Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Ibu Bali (Karya Wayan Jengki Sunarta)

Puisi “Ibu Bali” karya Wayan Jengki Sunarta bercerita tentang sosok ibu di Bali yang tekun merawat tradisi, leluhur, dan dewa-dewa melalui berbagai ..
Ibu Bali

rambutmu menguapkan wangi dupa
beribu-ribu upacara lahir dari jemarimu
yang letih dan kisut
kau pelihara leluhur dan dewa-dewa
dengan kesabaran tak terperikan

tuhan mencintaimu
melebihi cintanya pada lelaki

pada letih wajahmu
o, ibu bali
rahasia nirwana terbuka
dan tak seorang pun
mampu membacanya
kecuali kesabaranmu
memelihara kehidupan
di telapak kakimu

2002

Analisis Puisi:

Puisi “Ibu Bali” karya Wayan Jengki Sunarta adalah karya yang memuliakan sosok perempuan sebagai simbol pengorbanan, kesabaran, dan spiritualitas dalam budaya Bali. Penyair menggunakan bahasa yang puitis dan sarat simbol untuk menggambarkan dedikasi seorang ibu dalam memelihara tradisi, leluhur, dan nilai-nilai spiritual masyarakat.

Tema

Tema utama puisi ini adalah pengorbanan dan kesucian seorang ibu, serta hubungan antara manusia dengan spiritualitas dan tradisi. Melalui puisi ini, penyair menekankan bahwa perempuan, terutama ibu, adalah pusat kehidupan spiritual dan budaya, yang kesabaran dan dedikasinya menjadi teladan bagi generasi berikutnya.

Puisi ini bercerita tentang sosok ibu di Bali yang tekun merawat tradisi, leluhur, dan dewa-dewa melalui berbagai upacara dan ritual:
  1. Rambutnya menguapkan wangi dupa, simbol dedikasi spiritual.
  2. Jemarinya yang letih dan kisut melahirkan ribuan upacara, menandakan kerja keras dan pengabdian.
  3. Ia menjaga kehidupan di telapak kakinya dengan kesabaran yang luar biasa, sebuah metafora untuk ketekunan dan pengorbanan.
  4. Penyair menegaskan bahwa Tuhan mencintai ibu ini melebihi cinta-Nya pada laki-laki, menekankan kedudukan spiritual ibu yang tinggi.
Cerita ini menyoroti peran sentral perempuan Bali dalam memelihara kehidupan, budaya, dan spiritualitas masyarakat.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini antara lain:
  1. Kesabaran dan pengorbanan ibu adalah sumber kehidupan dan spiritualitas – melalui tindakan sehari-hari, ibu memelihara tradisi dan nilai luhur.
  2. Ibu sebagai simbol keabadian budaya dan spiritual – leluhur dan dewa-dewa dipelihara melalui dedikasi dan ketekunan ibu.
  3. Penghormatan terhadap perempuan dan spiritualitas lokal – puisi ini menekankan bahwa dedikasi seorang ibu pantas dihargai dan dianggap sakral.
Puisi ini menyiratkan pesan moral bahwa pengabdian dan kesabaran seorang ibu adalah teladan kehidupan dan spiritualitas yang patut dihargai.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini terasa sakral, hangat, dan penuh hormat:
  1. Sakral, karena puisi menekankan spiritualitas dan hubungan ibu dengan leluhur serta dewa-dewa.
  2. Hangat, karena penyair mengekspresikan cinta, hormat, dan kekaguman terhadap sosok ibu.
  3. Penuh hormat, karena setiap tindakan ibu digambarkan sebagai pengabdian luar biasa yang sulit dipahami oleh orang lain.
Suasana ini memperkuat kesan penghormatan, keagungan, dan keabadian sosok ibu dalam kehidupan dan budaya Bali.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Pesan yang dapat diambil dari puisi ini antara lain:
  1. Hargailah pengorbanan dan kesabaran seorang ibu, karena ia memelihara kehidupan, tradisi, dan spiritualitas masyarakat.
  2. Ibu memiliki peran sentral dalam menjaga budaya dan nilai-nilai luhur, yang menekankan pentingnya dedikasi dan ketekunan.
  3. Spiritualitas dan kebijaksanaan ibu adalah sumber kekuatan bagi masyarakat, yang patut dijunjung tinggi dan dihormati.
Puisi ini mendorong pembaca untuk menghargai sosok ibu, menghormati tradisi, dan menyadari nilai spiritual yang tersirat dalam pengabdian perempuan.

Imaji

Wayan Jengki Sunarta menggunakan imaji yang kuat dan simbolik:
  1. “Rambutmu menguapkan wangi dupa” → imaji olfaktori dan visual yang menekankan aura sakral dan dedikasi spiritual.
  2. “Beribu-ribu upacara lahir dari jemarimu yang letih dan kisut” → imaji visual yang menunjukkan kerja keras dan ketekunan ibu.
  3. “Memelihara leluhur dan dewa-dewa dengan kesabaran tak terperikan” → imaji spiritual yang memperkuat makna religius dan pengorbanan.
  4. “Di telapak kakimu” → imaji metaforis yang menekankan ketekunan dan tanggung jawab terhadap kehidupan.
Imaji-imaji ini membuat pembaca merasakan kedalaman spiritual, pengabdian, dan kesucian sosok ibu secara emosional dan visual.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini:
  • Metafora – “rambutmu menguapkan wangi dupa” dan “di telapak kakimu” sebagai simbol pengabdian spiritual dan pengorbanan.
  • Hiperbola – “kesabaran tak terperikan” memperkuat kesan pengabdian yang luar biasa.
  • Personifikasi – wangi dupa dan upacara seolah hidup melalui tangan ibu, menunjukkan interaksi manusia dengan spiritualitas.
  • Simbolisme – ibu sebagai simbol pengorbanan, kesabaran, dan penjaga spiritualitas masyarakat Bali.
Majas-majas ini memperkuat kesan sakral, hormat, dan emosional puisi, sehingga pembaca bisa merasakan kekaguman dan penghormatan terhadap sosok ibu.

Puisi “Ibu Bali” karya Wayan Jengki Sunarta adalah penghormatan yang mendalam terhadap pengorbanan, kesabaran, dan spiritualitas seorang ibu. Melalui bahasa simbolik dan imaji yang hidup, penyair menekankan peran sentral perempuan dalam menjaga budaya, leluhur, dan nilai-nilai luhur masyarakat Bali.

Puisi ini mengingatkan pembaca untuk menghargai dedikasi seorang ibu, menghormati tradisi, dan menyadari nilai spiritual yang tersirat dalam pengabdian perempuan, sekaligus meresapi keindahan dan kesakralan budaya Bali.

Wayan Jengki Sunarta
Puisi: Ibu Bali
Karya: Wayan Jengki Sunarta

Biodata Wayan Jengki Sunarta:
  • Wayan Jengki Sunarta lahir pada tanggal 22 Juni 1975 di Denpasar, Bali, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.