Suatu Lagu
Suatu lagu
mengingatkan aku pada yang sudah lalu
gema phonola
dan irama wals mengalun mesra!
kenangan lama terbayang nyata!
dalam kehijauan remaja
di lingkungan kasih ibu dan bapa
semua bersuka
Suatu lagu
membikin aku tertegun dari kerjaku:
terkenang aku dalam tersedu
di mana senja masih bertahta!
ah, masa!
ah, masa!
riang 'lah hilang meninggalkan beta!
1947
Analisis Puisi:
Puisi “Suatu Lagu” karya Hartojo Andangdjaja merupakan salah satu karya yang sederhana namun sarat dengan makna nostalgia dan emosi batin yang mendalam. Melalui bahasa yang lembut dan penuh kenangan, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan masa lalu—masa muda yang ceria, kehidupan bersama orang tua, dan irama kehidupan yang perlahan berubah seiring waktu.
Puisi ini bukan hanya tentang lagu secara harfiah, melainkan tentang kenangan yang hidup kembali melalui nada dan irama, tentang waktu yang berlalu dan rasa kehilangan yang ditinggalkannya. “Suatu Lagu” menjadi bentuk refleksi manusia atas perjalanan hidup yang tak dapat diulang, tetapi selalu bisa dikenang.
Tema
Tema utama dalam puisi “Suatu Lagu” adalah nostalgia terhadap masa lalu dan kenangan yang tak bisa kembali. Melalui ungkapan-ungkapan seperti “mengingatkan aku pada yang sudah lalu” dan “ah, masa! riang ‘lah hilang meninggalkan beta!”, penyair menonjolkan perasaan rindu dan kehilangan terhadap masa muda yang indah, penuh kasih sayang, dan kehangatan keluarga.
Tema ini menegaskan bahwa waktu berjalan tanpa bisa dihentikan, dan kenangan menjadi satu-satunya cara bagi manusia untuk kembali merasakan keindahan masa lalu.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang tiba-tiba tersentuh oleh alunan sebuah lagu, yang membangkitkan kenangan lama dalam hidupnya. Lagu tersebut membawa penyair mengingat masa remaja—masa ketika ia hidup dalam lingkungan kasih sayang orang tua dan dipenuhi keceriaan.
Namun seiring berjalannya waktu, kenangan itu menjadi sumber kesedihan lembut. Lagu yang dulu mungkin membuatnya gembira, kini justru menghadirkan kesadaran bahwa masa-masa itu telah berlalu.
Pada bagian akhir, penyair menutup dengan seruan lirih “ah, masa!”, yang menggambarkan kerinduan mendalam terhadap waktu yang telah pergi tanpa kembali.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi “Suatu Lagu” adalah kesadaran tentang kefanaan waktu dan nilai kenangan dalam kehidupan manusia. Melalui lagu yang menjadi simbol pengingat masa lalu, penyair menegaskan bahwa hidup tidak bisa dilepaskan dari perjalanan waktu dan ingatan.
Kenangan masa muda—yang penuh tawa dan kasih—pada akhirnya akan berganti menjadi masa dewasa yang penuh tanggung jawab dan kesunyian. Namun, meski waktu terus berjalan, kenangan tidak pernah benar-benar hilang; ia tetap hidup dalam hati manusia.
Makna lain yang tersirat adalah perenungan tentang perubahan dan kehilangan. Lagu yang dulu menjadi sumber kebahagiaan, kini justru menimbulkan kesedihan karena menyadarkan bahwa semua itu telah berlalu. Inilah sisi melankolis manusia: merindukan masa lalu yang tak bisa digapai lagi.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi “Suatu Lagu” berubah dari hangat dan gembira menjadi melankolis dan sendu. Pada awalnya, penyair menggambarkan suasana penuh kenangan bahagia:
“Dalam kehijauan remaja di lingkungan kasih ibu dan bapa semua bersuka.”
Bagian ini menghadirkan suasana ceria, damai, dan penuh kasih sayang keluarga. Namun di bagian akhir, suasana berubah drastis:
“terkenang aku dalam tersedu di mana senja masih bertahta! ah, masa! ah, masa!”
