Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Semut Hitam (Karya Gatot Supriyanto)

Puisi “Semut Hitam” karya Gatot Supriyanto menunjukkan bahwa pelajaran sosial dan etika tidak selalu harus rumit; alam dan makhluk kecil pun bisa ...

Semut Hitam


Ketika bertemu, tak saling berpaling
yang ada, muka ketemu muka
mulut ketemu mulut
bagai sapaan angin pada laut
membuat percakapan makin membaut

Sesaat bertemu mereka bersekutu
entah bahasa apa tuk menyapa
atau macam hati apa yang ada di dalam
yang kutahu mereka bersatu
bahasanya sama

O, semut
dalam aromamu kuingin bertemu
belajar bagaimana sejajar
menyapa tanpa beda

Sumber: Surat dari Samudra (Balai Bahasa Jawa Tengah, 2018)

Analisis Puisi:

Puisi “Semut Hitam” karya Gatot Supriyanto menghadirkan pandangan sederhana namun dalam tentang kebersamaan dan kesetaraan. Dalam buku Surat dari Samudra, puisi ini menonjol karena menggambarkan interaksi sosial melalui simbol semut, menjadikannya sarana refleksi bagi anak-anak tentang nilai persatuan, komunikasi, dan rasa hormat terhadap sesama.

Tema

Tema puisi ini adalah persatuan, kesetaraan, dan komunikasi tanpa perbedaan. Gatot Supriyanto menggunakan semut sebagai simbol makhluk yang bersatu, bekerja sama, dan saling menghormati tanpa memandang perbedaan. Tema ini relevan untuk anak-anak karena mengajarkan nilai sosial sejak dini.

Puisi ini bercerita tentang pertemuan semut dan interaksi mereka sebagai simbol kebersamaan. Anak-anak diajak membayangkan semut yang bertemu tanpa saling berpaling, muka bertemu muka, mulut bertemu mulut, seolah sapaan mereka seperti angin yang menyapa laut.

Pertemuan ini menunjukkan kesatuan dan komunikasi yang harmonis. Penyair kemudian menekankan keinginan belajar dari semut—bagaimana mereka dapat menyapa dan bersatu tanpa membedakan satu sama lain. Dengan cara ini, puisi membingkai interaksi sosial sederhana sebagai pelajaran moral bagi pembaca muda.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa persatuan dan komunikasi yang baik tidak memerlukan perbedaan atau konflik. Anak-anak diajarkan untuk belajar dari alam, khususnya semut, tentang bagaimana bersikap sejajar dan menghargai sesama.

Selain itu, puisi ini menyiratkan bahwa kesederhanaan dalam hubungan sosial bisa menjadi kunci keharmonisan, tanpa harus rumit atau memandang siapa yang lebih unggul.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi terasa tenang, harmonis, dan penuh kekaguman. Pertemuan semut digambarkan seperti sapaan angin pada laut—alami, lembut, dan mengalir. Suasana ini menekankan rasa kagum penyair terhadap kesederhanaan dan keteraturan alam, sekaligus menghadirkan nuansa damai bagi pembaca anak-anak.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Amanat puisi ini adalah bahwa kita bisa belajar dari alam, khususnya hewan kecil seperti semut, tentang nilai persatuan, kesetaraan, dan komunikasi yang harmonis. Anak-anak diajak untuk:
  • Bersikap sejajar dengan teman atau orang lain.
  • Menghargai perbedaan tanpa membeda-bedakan.
  • Menjaga persatuan dalam kehidupan sehari-hari, seperti semut yang bersatu dalam kerja sama.
Pesan ini menanamkan nilai sosial dan moral sejak usia dini, sekaligus membangun rasa empati terhadap sesama.

Imaji

Puisi ini menghadirkan imaji visual dan imaji gerak yang kuat:
  • “Muka ketemu muka / mulut ketemu mulut / bagai sapaan angin pada laut” → imaji visual dan auditorial yang membuat pembaca membayangkan pertemuan semut dengan harmonis.
  • “O, semut / dalam aromamu kuingin bertemu” → imaji penciuman yang menambah kedekatan emosional dengan makhluk kecil ini.
Imaji-imaji ini membantu anak-anak merasakan persatuan dan harmoni melalui pengamatan sederhana terhadap alam.

Majas

Beberapa majas dalam puisi ini antara lain:
  • Majas personifikasi, terlihat pada penggambaran semut yang “berbicara” dan “bersatu” seperti manusia.
  • Majas simile, pada “bagai sapaan angin pada laut”, yang membandingkan interaksi semut dengan fenomena alam yang lembut dan harmonis.
  • Majas apostrof, terlihat pada panggilan “O, semut”, seakan penyair berbicara langsung kepada semut sebagai sosok yang bisa dijadikan teladan.
Majas-majas ini membuat puisi terasa hidup dan menyentuh, serta menekankan pesan moral yang ingin disampaikan.

Puisi “Semut Hitam” karya Gatot Supriyanto adalah puisi anak yang sederhana namun sarat makna sosial. Puisi ini mengajarkan bahwa persatuan, kesetaraan, dan komunikasi harmonis bisa dipelajari dari alam.

Dengan bahasa yang lembut, imaji yang jelas, dan simbol semut yang efektif, puisi ini mampu menanamkan nilai moral pada anak-anak, mengajak mereka menghargai sesama, bersikap sejajar, dan bekerja sama dalam kehidupan sehari-hari.

Puisi ini menunjukkan bahwa pelajaran sosial dan etika tidak selalu harus rumit; alam dan makhluk kecil pun bisa menjadi guru yang bijak.

Gatot Supriyanto
Puisi: Semut Hitam
Karya: Gatot Supriyanto

Biodata Gatot Supriyanto:
  • Gatot Supriyanto lahir pada tanggal 8 Oktober 1962 di Pontianak.
© Sepenuhnya. All rights reserved.