Kader SB
Kepada SOBSI yang besar
kau tanya aku datang dari mana
dan mengapa segar mengintan
bagaikan embun di rumput pagi harapan.
aku adalah anak derita yang dibesarkan cinta
bayi kepedihan hari kemarin
remaja kegairahan hari ini
nyala yang mewarnai bahagia
bagi bangsa dan manusia.
aku adalah perwira yang merebut semua pabrik
pada ujung sorak-sorai revolusi
yang bikin kaya republik
semula tidak punya apa-apa
selain harta merdeka.
aku adalah api yang bertahan dan berkelahi
seteru dari budak-budak bayaran
penganjur keruntuhan
yang mau bikin muram
kegemilangan hidup hari ini.
aku adalah zat yang ada pada segala
dimana manusia merintih
dibelenggu kerja paksa
dan aku pencipta barisan
yang kembali kibarkan harapan.
aku adalah kekuatan Republik kekasih ini
dalam duka dalam suka
karena aku panglima barisan
yang tidak punya apa-apa
tapi pembawa merdeka bagi semua.
kau tanya aku mau kemana?
dengarlah: mari, hari ini jadikan pesta
kejayaan juang menyongsong cinta merata!
Sumber: Rangsang Detik (1957)
Analisis Puisi:
Puisi “Kader SB” karya Adi Sidharta merupakan puisi yang kuat secara ideologis dan emosional. Karya ini menampilkan suara seorang kader — sosok yang berdedikasi penuh pada perjuangan rakyat dan semangat revolusi. Puisi ini tidak hanya bernuansa politik, tetapi juga sarat nilai kemanusiaan, keberanian, dan pengabdian.
Tema
Tema utama puisi ini adalah semangat perjuangan dan pengabdian terhadap rakyat serta Republik. Melalui sosok “kader”, penyair menggambarkan semangat revolusioner yang lahir dari penderitaan, tumbuh dalam cinta, dan berjuang demi keadilan sosial. Tema ini juga menyinggung pentingnya kesetiaan ideologis terhadap cita-cita kemerdekaan dan kesejahteraan bersama.
Puisi ini bercerita tentang seorang kader yang memperkenalkan jati dirinya sebagai bagian dari kekuatan revolusi dan perjuangan rakyat. Ia berasal dari penderitaan dan cinta, tumbuh dari luka masa lalu, dan kini menjadi simbol perjuangan untuk kebahagiaan bangsa. Sosok “aku” dalam puisi bukan hanya individu, melainkan representasi kolektif kaum pekerja dan rakyat tertindas yang berjuang menegakkan keadilan.
Melalui pernyataan seperti “aku adalah anak derita yang dibesarkan cinta” dan “aku adalah perwira yang merebut semua pabrik”, penyair memperlihatkan transformasi sosial: dari penderitaan menuju kekuatan.
Makna tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini adalah panggilan moral untuk tidak melupakan semangat revolusi dan perjuangan rakyat kecil. Penyair menegaskan bahwa kemerdekaan sejati tidak hanya berhenti pada simbol, tetapi harus diwujudkan dalam kesejahteraan sosial dan ekonomi bagi seluruh rakyat.
Selain itu, ada makna spiritual dalam pengabdian: bahwa perjuangan untuk keadilan adalah bentuk tertinggi dari cinta kepada bangsa dan sesama manusia. Sosok “kader” menjadi simbol ideal manusia yang rela berkorban demi kepentingan bersama.
Suasana dalam puisi
Suasana dalam puisi ini penuh semangat, heroik, dan optimistis. Diksi seperti “nyala yang mewarnai bahagia”, “pesta kejayaan juang”, dan “menyongsong cinta merata” menggambarkan ledakan semangat revolusioner yang tak padam. Meskipun lahir dari penderitaan, puisi ini menebarkan harapan dan kebanggaan terhadap perjuangan rakyat.
Imaji
Puisi ini sarat dengan imaji visual dan emosional yang menggugah. Pembaca dapat membayangkan sosok pejuang yang berapi-api, memimpin massa di tengah semangat revolusi. Imaji “embun di rumput pagi harapan” menggambarkan kesegaran dan kebangkitan setelah penderitaan, sementara “api yang bertahan dan berkelahi” melukiskan daya juang tanpa henti. Imaji ini menciptakan perpaduan antara kelembutan dan kekuatan.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora, seperti pada kalimat “aku adalah api yang bertahan dan berkelahi”, yang melambangkan semangat juang yang tak pernah padam.
- Personifikasi, misalnya “embun di rumput pagi harapan”, menggambarkan harapan seolah hidup dan bernafas.
- Repetisi, terlihat dari pengulangan “aku adalah…” di banyak baris, mempertegas identitas dan semangat tokoh utama.
- Hiperbola, muncul dalam ungkapan seperti “pembawa merdeka bagi semua”, yang memperkuat kesan heroisme dan pengorbanan besar.
Amanat / Pesan yang disampaikan
Amanat puisi ini adalah ajakan untuk terus menjaga semangat perjuangan rakyat dan tidak melupakan cita-cita kemerdekaan sejati. Penyair mengingatkan bahwa kemerdekaan bukan hanya hasil dari perjuangan masa lalu, tetapi harus dipertahankan dengan keberanian, solidaritas, dan pengabdian tanpa pamrih.
Selain itu, pesan lain yang tersirat adalah bahwa kekuatan sejati lahir dari penderitaan yang disucikan oleh cinta — cinta kepada bangsa, rakyat, dan keadilan sosial.
Puisi “Kader SB” karya Adi Sidharta menggambarkan potret seorang pejuang yang bukan hanya simbol politik, tetapi juga lambang moral dan kemanusiaan. Dengan bahasa yang tegas dan penuh energi, puisi ini menghidupkan kembali semangat perjuangan rakyat: bahwa dari derita dan cinta, lahirlah kekuatan untuk membangun kejayaan bersama.
Karya: Adi Sidharta
Biodata Adi Sidharta:
- Adi Sidharta (biasa disingkat A.S. Dharta) lahir pada tanggal 7 Maret 1924 di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
- Adi Sidharta meninggal dunia pada tanggal 7 Februari 2007 (pada usia 82 tahun) di Cibeber, Cianjur, Jawa Barat.
- Adi Sidharta memiliki banyak nama pena, antara lain Kelana Asmara, Klara Akustia, Yogaswara, Barmaraputra, Rodji, dan masih banyak lagi.
