Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tampomas (Karya Kamilah Siswati)

Puisi “Tampomas” karya Kamilah Siswati menyoroti bagaimana Gunung Tampomas, yang semula megah dan menjadi aset wisata, kini mengalami degradasi ...

Tampomas


Gunung berbatu menjulang tinggi
Dikunjungi dari anak SD sampai orang dewasa
Aset wisata alam nan megah
Tetiba harus digempur
Dibedah kandungannya
Dikuras isinya
Bendungan Mrica dianggap utama
Demi kepentingannya
Semua seperti harus rela
Entahlah ada tawar-menawar atau tidak sebelumnya
Gunung Tampomas kini tinggal nama
Patahan-patahannya saja
Banyak bercerita masa lalunya
Kini berbondong-bondong orang ke sana
Mencari nostalgia di masa lalu
Anak-anak cukup dengar ceritanya
Tuhan maafkan kami
Kalau kami keliru

Sumber: Surat dari Samudra (2018)

Analisis Puisi:

Tema utama puisi ini adalah kerusakan alam akibat kepentingan manusia dan kehilangan warisan alam yang berharga. Puisi menyoroti bagaimana Gunung Tampomas, yang semula megah dan menjadi aset wisata, kini mengalami degradasi karena pembangunan dan eksploitasi sumber daya.

Tema ini juga mencakup nostalgia dan rasa bersalah manusia terhadap alam, serta pentingnya kesadaran untuk menjaga lingkungan.

Puisi ini bercerita tentang Gunung Tampomas, dari masa lalu ketika menjadi destinasi wisata dan simbol keindahan alam, hingga kondisi kini yang telah banyak dirusak:
  • Gunung “digempur” dan “dibedah kandungannya”, mengacu pada pembangunan bendungan dan eksploitasi sumber daya.
  • Banyak orang datang untuk mencari nostalgia, sedangkan generasi muda cukup mendengar cerita masa lalu.
Dengan demikian, puisi ini merekam perjalanan alam dari kemegahan menuju kerusakan, sekaligus menimbulkan rasa kehilangan yang mendalam.

Makna Tersirat

Makna tersirat puisi ini adalah kritik terhadap keserakahan manusia yang mengorbankan alam demi kepentingan pembangunan. Penyair menyiratkan bahwa manusia sering melupakan nilai intrinsik alam: keindahan, sejarah, dan fungsi ekologisnya.

Selain itu, puisi ini menimbulkan rasa penyesalan dan refleksi spiritual, terlihat dari kata-kata “Tuhan maafkan kami, kalau kami keliru”, yang menunjukkan kesadaran akan kesalahan manusia terhadap alam.

Suasana dalam Puisi

Suasana puisi ini terasa sedih, menyesal, dan kontemplatif. Ada kesan kehilangan dan kehampaan karena alam yang semula megah kini tinggal patahan dan kenangan.

Suasana ini diperkuat oleh kontras antara masa lalu yang indah (“dari anak SD sampai orang dewasa mengunjungi”) dan masa kini yang rusak serta penuh nostalgia.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Puisi ini menyampaikan pesan moral dan ekologis yang jelas:
  • Hargai dan lestarikan alam, karena kerusakan membawa kehilangan yang tidak tergantikan.
  • Kesadaran generasi kini penting, agar anak-anak cukup belajar dari cerita dan tidak menambah kerusakan.
  • Refleksi spiritual, bahwa manusia harus bertanggung jawab atas tindakan yang merugikan alam.
Amanat ini menekankan tanggung jawab manusia terhadap lingkungan dan warisan alam.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji visual dan naratif:
  • “Gunung berbatu menjulang tinggi” → imaji visual yang menggambarkan kemegahan alam.
  • “Dibedah kandungannya, dikuras isinya” → imaji kinestetik, menghadirkan tindakan eksploitasi.
  • “Banyak bercerita masa lalunya” → imaji naratif, menimbulkan kesan sejarah yang hidup melalui kenangan dan cerita.
Imaji-imaji ini membantu pembaca merasakan kontras antara keindahan alam masa lalu dan kerusakan masa kini.

Majas

Beberapa majas yang tampak dalam puisi ini antara lain:
  • Metafora: Gunung Tampomas sebagai simbol alam yang dirusak manusia.
  • Personifikasi: gunung “banyak bercerita masa lalunya”, memberi alam suara dan kesadaran sejarah.
  • Hiperbola: “digempur, dibedah kandungannya, dikuras isinya” memperkuat kesan eksploitasi yang masif.
Majas-majas ini memperkuat kritik sosial dan lingkungan dalam puisi.

Puisi “Tampomas” karya Kamilah Siswati adalah refleksi mendalam tentang kerusakan alam akibat keserakahan manusia, sekaligus penghormatan terhadap keindahan dan sejarah Gunung Tampomas. Dengan bahasa yang kuat, imaji visual yang jelas, dan majas personifikasi, penyair mengajak pembaca merenungkan hubungan manusia dengan alam, pentingnya pelestarian lingkungan, dan kesadaran spiritual atas tindakan manusia.

Puisi ini menimbulkan rasa sedih, nostalgia, dan reflektif, mengingatkan bahwa alam yang rusak tidak bisa sepenuhnya diganti, dan generasi mendatang hanya dapat belajar dari cerita masa lalu.

Kamilah Siswati
Puisi: Tampomas
Karya: Kamilah Siswati

Biodata Kamilah Siswati:
  • Kamilah Siswati lahir pada tanggal 9 Mei 1966 di Desa Tanjunganom Kecamatan Rakit Kabupaten Banjarnegara.
© Sepenuhnya. All rights reserved.