Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Jagoan Pembangunan (Karya Taufiq Ismail)

Puisi "Jagoan Pembangunan" mengangkat tema kritik sosial melalui satire tajam yang menyoroti kemunafikan dan kontradiksi dalam dunia pembangunan ...
Jagoan Pembangunan

Wah maaf kawan, sekarang sudah jam penerbangan
Saya harus take-off bersama Jagoan Pembangunan
Kopor sudah rapi badan dijaga tiga suntikan
Setumpuk cek perjalanan, serta segenggam obat kesehatan

Jagoan Pembangunan itu kelompok cerdas serta mulia
Pemikiran kami dalam, pandangan kami menjagat raya
Walau kami bergaul dengan kelas paling ningrat
Pikiran kami selalu lekat dengan rakyat yang melarat

Di ruang sidang Hotel Sheraton berbagai negara
Kami menyumpahi semua maskapai multinasional
Tidak sukarlah mengacungkan tinju pada kezaliman
Di kamar yang sejuk dari jarak kejauhan

Kami diskusi kurang-gizi sambil mengunyah daging sapi
Kami analisa sebab kelaparan seraya minum susu berkopi
Apakah problemnya banjir di Asia atau kemarau di Afrika
Kami hadapi setiap isu itu dengan mulut terbuka

Kami mengimpor konsultan bijak serta bestari
Yang memecahkan soal dengan kesulitan terperinci
Yang selalu usul supaya seminar lalu seminar lagi
Sehingga makan lezat terjamin setiap hari

Kata orang konsultan itu tahu persis jam berapa sekarang
Dengan meminjam arloji anda, lalu membacakannya
Tapi gajinya yang mahal itu masuk kita punya akal
Karena obyekan belakangan, bisalah jadi garapan

Struktur kalimat dalam bahasa Jagoan Pembangunan
Lentur dan tegang, gemerincing dan berdandan
Seperti mantra kami bacalah kata epigenetic
Sedikit genit seperti micro, macro dan logarithmetic

Bagi kami istilah tinggi itu untuk bernikmat-nikmat
Supaya nampak cendekia, cerdas dan maut
Dan walaupun yang serba mapan itu tidak akan teringsut
Namun kosakata kami jelas makin meningkat

Jika diskusi makin mendalam dan anda merasa bingung
Inilah resepnya supaya malu anda jadi minimum
Tunjukkan tegas, anda juga cendekiawan
Bertanyalah seram, “Inikah yang namanya pembangunan?”

Atau bilang: “Dalam praktek itu memang baik
Tapi dalam teori itu tidak jalan!”
Beberapa orang akan heran mendengar logika begini
Tapi mayoritas kagum pada renungan sedalam ini

Rumah kelompok Jagoan Pembangunan indah dan mewah
Sesak dan mahal, bertumpuk serta gemerlapan
Di sana-sini ada pula karya seni pedalaman
Sebagai bukti sikap hidup yang kerakyatan

Wah cukuplah sudah bersajak-sajak, tugas kini menghimbau
Kewajiban kami suci benar serta beratnya terlampau
Kami perlu bahu kuat memikul beban yang berat
Seperti juga kami perlukan selalu rakyat yang hidup melarat.

Sumber: Prisma (Mei, 1979)

Catatan:
Judul asli puisi ini adalah "The Development Set". Dari penyair tak dikenal namanya. Diterjemahkan atas permintaan redaktur Prisma dan dimuat di majalah tersebut pada Mei 1979.

Analisis Puisi:

Puisi "Jagoan Pembangunan" mengangkat tema kritik sosial melalui satire tajam yang menyoroti kemunafikan dan kontradiksi dalam dunia pembangunan dan kebijakan internasional. Melalui narasi yang ironis dan penggunaan bahasa yang cerdas, Taufiq Ismail memberikan komentar mendalam mengenai kesenjangan antara teori dan praktik dalam pembangunan.

Tema dan Penempatan Karakter

Puisi ini memulai dengan memperkenalkan tokoh utama, seorang anggota dari kelompok yang disebut "Jagoan Pembangunan." Tokoh ini, yang disiapkan untuk penerbangan dan pertemuan internasional, mengemban identitas sebagai bagian dari kelompok yang dianggap cerdas dan mulia, namun secara satirikal menunjukkan ketidaknyamanan dengan kenyataan sehari-hari. Kalimat "Saya harus take-off bersama Jagoan Pembangunan" mencerminkan keterhubungan tokoh ini dengan kelompok elit yang sering kali jauh dari realitas yang mereka bicarakan.

Kritik Terhadap Praktik Pembangunan

"Jagoan Pembangunan" digambarkan sebagai kelompok yang terlibat dalam diskusi di Hotel Sheraton dengan berbagai negara, menunjukkan ketidakmampuan mereka untuk berhubungan secara langsung dengan rakyat yang membutuhkan. Puisi ini menyoroti kesenjangan antara tindakan kelompok tersebut dan realitas yang dihadapi rakyat. Deskripsi seperti "Kami diskusi kurang-gizi sambil mengunyah daging sapi" menunjukkan kontradiksi antara kehidupan mewah kelompok tersebut dan masalah yang mereka coba atasi.

Ironi dan Satire

Ismail menggunakan ironi untuk menyoroti ketidakpedulian kelompok ini terhadap isu-isu nyata. Misalnya, "Kami mengimpor konsultan bijak serta bestari" menunjukkan bagaimana mereka mengandalkan konsultan mahal untuk memberikan solusi yang sering kali tidak efektif, sementara "Kata orang konsultan itu tahu persis jam berapa sekarang" mengkritik cara mereka menggunakan pengetahuan teknis secara superficial.

Bahasa dan Gaya

Bahasa dalam puisi ini mencerminkan kepura-puraan dan kemunafikan kelompok tersebut. Istilah-istilah seperti "epigenetic," "micro," dan "macro" digunakan secara berlebihan untuk menunjukkan bagaimana jargon teknis sering kali digunakan untuk menciptakan kesan cendekiawan tanpa memberikan solusi praktis. Struktur kalimat yang "lentur dan tegang, gemerincing dan berdandan" memperkuat kesan bahwa bahasa mereka lebih tentang citra daripada substansi.

Penutup dan Makna

Di akhir puisi, Ismail menggambarkan rumah kelompok Jagoan Pembangunan yang "indah dan mewah" sebagai simbol kemewahan yang mereka nikmati sambil mengklaim memiliki sikap kerakyatan. "Kami perlukan selalu rakyat yang hidup melarat" adalah penutup yang kuat, menyoroti ketidakpedulian mereka terhadap penderitaan yang mereka klaim ingin atasi.

Puisi "Jagoan Pembangunan" adalah kritik sosial yang tajam terhadap dunia pembangunan dan kebijakan internasional. Dengan menggunakan satire dan ironi, Ismail mengungkapkan kontradiksi antara teori dan praktik dalam pembangunan serta kemunafikan kelompok elit yang terlibat. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan efektivitas dan kejujuran dalam upaya pembangunan dan kebijakan sosial, serta menyoroti pentingnya keterhubungan nyata dengan rakyat yang membutuhkan.

Puisi Taufiq Ismail
Puisi: Jagoan Pembangunan (The Development Set)
Diterjemahkan oleh: Taufiq Ismail

Biodata Taufiq Ismail:
  • Taufiq Ismail lahir pada tanggal 25 Juni 1935 di Bukittinggi, Sumatera Barat.
  • Taufiq Ismail adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.
© Sepenuhnya. All rights reserved.