Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Lanskap Pagi (Karya Mahbub Junaedi)

Puisi “Lanskap Pagi” karya Mahbub Junaedi menggambarkan keindahan dan makna filosofis dari

Lanskap Pagi


ada tubuh di subuh
meluruh
malam mulai tutup lapak
menghapus segala jejak

para bintang melemah kerdipnya
bulan memucat
fajar dengan riang bersolek diri
memberi jalan bagi mentari bersinar

gigil rumput oleh embun
terserimpung kaki telanjang sarat beban
di antara kecipak genangan air
semalam hujan membentuk tirai

ada tubuh di subuh
meluruh
malam sudah kehilangan daya gelapnya
menghapus mimpi-mimpi

Bumiayu, 11/02/16

Sumber: Surat dari Samudra (2018)

Analisis Puisi:

Puisi “Lanskap Pagi” karya Mahbub Junaedi merupakan lukisan puitik tentang pergantian waktu dari malam menuju pagi. Dengan diksi yang lembut dan penuh imaji alam, penyair menghadirkan suasana subuh yang tenang namun menyimpan refleksi kehidupan. Puisi ini bukan sekadar deskripsi tentang alam, tetapi juga simbol tentang harapan, kebangkitan, dan kesadaran manusia terhadap perubahan waktu.

Tema

Tema utama puisi ini adalah peralihan dari kegelapan menuju cahaya — simbol kebangkitan dan harapan baru. Mahbub Junaedi menggunakan lanskap alam pagi untuk menggambarkan perjalanan waktu, perubahan suasana, sekaligus perubahan batin manusia dari kesunyian menuju kesadaran hidup.

Puisi ini bercerita tentang suasana subuh yang perlahan berubah menjadi pagi, ketika malam mulai menghilang dan matahari bersiap untuk terbit. Penyair menggambarkan perubahan itu melalui detail alam: bintang yang meredup, bulan yang memucat, embun di rumput, dan bunyi air yang tertinggal setelah hujan.

Namun, di balik itu semua, terdapat sosok manusia — “tubuh di subuh” — yang meluruh, menggambarkan rasa lelah, penyerahan, atau mungkin perenungan diri di tengah pergantian waktu.

Makna tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah tentang kefanaan dan kebangkitan. “Tubuh di subuh meluruh” bisa dimaknai sebagai simbol manusia yang melepaskan beban malam — masa lalu, kesedihan, atau mimpi yang telah berakhir — untuk menyambut hari baru yang penuh kemungkinan.

Puisi ini juga menyiratkan bahwa setiap pergantian waktu mengandung pesan spiritual: setelah kegelapan selalu ada terang, setelah kelelahan selalu ada harapan baru.

Suasana dalam puisi

Suasana dalam puisi ini hening, tenang, dan reflektif. Ada nuansa kesunyian malam yang perlahan larut oleh kedatangan cahaya pagi. Ungkapan seperti “bulan memucat”, “fajar dengan riang bersolek diri”, dan “gigil rumput oleh embun” menghadirkan perpaduan antara dingin, lembut, dan keteduhan.

Amanat / pesan yang disampaikan puisi

Pesan yang disampaikan Mahbub Junaedi melalui puisi ini adalah bahwa setiap akhir membawa awal baru. Malam yang surut bukanlah akhir dari segalanya, melainkan pertanda datangnya terang.

Penyair seolah mengingatkan pembaca agar tidak terjebak dalam kegelapan masa lalu — karena waktu terus bergerak, dan pagi selalu datang membawa harapan baru.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual dan imaji perasaan.
  • Imaji visual terlihat pada gambaran seperti “bulan memucat”, “fajar dengan riang bersolek diri”, dan “rumput oleh embun” — menghadirkan pemandangan alam yang jelas dan indah.
  • Imaji perasaan muncul lewat kata “meluruh” dan “sarat beban”, yang menggambarkan suasana batin manusia yang lelah namun siap memulai kembali.
Kekuatan imaji ini membuat pembaca seolah turut menyaksikan pergantian malam ke pagi dalam suasana sunyi yang menyejukkan.

Majas

Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
  • Personifikasi – “fajar dengan riang bersolek diri” menggambarkan fajar seolah manusia yang bersiap tampil indah.
  • Metafora – “malam mulai tutup lapak” memetaforakan malam sebagai pedagang yang selesai berdagang, menandakan akhir waktu.
  • Repetisi – pengulangan larik “ada tubuh di subuh meluruh” memberi penekanan pada suasana kontemplatif dan simbolis.
  • Hiperbola – “malam sudah kehilangan daya gelapnya” memperkuat kesan bahwa terang pagi benar-benar menaklukkan kegelapan malam.
Puisi “Lanskap Pagi” karya Mahbub Junaedi menggambarkan keindahan dan makna filosofis dari pergantian malam ke pagi. Melalui diksi yang lembut, penyair menampilkan lanskap alam yang hidup dengan makna spiritual mendalam — tentang perubahan, kesadaran, dan harapan baru. Dengan perpaduan imaji alam dan renungan batin, puisi ini menghadirkan pengalaman estetik yang damai sekaligus reflektif: bahwa setelah setiap gelap, selalu ada cahaya yang menuntun manusia untuk kembali bangkit.

Mahbub Junaedi
Puisi: Lanskap Pagi
Karya: Mahbub Junaedi

Biodata Mahbub Junaedi:
  • Mahbub Junaedi lahir pada tanggal 23 November, di Brebes, Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.