Ketika Ibu Pergi
ketika ibu pergi, seisi rumah sepi
kami bertemu di ruang tamu, di dapur,
di kamar tidur, di ruang aku belajar
selalu ibu bertanya tentang apa
yang kudapat hari ini
ibu adalah teman di mana kami
saling berbagi, saling memberi
kami adalah anak-anak yang lahir
oleh waktu yang keliru
kadang ibu sering bertanya tentang
siapa yang kelak terlebih dahulu
meninggalkan rumah ini:
ayah terlebih dahulu, ibu kemudian
ataukah anak-anaknya?
hanya air mata yang menetes setiap
mengingat pertanyaan itu
membayangkan orang tua pergi
satu persatu
tapi tidak berarti seperti itu
Tuhan pun boleh saja memanggil
kami, anak-anak yang belum lama
tinggal di dunia untuk menghadap-Nya
dan kini, ketika ibu pergi
rumah ini memberi pelajaran besar
tentang arti kehilangan tadi
ibu, lekaslah pulang
aku ingin memelukmu
2018
Sumber: Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018)
Analisis Puisi:
Puisi anak tak selalu tentang keceriaan atau fantasi, tetapi juga bisa menyentuh emosi dan menanamkan pemahaman tentang kehidupan. Salah satu contoh yang menonjol terdapat dalam buku Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018), yaitu puisi "Ketika Ibu Pergi" karya Handry TM. Puisi ini menghadirkan refleksi anak-anak terhadap kehadiran dan ketidakhadiran orang tua dalam kehidupan sehari-hari.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kehilangan dan kasih sayang orang tua, khususnya sosok ibu. Puisi ini menggambarkan bagaimana anak-anak merasakan sepinya rumah ketika ibu pergi, sekaligus menekankan pentingnya kehadiran orang tua dalam mendukung pertumbuhan emosional dan spiritual anak.
Puisi ini bercerita tentang pengalaman anak-anak saat ibu mereka pergi. Kehadiran ibu terasa sangat penting di berbagai ruang—ruang tamu, dapur, kamar tidur, bahkan ruang belajar. Anak-anak mengenang bagaimana ibu selalu menanyakan hal-hal sederhana tentang kehidupan mereka sehari-hari. Mereka juga merenungkan konsep waktu dan kematian, bertanya-tanya siapa yang akan pergi terlebih dahulu antara orang tua dan anak-anak. Puisi ini berakhir dengan ungkapan rindu dan harapan agar ibu segera pulang, menegaskan betapa besar perasaan cinta dan keterikatan anak terhadap ibu.
Makna Tersirat
Makna tersirat puisi ini adalah pengajaran tentang menghargai kehadiran orang tua dan memahami nilai kasih sayang mereka. Kehadiran ibu bukan hanya sebagai figur pengasuh, tetapi juga sebagai teman yang berbagi, memberi, dan mendukung perkembangan anak-anak. Puisi ini juga mengajarkan anak-anak untuk menyadari kefanaan hidup, menerima kehilangan, dan menghargai setiap momen bersama orang tua.
Imaji dan Majas
Handry TM menghadirkan imaji yang kuat melalui penggambaran rumah yang sepi saat ibu pergi, serta ruang-ruang yang biasanya dipenuhi kehangatan. Majas personifikasi dan hiperbola terlihat ketika rumah “memberi pelajaran besar tentang arti kehilangan,” yang menguatkan kesan emosional puisi. Imaji ini membuat pembaca—terutama anak-anak—merasakan suasana sepi sekaligus rindu yang dialami tokoh puisi.
Puisi "Ketika Ibu Pergi" adalah puisi anak yang sederhana namun sarat makna. Handry TM berhasil mengekspresikan perasaan kehilangan dan cinta kepada orang tua dengan cara yang mudah dipahami oleh anak-anak. Puisi ini mengajarkan mereka tentang pentingnya kehadiran ibu, menghargai kasih sayang, serta memahami nilai waktu dan kehidupan. Karya ini menjadi contoh bagaimana puisi anak dapat menjadi media edukatif sekaligus emosional, yang menumbuhkan empati dan rasa syukur sejak dini.
Karya: Handry TM
Biodata Handry TM:
- Handry TM lahir pada tanggal 23 September 1963 di Semarang, Jawa Tengah.
- Handry TM meninggal dunia pada tanggal 24 Februari 2023.
