Sumber: Pandji Poestaka (Th. VIII, No. 33, 25 April 1930)
Analisis Puisi:
Puisi “Di Tepi Pantai” karya Amir Hamzah merupakan salah satu contoh puisi klasik Indonesia yang menggambarkan perenungan batin di tengah keindahan alam. Melalui perpaduan antara suasana pantai yang tenang dan perasaan rindu yang mendalam, penyair menghadirkan puisi yang kaya akan imaji, bunyi, dan makna filosofis.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kerinduan dan perenungan diri di tengah keindahan alam laut. Amir Hamzah mengekspresikan rasa sedih dan kesepian yang muncul ketika menyaksikan laut yang luas, ombak yang berderai, dan burung yang terbang bebas — semua menjadi cermin dari kegelisahan dan kerinduan batin sang penyair.
Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh lirik yang duduk di tepi pantai sambil merenungi kehidupan dan merasakan kerinduan mendalam kepada seseorang yang jauh, kemungkinan kekasih atau sosok yang dicintai. Sambil memandangi laut, kapal, dan ombak, pikirannya melayang ke berbagai arah, mengingat masa lalu dan nasib dirinya yang tidak menentu.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah perjalanan batin manusia dalam menghadapi kesepian, kerinduan, dan nasib yang belum pasti. Laut dan pantai dalam puisi ini menjadi simbol kehidupan — luas, indah, namun penuh gelombang dan misteri. Amir Hamzah seolah ingin menyampaikan bahwa di balik ketenangan alam, tersimpan perasaan manusia yang bergolak, antara harapan dan kerinduan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi terasa melankolis dan kontemplatif. Meski digambarkan dengan pemandangan pantai yang indah dan lembut, nuansa perasaan penyair justru penuh kerinduan dan kegundahan. Perpaduan antara keindahan alam dan perasaan batin yang resah menciptakan kesan romantik dan pilu sekaligus.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat dari puisi ini adalah agar manusia belajar merenung dan menerima setiap perjalanan hidup dengan tabah. Melalui keindahan alam, penyair mengingatkan bahwa hidup tak selalu tenang; ada masa rindu, kecewa, dan kehilangan yang harus dilewati dengan hati yang lapang.
Imaji
Puisi ini kaya dengan imaji visual dan auditif. Pembaca dapat membayangkan ombak berderai, burung melayang, kelapa melambai, dan suara serunai yang lembut. Imaji auditif seperti “serunai berlagu,” “ombak mengempas,” dan “riak riuhnya” menambah kedalaman suasana dan membuat pembaca seolah ikut duduk di tepi pantai bersama sang penyair.
Majas
Beberapa majas yang digunakan antara lain:
- Personifikasi, seperti pada baris “bayu merayu menyeri-nyeri” yang menggambarkan angin seolah memiliki perasaan.
- Metafora, laut dijadikan lambang kehidupan dan perjalanan batin manusia.
- Hiperbola, pada bagian “riak riuhnya mendalangkan rindu,” yang menonjolkan kekuatan perasaan sang aku lirik.
Puisi “Di Tepi Pantai” karya Amir Hamzah merupakan karya yang memadukan keindahan alam dengan kedalaman batin manusia. Melalui simbol-simbol alam seperti ombak, angin, dan laut, penyair mengekspresikan kerinduan, kesepian, dan perenungan diri. Dengan gaya bahasa yang lembut, penuh imaji, dan sarat majas, puisi ini menegaskan kepekaan Amir Hamzah terhadap kehidupan, cinta, dan perjalanan jiwa manusia.
Karya: Amir Hamzah
Biodata Amir Hamzah:
- Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
- Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
- Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
- Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
- Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
- Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
- Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
- Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
- Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
