupnya. Namun pada akhirnya, tokoh dalam puisi ini menyadari bahwa cinta bukan penyelesaian, melainkan bagian dari perjalanan yang terus mengalir.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah refleksi atas perjalanan manusia dalam mencari makna cinta dan hidup itu sendiri.

Kirdjomuljo seperti ingin mengatakan bahwa cinta, betapapun indah dan menggairahkan, tidak selalu menjadi jawaban akhir dari persoalan hidup. Ia hanyalah bagian dari “jalan” yang harus dilalui.

Puisi ini juga bisa dibaca sebagai sindiran halus terhadap idealisme cinta yang sering diromantisasi, termasuk mungkin kepada Rendra—seorang penyair besar yang dikenal dengan tema cinta, pemberontakan, dan kebebasan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini melankolis namun reflektif. Ada nada renungan yang dalam, seolah penyair berdialog dengan dirinya sendiri tentang apa arti cinta, dan ke mana arah perjalanan hidupnya.

Kata-kata seperti jalan mati, jalan simpang, dan bisa kau tahan di ujung hati menimbulkan kesan sepi, introspektif, dan penuh perenungan.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat dari puisi ini ialah bahwa cinta dan kehidupan adalah perjalanan yang tidak selalu memberi jawaban tuntas.

Seseorang boleh jatuh cinta, boleh tersesat di jalan simpang, atau terhenti di jalan mati, tetapi dari semua itu manusia belajar memahami dirinya sendiri.

Puisi ini juga menyiratkan pesan untuk menerima kehidupan dengan segala ketidakpastian dan keterbatasannya—bahwa penyelesaian sejati tidak selalu datang dari cinta, melainkan dari kesadaran batin yang tumbuh di tengah pengalaman hidup.

Imaji

Imaji yang digunakan Kirdjomuljo sederhana namun kuat.
  • Imaji visual muncul pada baris “Peninggalan gadis bawa bunga” yang memunculkan bayangan seorang gadis dengan bunga di tangannya—simbol kenangan dan keindahan yang pudar.
  • Imaji gerak tampak pada pengulangan “Jalan mati / Jalan simpang / Jalan depan”, yang menghadirkan gambaran perjalanan, arah, dan langkah yang harus diambil manusia.
Kesederhanaan imaji justru menegaskan kedalaman makna kontemplatif dalam puisi ini.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Majas metafora, seperti “jalan simpang”, “jalan mati”, dan “jalan depan” yang menjadi lambang dari fase kehidupan.
  • Majas repetisi, pada pengulangan frasa “Jalan mati / Jalan simpang / Jalan depan”, yang menegaskan suasana pencarian dan kebimbangan.
  • Majas simbolik, pada sosok “gadis bawa bunga” yang melambangkan kenangan atau cinta yang telah berlalu.
Puisi “Buat W.S. Rendra” karya Kirdjomuljo adalah sebuah renungan puitis tentang cinta, perjalanan hidup, dan pencarian makna. Dengan bahasa yang ringkas namun penuh simbol, Kirdjomuljo seakan berdialog dengan semangat zaman yang diwakili oleh Rendra: semangat untuk mencintai, mencari, dan memahami kehidupan tanpa berharap jawaban akhir. Cinta dalam puisi ini bukan akhir dari perjalanan, melainkan awal dari kesadaran bahwa manusia harus terus melangkah di antara simpang, mati, dan jalan depan yang terbentang dalam hidup.

Kirdjomuljo
Puisi: Buat W.S. Rendra
Karya: Kirdjomuljo
Biodata Kirdjomuljo:
  • Edjaan Tempo Doeloe: Kirdjomuljo
  • Ejaan yang Disempurnakan: Kirjomulyo
  • Kirdjomuljo lahir pada tanggal 1 Januari 1930 di Yogyakarta.
  • Kirdjomuljo meninggal dunia pada tanggal 19 Januari 2000 di Yogyakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.