Analisis Puisi:
Puisi “Melihat Yogya” karya Andy Sri Wahyudi merupakan karya yang menghadirkan pengalaman reflektif dan penuh renungan melalui pengamatan terhadap kota Yogyakarta. Dengan dua bagian pendek, puisi ini mengekspresikan hubungan antara memori pribadi, pengalaman inderawi, dan makna simbolik kota sebagai ruang refleksi.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kenangan, refleksi, dan keterikatan emosional terhadap tempat. Kota Yogyakarta digambarkan bukan sekadar lokasi fisik, tetapi sebagai medium yang membangkitkan ingatan masa lalu dan pemikiran mendalam tentang pengalaman hidup. Puisi ini juga menyinggung pertemuan antara memori personal dan pengalaman inderawi yang membentuk kesadaran penulis.
Puisi ini bercerita tentang pengalaman penulis saat melihat Yogya dan bagaimana kota itu memunculkan memori masa kecil serta renungan batin. Pada bagian pertama, penulis mengingat tanda cacar di lengan ibu saat digendong, yang menimbulkan hubungan emosional antara memori keluarga dan pengalaman kota. Kehadiran “suara mesin, kerlap tembok, dan kerlip kacak-kaca” menambah kesan pengamatan visual dan auditory, yang sekaligus memunculkan kebingungan atau pertanyaan mendalam: “membuatku menjadi tanda tanya.”
Bagian kedua, “Yogya adalah sebuah renungan bersama,” menyiratkan bahwa kota itu berfungsi sebagai tempat kontemplasi kolektif, di mana pengalaman pribadi dapat bersinggungan dengan refleksi sosial dan budaya.
Makna Tersirat
Secara tersirat, puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya memori dan pengalaman sebagai bagian dari identitas kita. Kota Yogyakarta, dengan semua simbol dan nuansanya, menjadi cermin bagi kenangan dan renungan penulis. Tanda cacar di lengan ibu, yang muncul dalam pengamatan terhadap kota, dapat dimaknai sebagai representasi rasa aman, kasih sayang, dan masa lalu yang membentuk pengalaman sekarang.
Puisi ini juga menyinggung ketidakpastian dan rasa ingin tahu melalui frasa “membuatku menjadi tanda tanya,” menunjukkan bahwa pengamatan terhadap dunia sekitar sering kali memunculkan pertanyaan tentang kehidupan, waktu, dan hubungan manusia dengan tempatnya.
Imaji
Puisi ini menghadirkan imaji visual dan auditory yang khas. Imaji visual terlihat pada penggambaran “kerlap tembok dan kerlip kacak-kaca,” yang membangkitkan kesan kota yang hidup dan penuh cahaya. Imaji auditory muncul dari “suara mesin,” yang menambah dimensi sensori pengalaman penulis dan menghadirkan realitas kota secara konkret. Selain itu, imaji personal muncul melalui tanda cacar di lengan ibu, yang membawa nuansa intim dan emosional.
Majas
Majas yang tampak dalam puisi ini adalah personifikasi dan metafora. Kota Yogyakarta digambarkan sebagai “renungan bersama,” memberikan kualitas manusiawi pada kota sebagai subjek yang mampu memunculkan refleksi batin. Selain itu, tanda cacar ibu dijadikan simbol atau metafora untuk memori dan pengalaman masa lalu yang terus hadir dalam kesadaran penulis.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang dapat diambil dari puisi ini adalah pentingnya mengingat dan merefleksikan pengalaman masa lalu serta menghargai tempat yang memengaruhi identitas dan pemikiran kita. Yogya, sebagai kota dan simbol pengalaman, mengajak pembaca untuk merenungkan hubungan antara memori, tempat, dan renungan batin yang mendalam.
Puisi “Melihat Yogya” karya Andy Sri Wahyudi menekankan bagaimana pengalaman inderawi dan memori personal dapat berpadu untuk membentuk refleksi mendalam terhadap kehidupan. Meskipun sederhana dan singkat, puisi ini mampu menghadirkan nuansa emosional dan kontemplatif yang kuat, menjadikan Yogya sebagai ruang bagi pengamatan, perenungan, dan penghayatan batin.
Puisi: Melihat Yogya
Karya: Andy Sri Wahyudi
Karya: Andy Sri Wahyudi
Biodata Andy Sri Wahyudi:
- Andy Sri Wahyudi lahir pada 13 Desember 1980 di kampung Mijen, Minggiran, Yogyakarta.