Sumber: Montase (2016)
Analisis Puisi:
Puisi berjudul "Derita Jelata" karya Wayan Jengki Sunarta merupakan salah satu karya yang menyuarakan jeritan batin masyarakat kecil. Penyair menyoroti penderitaan kaum jelata yang sering kali terlupakan oleh sejarah dan terpinggirkan oleh keadaan. Melalui untaian kata-kata penuh emosi, puisi ini menghadirkan potret sosial yang sarat makna dan menyentuh kesadaran pembaca.
Tema
Tema utama puisi ini adalah penderitaan kaum jelata. Puisi menggambarkan nasib rakyat kecil yang hidup dalam ketidakpastian, kehilangan tanah, harapan, dan keadilan. Penyair seakan ingin menegaskan bahwa derita mereka bukan hanya persoalan pribadi, melainkan persoalan bangsa yang menyangkut harkat kemanusiaan.
Puisi ini bercerita tentang kehidupan rakyat kecil yang terus dirundung kesusahan, meski zaman berganti. Sejarah kelam bangsa, tanah yang kehilangan gairah tani, hingga penderitaan yang tidak kunjung reda, semua digambarkan sebagai realitas getir yang membayangi kaum jelata.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kritik sosial terhadap ketidakadilan yang dialami rakyat kecil. Penyair ingin menyampaikan bahwa penderitaan kaum jelata bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba, melainkan akibat dari kesalahan struktural dalam pengelolaan negeri. Selain itu, terdapat makna bahwa bangsa tidak akan bisa maju jika kaum kecil terus dibiarkan terpuruk tanpa harapan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini adalah muram, getir, dan penuh kepedihan. Pilihan diksi seperti bayangan senja, sejarah kelam, langit memerah, hingga sungai-sungai kepiluan mempertegas aura kesedihan yang menyelimuti perjalanan hidup kaum jelata.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya memperhatikan penderitaan rakyat kecil. Puisi mengajak pembaca untuk tidak melupakan kaum jelata yang selalu menjadi korban keadaan. Harapan negeri tidak akan terwujud jika rakyat kecil dibiarkan kehilangan tanah, harapan, dan kebahagiaan. Dengan demikian, penyair mengingatkan bahwa keadilan sosial adalah fondasi penting bagi keberlangsungan bangsa.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual dan imaji perasaan. Beberapa contoh imaji yang menonjol:
- “kuraih kau dari bayangan senja” menggambarkan suasana muram di penghujung hari.
- “sejarah kelam merekah kembali / langit memerah saat kau tiba” menghadirkan gambaran visual tentang masa lalu yang penuh luka.
- “airmata mengaliri sungai-sungai kepiluan” membentuk imaji kuat tentang kesedihan yang tak terbendung.
Imaji ini membuat pembaca merasakan kepedihan rakyat jelata seolah nyata.
Majas
Puisi Derita Jelata menggunakan berbagai majas untuk memperkuat ekspresi, di antaranya:
- Majas metafora: “kuraih kau dari bayangan senja” melambangkan pencarian akan keadilan di tengah keputusasaan.
- Majas personifikasi: “tanah telah kehilangan gairah tani” menggambarkan tanah yang seakan memiliki perasaan, kehilangan semangat hidup.
- Majas hiperbola: “airmata mengaliri sungai-sungai kepiluan” melebih-lebihkan banyaknya air mata sebagai simbol penderitaan rakyat kecil yang tiada henti.
Penggunaan majas ini memperkaya puisi dan memperdalam nuansa kepedihan yang ingin disampaikan penyair.
Puisi "Derita Jelata" karya Wayan Jengki Sunarta adalah karya sastra yang merefleksikan penderitaan rakyat kecil di tengah ketidakadilan sosial. Dengan tema penderitaan kaum jelata, puisi ini bercerita tentang kehilangan harapan dan ketidakpastian hidup rakyat kecil. Makna tersiratnya berupa kritik sosial yang mendalam, disampaikan dengan suasana muram, imaji yang kuat, serta majas yang memperindah ekspresi. Amanatnya jelas: bangsa harus memperhatikan rakyat kecil, karena tanpa mereka, cita-cita keadilan dan harapan negeri akan sulit terwujud.
Karya: Wayan Jengki Sunarta
Biodata Wayan Jengki Sunarta:
- Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
