Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Hujan (Karya Mozasa)

Puisi “Hujan” karya Mozasa bercerita tentang pengalaman jiwa yang terhubung dengan hujan, di mana hujan digambarkan sebagai elemen yang menyejukkan ..

Hujan

Bagai kapas resikan angin,
ringan-ringan hasrat melayang;
terkadang ada rasa kepingin,
agar sukma tinggi mengawang.

Bersatu dengan gabak di hulu,
segar dingin menyiram bumi,
hinggap melata di rumput hina,
dibancur matari, naik lagi.

Biar sukma hidup abadi,
bebas lepas meningkah alam
tidak mengikat, tidak mengekang

Nampak-nampak tani terlalai,
memuji rahmat semesta alam,
berlinang-linang air mata riang.

Sumber: Poedjangga Baroe (Th. III, No. 2, Agustus 1935)

Analisis Puisi:

Puisi “Hujan” karya Mozasa menyajikan refleksi tentang alam dan hubungan manusia dengan semesta melalui simbol hujan. Gaya bahasa yang lembut dan imaji yang hidup membuat puisi ini menyiratkan kedamaian, kebebasan, dan keselarasan antara manusia dengan alam.

Tema

Tema utama puisi ini adalah alam dan kebebasan jiwa manusia dalam harmoni dengan semesta. Hujan menjadi simbol penyucian, kesegaran, dan keterhubungan dengan kehidupan.

Puisi ini bercerita tentang pengalaman jiwa yang terhubung dengan hujan, di mana hujan digambarkan sebagai elemen yang menyejukkan bumi, membasahi kehidupan, dan menyampaikan rasa syukur. Sang “aku” merasakan kebebasan dan keabadian melalui interaksi dengan alam.

Makna tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah pentingnya keselarasan dengan alam dan kebebasan spiritual. Hujan bukan hanya fenomena fisik, tetapi juga metafora bagi kebebasan jiwa dan penyegaran batin.

Suasana dalam puisi

Suasana puisi ini tenang, segar, dan meditatif. Pembaca dapat merasakan kesejukan hujan dan ketenangan alam yang menyertai pengalaman batin sang “aku”.

Imaji

Puisi ini memanfaatkan imaji visual dan sensorik:
  • “Bagai kapas resikan angin, ringan-ringan hasrat melayang” — imaji ringan, melayang, memberi kesan bebas dan lembut.
  • “Segar dingin menyiram bumi, hinggap melata di rumput hina” — imaji tentang hujan yang menyirami alam, terasa nyata dan menyegarkan.
  • “Berlinang-linang air mata riang” — imaji emosional yang mengaitkan hujan dengan kebahagiaan dan rasa syukur.

Majas

  • Simile: “Bagai kapas resikan angin” untuk menggambarkan ringan dan lembutnya hujan dan perasaan.
  • Personifikasi: hujan dan alam digambarkan seolah memiliki kesadaran dan kemampuan memberi berkat.

Amanat / pesan yang disampaikan

Pesan puisi ini adalah pentingnya menghargai alam, menyatu dengan semesta, dan membiarkan jiwa mengalami kebebasan serta kesegaran yang dibawa oleh hujan.

Puisi “Hujan” adalah puisi yang menenangkan dan reflektif. Mozasa berhasil menggunakan simbol hujan untuk mengekspresikan hubungan manusia dengan alam serta rasa syukur, kebebasan, dan kesejukan batin.

Puisi Sepenuhnya
Puisi: Hujan
Karya: Mozasa

Biodata Mozasa:
  • Mozasa (singkatan dari Mohammad Zain Saidi) lahir pada tanggal 10 Oktober 1914 di desa Bogak, Asahan.
  • Mozasa meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 1988 (usia 74 tahun) di Medan.
© Sepenuhnya. All rights reserved.