Analisis Puisi:
Puisi "Jagoan Pembangunan" mengangkat tema kritik sosial melalui satire tajam yang menyoroti kemunafikan dan kontradiksi dalam dunia pembangunan dan kebijakan internasional. Melalui narasi yang ironis dan penggunaan bahasa yang cerdas, Taufiq Ismail memberikan komentar mendalam mengenai kesenjangan antara teori dan praktik dalam pembangunan.
Tema dan Penempatan Karakter
Puisi ini memulai dengan memperkenalkan tokoh utama, seorang anggota dari kelompok yang disebut "Jagoan Pembangunan." Tokoh ini, yang disiapkan untuk penerbangan dan pertemuan internasional, mengemban identitas sebagai bagian dari kelompok yang dianggap cerdas dan mulia, namun secara satirikal menunjukkan ketidaknyamanan dengan kenyataan sehari-hari. Kalimat "Saya harus take-off bersama Jagoan Pembangunan" mencerminkan keterhubungan tokoh ini dengan kelompok elit yang sering kali jauh dari realitas yang mereka bicarakan.
Kritik Terhadap Praktik Pembangunan
"Jagoan Pembangunan" digambarkan sebagai kelompok yang terlibat dalam diskusi di Hotel Sheraton dengan berbagai negara, menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk berhubungan secara langsung dengan rakyat yang membutuhkan. Puisi ini menyoroti kesenjangan antara tindakan kelompok tersebut dan realitas yang dihadapi rakyat. Deskripsi seperti "Kami diskusi kurang-gizi sambil mengunyah daging sapi" menunjukkan kontradiksi antara kehidupan mewah kelompok tersebut dan masalah yang mereka coba atasi.
Ironi dan Satire
Ismail menggunakan ironi untuk menyoroti ketidakpedulian kelompok ini terhadap isu-isu nyata. Misalnya, "Kami mengimpor konsultan bijak serta bestari" menunjukkan bagaimana mereka mengandalkan konsultan mahal untuk memberikan solusi yang sering kali tidak efektif, sementara "Kata orang konsultan itu tahu persis jam berapa sekarang" mengkritik cara mereka menggunakan pengetahuan teknis secara superficial.
Bahasa dan Gaya
Bahasa dalam puisi ini mencerminkan kepura-puraan dan kemunafikan kelompok tersebut. Istilah-istilah seperti "epigenetic," "micro," dan "macro" digunakan secara berlebihan untuk menunjukkan bagaimana jargon teknis sering kali digunakan untuk menciptakan kesan cendekiawan tanpa memberikan solusi praktis. Struktur kalimat yang "lentur dan tegang, gemerincing dan berdandan" memperkuat kesan bahwa bahasa mereka lebih tentang citra daripada substansi.
Penutup dan Makna
Di akhir puisi, Ismail menggambarkan rumah kelompok Jagoan Pembangunan yang "indah dan mewah" sebagai simbol kemewahan yang mereka nikmati sambil mengklaim memiliki sikap kerakyatan. "Kami perlukan selalu rakyat yang hidup melarat" adalah penutup yang kuat, menyoroti ketidakpedulian mereka terhadap penderitaan yang mereka klaim ingin atasi.
Puisi "Jagoan Pembangunan" adalah kritik sosial yang tajam terhadap dunia pembangunan dan kebijakan internasional. Dengan menggunakan satire dan ironi, Ismail mengungkapkan kontradiksi antara teori dan praktik dalam pembangunan serta kemunafikan kelompok elit yang terlibat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan efektivitas dan kejujuran dalam upaya pembangunan dan kebijakan sosial, serta menyoroti pentingnya keterhubungan nyata dengan rakyat yang membutuhkan.
Diterjemahkan oleh: Taufiq Ismail
Biodata Taufiq Ismail:
- Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
- Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.