Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kasidah Langit (Karya Muhammad Rois Rinaldi)

Puisi "Kasidah Langit" karya Muhammad Rois Rinaldi mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan dan misteri langit serta perasaan kesendirian yang ...
Kasidah Langit

Aku masih di sini melukis wajah langit yang tak pernah memiliki warna. Gigil meski bulan merona jingga. Burung-burung datang hanya untuk meminjam udara, terbang demi mimpinya sendiri. Mentari pagi yang terlahir karena rindu wangi bumi, arak-arakan awan saling sulam mengirim hujan. Dan langit dan pernah memiliki apa-apa, terkecuali catatan panjang nama-nama yang datang dan pergi.

Aku masih di sini, menyaksikan kanvas hari menerka-nerka rupa, langit amat dikenal tapi tak pernah kekal dalam ingatan, selintas saja!  Hamparannya selalu nampak ramai berderai tapi ia sepi, ia asing, ialah kesendirian paling nyeri.

Aku tak lagi melukis, terdengar rintih melirih dari arah-arah entah, ternyata langit tengah berkaca pada samudera yang mengerang dalam cumbuan ombak. Diam-diam membingkai indah segala rupa dan diam-diam ia menelan sendiri pahitnya ditinggalkan.

Cilegon, Banten, 7 Januari 2012

Analisis Puisi:

Puisi "Kasidah Langit" karya Muhammad Rois Rinaldi adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan pengamatan penyair terhadap langit dan alam semesta secara reflektif. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan dan misteri langit serta perasaan kesendirian yang melingkupinya.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini memiliki struktur naratif yang teratur dengan penggunaan bahasa yang metaforis dan deskriptif. Penyair menggunakan gambaran alam seperti langit, bulan, burung, dan mentari untuk menyampaikan pesan-pesan filosofis tentang kehidupan dan kesendirian.

Tema Utama

  1. Kesendirian dan Kehampaan: Tema utama puisi ini adalah kesendirian dan kehampaan yang dialami langit, yang tidak pernah memiliki apa-apa kecuali kenangan tentang orang-orang yang datang dan pergi. Kesendirian langit mencerminkan perasaan kesendirian yang dirasakan oleh manusia.
  2. Kehidupan yang Sementara: Puisi ini juga menyoroti kehidupan yang sementara dan kenangan yang singkat tentang keberadaan manusia di dunia. Langit adalah saksi bisu atas berbagai peristiwa yang terjadi di bumi, tetapi ia tetaplah sendiri dalam keheningannya.

Simbolisme dan Makna

  1. Langit: Langit dalam puisi ini merupakan simbol keabadian dan kesendirian. Langit menggambarkan perasaan kosong dan hampa yang dialami oleh manusia, sekaligus menjadi saksi bisu atas segala peristiwa yang terjadi di bumi.
  2. Bulan, Burung, dan Mentari: Gambaran alam seperti bulan, burung, dan mentari digunakan sebagai simbol kehidupan dan perubahan yang terus berlangsung di dunia. Mereka mencerminkan kerinduan, kehidupan, dan kepergian yang tak terelakkan.

Analisis Mendalam

Puisi "Kasidah Langit" menggambarkan perenungan penyair tentang kehidupan dan kesendirian yang dialami oleh langit sebagai simbol alam semesta. Penyair merenungkan keberadaan langit yang hampa namun penuh dengan kenangan, serta perasaan kesendirian yang melingkupinya.

Puisi "Kasidah Langit" karya Muhammad Rois Rinaldi adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kehidupan dan kesendirian langit secara reflektif. Dengan menggunakan bahasa yang metaforis dan deskriptif, puisi ini berhasil menyampaikan pesan tentang keabadian, kehidupan yang sementara, dan perasaan kesendirian yang melingkupi alam semesta.

Muhammad Rois Rinaldi
Puisi: Kasidah Langit
Karya: Muhammad Rois Rinaldi

Biodata Muhammad Rois Rinaldi:
  • Muhammad Rois Rinaldi lahir pada tanggal 8 Mei 1988 di Banten, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.