Sumber: Horison (Maret, 1980)
Analisis Puisi:
Puisi "Sungai Martapura" karya Slamet Sukirnanto meski singkat, memuat makna yang dalam. Dengan larik-larik sederhana, penyair menghadirkan simbol kehidupan, perjalanan, dan hubungan manusia dengan lingkungannya. Sungai dalam puisi ini bukan hanya sekadar aliran air, melainkan juga metafora bagi kehidupan, pengorbanan, dan kesinambungan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah hubungan antara manusia dan alam, serta kesinambungan hidup yang saling memberi dan menerima.
Puisi ini bercerita tentang perahu dan sungai yang diibaratkan sebagai manusia dengan lingkungannya. Perahu mengayuh mimpi ke hulu, sementara sungai mengalirkan darah daging kehidupan. Ada relasi timbal balik: perahu hanya bisa bergerak dengan bantuan sungai, dan sungai menemukan makna dengan hadirnya perahu yang mengarunginya.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah kehidupan manusia tak bisa dilepaskan dari alam. Sungai menjadi simbol aliran kehidupan, sumber penghidupan, sekaligus jalan bagi perahu (manusia) untuk mewujudkan mimpi. Relasi itu menggambarkan pentingnya harmoni antara manusia dan lingkungan, di mana keduanya saling bergantung dan memberi makna.
Suasana dalam Puisi
Suasana puisi ini terasa tenang, reflektif, dan penuh perenungan. Dengan hanya empat baris, penyair berhasil membangkitkan kesan mendalam tentang kesederhanaan hidup dan kedekatan manusia dengan alam.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Pesan yang tersirat dalam puisi ini adalah manusia hendaknya menjaga keseimbangan dengan alam. Sungai yang mengalirkan kehidupan tidak boleh dirusak, karena dari situlah darah daging kehidupan manusia berasal. Keharmonisan dengan alam akan menjaga keberlangsungan hidup.
Imaji
Puisi ini menghadirkan imaji sederhana namun kuat:
- Imaji visual: “Aku perahu / Kau adalah sungainya” – menampilkan gambaran jelas tentang perahu yang berlayar di atas sungai.
- Imaji perasaan: “Aku kayuh mimpi-mimpi ke hulu” – menghadirkan kesan semangat dan harapan.
- Imaji kehidupan: “Kau hilirkan darah dagingnya” – menguatkan citra sungai sebagai sumber kehidupan.
Majas
Beberapa majas yang digunakan dalam puisi ini antara lain:
- Metafora – perahu dan sungai sebagai simbol manusia dan alam. “Bila Aku perahu / Kau adalah sungainya”
- Personifikasi – sungai digambarkan seolah bisa “mengalirkan darah daging”, seakan memiliki peran hidup yang manusiawi.
- Hiperbola – ungkapan “Kau hilirkan darah dagingnya” memperkuat kesan betapa vital peran sungai bagi kehidupan manusia.
Puisi "Sungai Martapura" karya Slamet Sukirnanto adalah refleksi singkat namun penuh makna tentang hubungan manusia dengan alam. Tema kehidupan, imaji perahu dan sungai, serta penggunaan majas yang sederhana namun tajam membuat puisi ini menyentuh kesadaran ekologis pembaca. Pesan yang dapat dipetik adalah pentingnya menjaga keseimbangan hidup dengan sungai dan alam, karena dari sanalah kehidupan terus mengalir.
Karya: Slamet Sukirnanto
Biodata Slamet Sukirnanto:
- Slamet Sukirnanto lahir pada tanggal 3 Maret 1941 di Solo.
- Slamet Sukirnanto meninggal dunia pada tanggal 23 Agustus 2014 (pada umur 73 tahun).
- Slamet Sukirnanto adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.