Cinta Tulus Tanpa Paksaan
Aku tak menuntutmu
Aku tak memaksamu
Aku tak mau kamu berasa
karena keterpaksaan
Aku mau kamu mencintaiku dengan tulus
Dan kamu harus tahu
Kalau cinta berpihak pada
kita
maka kita akan berlangkah bersama
Aku
Tidak akan pernah
merasa sedih kehilanganmu
Justru bahagia bila aku tak bersamamu
sebab aku tahu dirimu
sebenarnya
Aku lebih memilih menarik
di awal sebelum aku
dibawa jauh ke samudra cinta
Karena ketika sudah
terbawa ke situ
dan di situ aku baru
mengetahui tentangmu
yang sebenarnya
maka aku merasa terluka
Aku tak pernah menyesali
cintaku untukmu
karena aku berpikir
memiliki kamu sudah
cukup bagiku
Meski kamu tidak bisa
membawaku jauh
tapi pernah bersamamu
adalah cerita kita
Maka
aku tak memaksamu tetap bersamaku
aku tak memintamu
tetap bergandengan tangan denganku
tapi aku pinta kamu
cintailah orang yang pantas untukmu
dan mesti dari hati
yang tulus
Kupang, Senin, 13 Oktober 2025 | 13.27
Analisis Puisi:
Puisi “Cinta Tulus Tanpa Paksaan” karya Aprianus Gregorian Bahtera menampilkan perenungan mendalam tentang arti cinta sejati yang tidak didasari oleh keterpaksaan atau kepemilikan. Melalui bahasa yang jujur dan sederhana, penyair menggambarkan bagaimana seseorang yang benar-benar mencintai akan memilih keikhlasan dibanding paksaan demi kebahagiaan bersama.
Tema
Tema utama puisi ini adalah cinta yang tulus dan ikhlas tanpa paksaan. Penyair menegaskan bahwa cinta sejati tidak menuntut balasan, tidak memaksa, dan tidak bergantung pada kebersamaan fisik. Keikhlasan menjadi nilai tertinggi dalam hubungan dua insan.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang mencintai dengan sepenuh hati, namun memilih untuk melepaskan demi ketulusan cinta itu sendiri. Aku lirik dalam puisi tidak ingin memaksakan hubungan jika cinta yang diterima bukan berasal dari hati yang ikhlas. Ia lebih memilih berpisah daripada terjebak dalam hubungan yang palsu. Ada kesadaran bahwa cinta yang benar justru memberi kebebasan, bukan keterikatan.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah pesan tentang kedewasaan emosional dalam mencintai. Cinta bukan sekadar memiliki, melainkan memahami kapan harus bertahan dan kapan harus melepaskan. Keputusan untuk mundur “di awal sebelum aku dibawa jauh ke samudra cinta” mencerminkan sikap hati-hati dan bijak dalam menjaga perasaan. Puisi ini juga mengajarkan bahwa kehilangan bukan selalu kesedihan, melainkan bisa menjadi bentuk kebahagiaan karena memberi ruang bagi kejujuran dan ketulusan.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini terasa tenang namun penuh perasaan. Ada nada pasrah, ikhlas, dan sedikit melankolis. Meskipun berbicara tentang perpisahan, suasananya tidak dikuasai oleh kesedihan yang dalam, melainkan oleh kelegaan batin karena cinta telah dijalani dengan hati yang bersih.
Amanat / Pesan yang disampaikan puisi
Pesan yang disampaikan oleh penyair adalah bahwa cinta sejati tidak menuntut dan tidak memaksa. Mencintai seseorang berarti juga memberi kebebasan kepadanya untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Jika cinta memang berpihak, maka keduanya akan berjalan bersama dengan alami. Namun bila tidak, keikhlasan adalah bentuk tertinggi dari cinta itu sendiri. Puisi ini menekankan pentingnya ketulusan, kejujuran, dan penerimaan dalam menjalani hubungan.
Imaji
Imaji dalam puisi ini bersifat perasaan dan reflektif, terutama ketika penyair menggunakan ungkapan seperti “samudra cinta” yang menggambarkan kedalaman dan luasnya pengalaman emosional dalam mencintai. Imaji ini membuat pembaca membayangkan cinta sebagai lautan yang indah namun berisiko jika diselami tanpa kesiapan. Selain itu, kata-kata seperti “berlangkah bersama” dan “bergandengan tangan” menciptakan visual tentang kebersamaan yang hangat namun rapuh.
Majas
Puisi ini menggunakan beberapa majas perbandingan dan personifikasi sederhana. Ungkapan “samudra cinta” merupakan majas metafora yang menggambarkan kompleksitas dan kedalaman perasaan cinta. Selain itu, baris “cinta berpihak pada kita” dapat dikategorikan sebagai personifikasi, karena cinta digambarkan seolah memiliki kehendak dan bisa memihak seperti manusia. Gaya bahasa ini membuat puisi terasa hidup dan emosional tanpa kehilangan kesederhanaannya.
Puisi "Cinta Tulus Tanpa Paksaan" adalah cerminan cinta yang matang dan penuh keikhlasan. Penyair mengajak pembaca memahami bahwa cinta tidak selalu berarti memiliki, melainkan memberi kebebasan dan menghargai kejujuran hati. Tema, makna tersirat, suasana, dan majas yang digunakan berpadu menjadi satu kesatuan yang lembut namun kuat, meninggalkan kesan mendalam tentang arti cinta yang sejati dan tanpa paksaan.