Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Cinta, Bila Kau Suka (Karya Djoko Saryono)

Puisi “Cinta, Bila Kau Suka” karya Djoko Saryono adalah refleksi spiritual tentang hakikat cinta yang

Cinta, Bila Kau Suka

cinta, bila kau suka, esok kupetikkan cahaya
"untuk apa? pendarnya mengaburkan yang fana dan baka"
cinta, bila kau suka, esok kurangkaikan cahaya
"untuk apa? silaunya menghilangkan yang neraka dan surga"
cinta, bila kau suka, esok kubawakan kitab cahaya
bacalah, cinta!
niscaya kau tiba di padang cahaya
tempat makhluk bergirang sepanjang masa

Mataram, 2006

Sumber: Arung Diri (2013)

Analisis Puisi:

Tema utama puisi “Cinta, Bila Kau Suka” adalah pencarian cinta yang bersifat spiritual dan transendental. Djoko Saryono tidak sekadar menulis tentang cinta manusiawi, tetapi menggambarkan cinta sebagai jalan menuju pencerahan batin. Cahaya menjadi simbol kesucian dan pengetahuan Ilahi, tempat di mana manusia dapat menemukan kebenaran yang abadi.

Puisi ini bercerita tentang dialog batin antara manusia dengan cinta, yang dihadirkan seolah sebagai sosok yang hidup dan bijak. Penyair berbicara pada cinta, menawarkan “cahaya” sebagai lambang kebenaran dan pencerahan. Namun cinta membalas dengan pertanyaan—“untuk apa?”—yang mencerminkan perenungan mendalam akan hakikat hidup, fana dan baka, neraka dan surga.

Akhirnya, penyair menyadari bahwa cinta sejati bukanlah sekadar rasa atau keinginan, tetapi kesadaran yang menuntun manusia menuju “padang cahaya”, yakni kedamaian spiritual yang abadi.

Makna tersirat

Makna tersirat dalam puisi ini adalah cinta sejati tidak hanya berakar pada perasaan duniawi, tetapi merupakan jalan menuju kesadaran Ilahi. “Cahaya” di sini bukan sekadar simbol keindahan, melainkan pengetahuan dan pencerahan yang menyingkap kegelapan batin.

Penyair ingin menyampaikan bahwa manusia sering mencari cinta dalam bentuk yang fana—kekaguman, nafsu, atau kesenangan sesaat—padahal cinta yang sejati akan membawa jiwa pada kedamaian, kebijaksanaan, dan penyatuan dengan Sang Pencipta.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi ini meditatif, tenang, dan reflektif. Pembaca diajak menyelami percakapan batin yang halus, di mana setiap baris terasa seperti lantunan doa atau zikir. Ada nuansa spiritual yang kuat, seolah penyair sedang berkomunikasi langsung dengan kekuatan suci yang tak terlihat.

Amanat / pesan yang disampaikan

Amanat yang tersirat dari puisi ini adalah bahwa cinta sejati adalah cahaya yang menuntun manusia menuju kebenaran dan kedamaian abadi. Cinta tidak boleh berhenti pada hal-hal duniawi yang fana, tetapi harus mengantarkan manusia pada makna yang lebih tinggi — yaitu pengenalan terhadap diri dan Tuhan.

Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung: apakah cinta yang kita jalani selama ini membawa kita pada kegelapan, atau justru pada cahaya?

Imaji

Puisi ini memunculkan imaji visual dan spiritual yang kuat. Kata-kata seperti “cahaya”, “pendarnya”, “silaunya”, dan “padang cahaya” menghadirkan gambaran terang yang menenangkan. Imaji ini memberi kesan bahwa perjalanan cinta dalam puisi adalah perjalanan menuju pencerahan — dari gelap menuju terang, dari kebingungan menuju ketenangan.

Majas

Beberapa majas yang memperindah puisi ini antara lain:
  • Majas personifikasi, pada ungkapan “cinta, bila kau suka”, di mana cinta digambarkan seolah makhluk hidup yang dapat diajak berbicara.
  • Majas metafora, pada kata “cahaya” yang melambangkan pengetahuan, ketuhanan, dan pencerahan spiritual.
  • Majas repetisi, dengan pengulangan frasa “cinta, bila kau suka” yang menegaskan intensitas batin penyair dan hubungan mistik antara manusia dan cinta.
Puisi “Cinta, Bila Kau Suka” karya Djoko Saryono adalah refleksi spiritual tentang hakikat cinta yang melampaui batas duniawi. Dengan simbol cahaya, penyair menggambarkan cinta sebagai kekuatan yang menyingkap kegelapan jiwa dan membawa manusia menuju ketenangan abadi.

Bahasanya sederhana namun sarat makna filosofis, mengajak pembaca untuk tidak sekadar mencintai, tetapi juga memahami makna cinta sebagai jalan menuju kebijaksanaan dan Tuhan.

Djoko Saryono
Puisi: Cinta, Bila Kau Suka
Karya: Djoko Saryono

Biodata Djoko Saryono:
  • Prof. Dr. Djoko Saryono lahir pada tanggal 27 Maret 1962 di kota Madiun.
© Sepenuhnya. All rights reserved.