Tembang Kemerdekaan
Emas HUT Kemerdekaan RI
Sahabatku kebebasan yang merdeka
Dengan hati berbunga surya emas
Kuucapkan dirgahayu kuning mawar bagimu
Pada hari ulang tahunmu yang mengemas
Ingin kudendangkan bersamamu
Tembang kemerdekaan berdarah biru
Yang terampas dengan tangan perkasa
Dari gerombolan maling negeri seberang
Bersama keempat penjuru angin
Mari kita nyanyikan mazmur kemerdekaan
Berpanjikan cerah merah darahku kental
Berbendera metah suci jiwamu putih
Dan sesuara dengan para martir tanah air
Kita kidungkan balada kemerdekaan
Bermelodikan sangkur dan bambu runcing
Tegar semangat juang bernada forte berganda
Kemerdekaan kita adalah sepenggal sabda
Yang bersayapkan kerinduan nan abadi
Akan Tuhan di langit dan di bumi
Citra asali kebebasan tak bersayap
Dialah Ada dan Pencipta mahabebas
Merangkai kepulauan kita bagai ratna
Dialah pula sang Tertib maha raja kita
Memerintah kita dengan tongkat awan putih
Sahabatku kebebasan yang merdeka
Kemerdekaan kita adalah seuntai kata
Berisi nada-nada jingga kanjang harapan
Menggapai-gapai kemanusiaan nan purna
Manusia yang berperi tentang yang adil
Yang berseru-seru di katulistiwa sejarah
Dambakan bangsa ini pantas berdandan emas
Busana keagungan peradaban nan laras
Kemerdekaan kita, Sahabat, adalah bahasa
Bernuansa impian putih tentang persatuan
Menghimpun-satukan warna-warni kehidupan
Menyelaraskan aneka selisih dan perbedaan
Satulah sumpah kita dalam perjuangan
Satu pula bahagia kita rayakan kemenangan
Karena satulah ikrar kita merawat bangsa
Satu pula nikmat kita menyantap kemakmuran
Sahabatku Kebebasan yang merdeka
Mari kita dendangkan tembang ceria
Nada-nada flamboyan kemerdekaan kita
Di batas senja dan di gerbang fajar
Mari kita siur-siarkan ke manca ufuk
Lewat punggung angin pesisir selatan
Lewat ubun-ubun sepoi menor dari utara
Pun lewat liukan bayu timur dan barat
Janganlah pendam-diamkan dia
Di bawah jaringan ambisi kuasamu
Jangan pula membelenggunya lumpuh
Dalam sangkar-sangkar ketakutanmu
Jangan, Sahabatku, jangan matikan dia
Hanya karena kau tak ingin ia bebas
Jangan pula kau sakiti kebebasannya
Hanya karena dia berlain pendapat
Kemerdekaan kita adalah citra kita
Dialah bayangan diri kita mandiri
Bergerak leluasa sebebas roh-roh kita
Tak pernah ada kuasa boleh memasungnya
Kita dendangkan, Sahabat, kita dendangkan
Dengan lidah bersalut emas kebenaran
Dengan bibir bergincu darah kejujuran
Dan dengan hati bergetarkan keadilan
Dirgahayu.
Sahabatku
Kebebasan
Ad multos annos!
Ende, 17 Agustus 1995
Sumber: Ratapan Laut Sawu (Universitas Sanata Dharma, 2014)
Analisis Puisi:
Puisi “Tembang Kemerdekaan” karya John Dami Mukese, ditulis di Ende pada 17 Agustus 1995, merupakan karya yang penuh semangat patriotik dan refleksi filosofis tentang arti kebebasan sejati. Penyair tidak sekadar memuji kemerdekaan Indonesia, tetapi juga merenungkan hakikat kemerdekaan sebagai anugerah Ilahi dan tanggung jawab moral bangsa untuk menjaga keadilan, persatuan, dan kemanusiaan.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kemerdekaan dan kebebasan sejati sebagai anugerah Tuhan dan cita-cita bangsa. John Dami Mukese mengangkat kemerdekaan bukan sekadar peristiwa sejarah atau hasil perjuangan fisik, tetapi sebagai simbol spiritual, moral, dan eksistensial manusia yang merdeka lahir dan batin.
Puisi ini bercerita tentang semangat untuk merayakan dan menjaga kemerdekaan dengan jiwa yang tulus dan kesadaran mendalam. Penyair berbicara kepada “sahabat kebebasan” — sebuah personifikasi yang menggambarkan kemerdekaan sebagai sosok hidup yang harus dihormati dan dirawat.
Ia menggambarkan kemerdekaan yang diperjuangkan dengan darah dan air mata, serta menyerukan agar rakyat tidak lagi menindas kebebasan itu atas nama kekuasaan. Penyair juga mengingatkan bahwa kemerdekaan harus menjadi wadah bagi persatuan, keadilan, dan kemanusiaan.