Kata “tersedu” dan “senja” menghadirkan nuansa kesedihan dan penyesalan. Suasana ini menunjukkan bahwa waktu telah membawa jarak antara masa lalu yang cerah dan masa kini yang penuh kerinduan.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat dari puisi “Suatu Lagu” adalah pentingnya menghargai waktu dan momen kebersamaan selagi masih ada. Penyair seolah ingin mengatakan bahwa masa muda, keluarga, dan kebahagiaan tidak akan bertahan selamanya. Ketika semua itu telah berlalu, yang tersisa hanyalah kenangan dan rasa rindu.
Selain itu, puisi ini juga menyampaikan pesan bahwa kenangan memiliki kekuatan untuk menghidupkan kembali perasaan yang telah lama terkubur. Lagu atau suara dapat menjadi jembatan antara masa kini dan masa lalu—membangkitkan emosi yang membuat manusia tetap terhubung dengan pengalaman hidupnya.
Puisi ini mengajak pembaca untuk bersyukur dan menghargai setiap detik kehidupan, karena suatu saat semuanya hanya akan tinggal dalam ingatan.
Imaji
Puisi ini sangat kaya dengan imaji indrawi (sensorik) yang menghidupkan pengalaman pembaca.
Beberapa imaji yang menonjol antara lain:
- Imaji auditif (pendengaran): “gema phonola dan irama wals mengalun mesra!” → Menggambarkan suara musik lembut yang memicu kenangan.
- Imaji visual (penglihatan): “dalam kehijauan remaja” → Memberikan gambaran masa muda yang segar, penuh warna kehidupan.
- Imaji emosional: “terkenang aku dalam tersedu” → Menghadirkan kesan duka yang dalam dan perasaan kehilangan.
Imaji-imaji ini membuat puisi terasa hidup, seolah pembaca dapat mendengar alunan wals, melihat masa muda yang hijau, dan merasakan sedihnya kenangan yang kembali hadir.
Majas
Hartojo Andangdjaja menggunakan berbagai majas (gaya bahasa) untuk memperindah puisinya dan memperkuat emosi nostalgia yang ingin disampaikan. Berikut beberapa majas yang tampak menonjol:
Majas Personifikasi
- “gema phonola dan irama wals mengalun mesra!” → Musik digambarkan seolah-olah bisa berperasaan dan mengalun dengan kelembutan manusiawi.
Majas Repetisi
- Pengulangan kata “ah, masa! ah, masa!” → Menegaskan perasaan sedih dan rindu terhadap masa lalu yang tak kembali.
Majas Metafora
- “senja masih bertahta” → Senja dipersonifikasikan sebagai raja yang berkuasa, melambangkan waktu senja kehidupan atau akhir dari masa muda.
Majas Simbolik
- Lagu menjadi simbol kenangan.
- Senja menjadi simbol akhir perjalanan atau perubahan hidup.
Majas-majas ini tidak hanya memperindah struktur puisi, tetapi juga memperdalam makna emosional yang dikandungnya.
Puisi “Suatu Lagu” karya Hartojo Andangdjaja merupakan karya liris yang penuh perasaan dan sarat makna. Melalui simbol lagu, penyair berhasil mengekspresikan kerinduan terhadap masa lalu, kenangan masa muda, dan kasih keluarga.
Dengan tema nostalgia dan waktu yang berlalu, puisi ini menyentuh sisi paling manusiawi dalam diri pembaca: keinginan untuk kembali ke masa ketika hidup terasa lebih sederhana dan bahagia.
Melalui penggunaan imaji auditif dan visual, serta majas repetisi dan metafora, penyair menghadirkan suasana yang berganti dari bahagia menjadi sendu—sebuah perjalanan emosional yang menggambarkan perjalanan hidup manusia itu sendiri.
Puisi ini mengajarkan bahwa setiap kenangan, meski membawa sedih, tetaplah berharga karena darinya kita belajar menghargai waktu, keluarga, dan kehidupan. Puisi ini bukan sekadar tentang musik, melainkan tentang irama kehidupan yang terus berputar tanpa henti, meninggalkan gema kenangan di hati setiap manusia.
Biodata Hartojo Andangdjaja:
- Hartojo Andangdjaja (Ejaan yang Disempurnakan: Hartoyo Andangjaya) lahir pada tanggal 4 Juli 1930 di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja meninggal dunia pada tanggal 30 Agustus 1990 (pada umur 60 tahun) di Solo, Jawa Tengah.
- Hartojo Andangdjaja adalah salah satu Sastrawan Angkatan '66.