Sumber: Mantera (1975)
Analisis Puisi:
Puisi "Kau Begitu Sawo Mateng, Cintaku!" karya Asrul Sani adalah sebuah karya yang mengungkapkan perasaan cinta dan kerinduan seseorang terhadap objek cintanya. Meskipun puisi ini terasa singkat, ia memuat banyak makna dan emosi yang dalam.
Judul Puisi: Judul puisi, "Kau Begitu Sawo Mateng, Cintaku!", mengandung bahasa metafora yang menarik. Kata "sawo mateng" dalam bahasa Indonesia merujuk kepada buah sawo yang telah matang dan memiliki warna kulit yang cokelat tua. Dalam konteks puisi ini, "sawo mateng" digunakan sebagai simbol untuk menyatakan kedewasaan atau kematangan cinta.
Pengungkapan Perasaan Cinta: Puisi ini secara jujur mengungkapkan perasaan cinta penuturnya terhadap orang yang menjadi objek cintanya. Kata-kata "Aku cinta kau" di awal puisi adalah pengakuan yang tulus dan langsung.
Kesulitan dalam Mengungkapkan Cinta: Meskipun terdapat perasaan cinta yang mendalam, penutur merasa kesulitan untuk mengungkapkannya. Ini tercermin dalam baris-baris seperti "Sekali aku boleh belai pada rambut / Kemudian kau suruh aku minta diri" dan "Aku tidak akan mendekati / cinta dalam kelam." Hal ini mungkin merujuk kepada keragu-raguan atau ketidakpastian dalam hubungan.
Kenangan dan Waktu: Puisi ini menggambarkan pentingnya kenangan dan waktu dalam hubungan. Ada pernyataan tentang "kenang" dan "jam-jam akan datang," yang mengisyaratkan bahwa pengalaman bersama dan masa depan adalah bagian integral dari hubungan ini.
Perubahan dalam Cinta: Puisi ini juga mencerminkan perubahan dalam perasaan cinta. Penutur merenungkan perasaan cintanya yang telah berubah dari masa lalu. Hal ini tercermin dalam baris-baris seperti "Ah, aku telah begitu asyik / dalam impiku yang beratus tahun / kenang engkau lepas dari kenangan!" Ini mungkin merujuk kepada evolusi perasaan cinta dari awal hubungan hingga saat ini.
Simbolisme Warna: Warna, seperti merah dan hitam, digunakan sebagai simbol perasaan. Merah sering kali melambangkan cinta dan hasrat, sementara hitam dapat merujuk kepada kerinduan atau kegelapan emosi. Kedua warna ini mencerminkan intensitas perasaan cinta dalam puisi ini.
Secara keseluruhan, puisi ini adalah ekspresi yang kuat dan mendalam tentang cinta, waktu, dan perubahan dalam perasaan. Ia menggambarkan bagaimana perasaan cinta seseorang bisa berkembang dan berubah seiring berjalannya waktu.
Biodata Asrul Sani:
- Asrul Sani lahir pada tanggal 10 Juni 1926 di Sumatera Barat.
- Asrul Sani meninggal dunia pada tanggal 11 Januari 2004 (ada usia 77 tahun) di Jakarta, Indonesia.
- Asrul Sani adalah salah satu pelopor Angkatan '45 (bersama Chairil Anwar dan Rivai Apin).