Makna tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah peringatan moral bahwa kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan fisik, tetapi juga dari penindasan batin, ketakutan, dan ketidakadilan.
John Dami Mukese menegaskan bahwa setelah bangsa meraih kemerdekaan, tantangan berikutnya adalah menjaga kebebasan itu dari ancaman baru — berupa korupsi, keserakahan, dan dominasi segelintir pihak.
Baris seperti “jangan matikan dia hanya karena kau tak ingin ia bebas” mengandung kritik halus terhadap pihak yang membatasi kebebasan berpendapat dan menindas suara rakyat.
Dengan demikian, makna yang ingin disampaikan adalah: kemerdekaan harus dijaga dengan kejujuran, keadilan, dan cinta pada sesama manusia.
Suasana dalam puisi
Puisi ini memunculkan suasana heroik, khidmat, dan reflektif. Ada semangat kebanggaan pada bangsa dan para pahlawan, namun juga terdapat nada peringatan dan keprihatinan. Baris-baris seperti “Mari kita dendangkan tembang ceria... jangan matikan dia” menciptakan perpaduan antara semangat perayaan dan kesadaran moral yang mendalam. Suasananya seperti upacara batin — antara patriotisme dan introspeksi nasional.
Amanat / pesan yang disampaikan puisi
Amanat puisi ini adalah ajakan untuk menjaga dan memaknai kemerdekaan dengan bijak, jujur, dan bertanggung jawab. John Dami Mukese menegaskan bahwa kebebasan bukan untuk disalahgunakan, tetapi untuk memperjuangkan keadilan dan kemanusiaan. Ia mengingatkan bahwa kebebasan yang dibelenggu oleh kekuasaan, ketakutan, dan ambisi pribadi akan kehilangan maknanya.
Pesannya jelas: jangan mengkhianati semangat kemerdekaan; rawatlah kebebasan dengan kebenaran dan keadilan.
Imaji
Puisi ini kaya akan imaji visual dan simbolik yang memperkuat makna patriotiknya:
- “bendera merah darahku kental, berbendera putih jiwamu suci” melukiskan simbol kuat dari semangat nasionalisme dan kesucian niat perjuangan.
- “bermelodikan sangkur dan bambu runcing” membangkitkan imaji perjuangan fisik para pahlawan di masa revolusi.
- “lidah bersalut emas kebenaran” dan “bibir bergincu darah kejujuran” menciptakan imaji metaforis yang kuat — menegaskan bahwa kemerdekaan sejati lahir dari keberanian berkata benar dan berbuat adil.
Imaji-imaji ini menempatkan puisi bukan sekadar lagu kebangsaan, tetapi juga doa dan peringatan moral bagi generasi penerus.
Majas
John Dami Mukese menggunakan berbagai majas untuk memperkaya makna dan nuansa puisinya, antara lain:
- Personifikasi – “Sahabatku kebebasan yang merdeka” mempersonifikasikan kemerdekaan sebagai sahabat yang hidup dan bisa diajak berbicara.
- Metafora – “Kemerdekaan kita adalah seuntai kata” dan “lidah bersalut emas kebenaran” adalah metafora yang menggambarkan kebebasan sebagai simbol moral dan kejujuran.
- Repetisi – Pengulangan frasa “Sahabatku kebebasan yang merdeka” menciptakan efek emosional dan memperkuat pesan utama.
- Hiperbola – “Dengan bibir bergincu darah kejujuran” memperkuat gambaran tentang semangat juang yang mengorbankan darah demi kebenaran.
Puisi “Tembang Kemerdekaan” karya John Dami Mukese adalah nyanyian jiwa tentang arti kebebasan yang hakiki. Melalui bahasa yang indah dan sarat makna simbolik, penyair tidak hanya memuliakan hari kemerdekaan, tetapi juga mengingatkan bahwa kemerdekaan adalah tanggung jawab bersama untuk menjaga keadilan, persatuan, dan kemanusiaan. Tema, makna tersirat, dan imaji yang digunakan membentuk satu kesatuan yang kokoh: kemerdekaan bukanlah milik masa lalu, tetapi perjuangan abadi setiap generasi.
Puisi ini adalah doa yang dinyanyikan — tembang tentang bangsa yang harus terus belajar menjadi benar-benar merdeka.
Karya: John Dami Mukese
Biodata John Dami Mukese:
- John Dami Mukese lahir pada tanggal 24 Maret 1950 di Menggol, Benteng Jawa, Manggarai Timur, Flores, NTT.
- John Dami Mukese meninggal dunia pada pukul 02.15 WITA tanggal 26 Oktober 2017 di RSUD Ende.