Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Dalam Malam (Karya Sumardian Wiradono)

Puisi "Dalam Malam" karya Sumardian Wiradono bercerita tentang seseorang yang terjaga di tengah malam, mendengarkan keheningan yang anehnya justru ...

Dalam Malam

Dalam malam ada
gemuruh kudengar
tapi semua bisu
lampu dan tikar
tak juga suara
bantal bertindih sepi
tapi gemuruh itu
makin keras
di hatiku
malam begini renta
maut mengintai
setiap jengah

Sumber: Sinar Harapan (Th. XVIII, 5 Desember 1979)

Analisis Puisi:

Puisi "Dalam Malam" karya Sumardian Wiradono menyingkap suasana batin manusia yang dihadapkan pada kesepian dan kesadaran akan kefanaan hidup. Melalui diksi sederhana namun penuh makna, penyair berhasil menggambarkan kegelisahan eksistensial di tengah keheningan malam.

Tema

Tema utama puisi ini adalah kesepian dan ketakutan akan kematian. Malam menjadi latar simbolik bagi perenungan diri, di mana segala hal tampak diam namun di dalam hati terjadi “gemuruh” — tanda adanya pergulatan batin dan rasa takut terhadap maut yang mengintai.

Puisi ini bercerita tentang seseorang yang terjaga di tengah malam, mendengarkan keheningan yang anehnya justru menimbulkan “gemuruh” di dalam hati. Ia menyadari bahwa malam begitu “renta” — sebuah metafora waktu yang rapuh, sementara kematian terasa semakin dekat. Bantal, tikar, dan lampu menjadi saksi diam dari kesunyian yang mencekam.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah perenungan tentang kefanaan manusia dan ketidakberdayaan di hadapan waktu serta kematian. “Gemuruh di hati” menggambarkan ketegangan batin antara ketenangan luar dan kegelisahan dalam. Penyair ingin menyampaikan bahwa di tengah diam, manusia justru paling sadar akan hidupnya yang sementara.

Suasana dalam Puisi

Suasana yang tergambar dalam puisi ini adalah sunyi, mencekam, dan introspektif. Tak ada suara, hanya keheningan yang menimbulkan gema di hati. Puisi ini menimbulkan rasa tegang dan sedih yang dalam, seolah pembaca ikut terjebak dalam kesunyian malam yang panjang.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat yang tersirat ialah ajakan untuk merenungi hidup dan menyadari kedekatan kita dengan kematian. Dalam kesepian malam, manusia diingatkan bahwa waktu terus berjalan, dan setiap detik adalah langkah menuju akhir. Dengan demikian, hidup harus dijalani dengan kesadaran dan keberanian menghadapi kefanaan.

Imaji

Imaji yang muncul dalam puisi ini bersifat auditif dan visual. Imaji auditif tampak pada larik “gemuruh kudengar” dan “makin keras di hatiku”, sementara imaji visual muncul melalui deskripsi “lampu dan tikar” serta “bantal bertindih sepi”. Semua ini menegaskan kontras antara dunia luar yang diam dan dunia batin yang bergolak.

Majas

Beberapa majas yang digunakan antara lain:
  • Personifikasi, seperti pada larik “bantal bertindih sepi” yang memberi sifat manusia pada benda mati.
  • Metafora, tampak pada “malam begini renta” yang menggambarkan waktu malam seolah makhluk tua dan rapuh.
  • Hiperbola, pada “gemuruh di hatiku”, yang menggambarkan kegelisahan batin yang sangat kuat.
Puisi "Dalam Malam" adalah potret kontemplasi yang sunyi dan dalam. Melalui kesederhanaan kata, Sumardian Wiradono mengajak pembaca menyelami ruang batin manusia yang berhadapan dengan ketakutan eksistensial. Malam bukan sekadar waktu, melainkan cermin dari hati yang tua, gelisah, dan sadar akan maut yang menunggu di ambang jengah.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Dalam Malam
Karya: Sumardian Wiradono
© Sepenuhnya. All rights reserved.