Analisis Puisi:
Puisi “Kekasih” karya Oka Rusmini adalah karya yang sarat simbol, mitologi, dan bahasa tubuh yang menyatu dengan alam dan kekuatan kosmis. Oka Rusmini memang dikenal sebagai penyair yang kerap mengangkat isu perempuan, tubuh, kekuasaan, dan spiritualitas. Dalam puisi ini, suara penyair terdengar seperti perempuan yang berbicara kepada kekasihnya, namun sebenarnya yang dibicarakan melampaui hubungan personal—melibatkan kelahiran, perang batin, identitas, hingga kehendak menguasai diri dan dunia.
Puisi ini tidak mudah ditafsirkan secara linear, karena ia bergerak seperti mantra, kadang lembut, kadang mengancam, dan penuh metafora yang mengguncang.
Tema
Tema dalam puisi ini mengarah pada: Tema tentang kekuatan perempuan, tubuh, dan pergulatan eksistensial melalui sajak. Puisi ini menampilkan sajak sebagai kekayaan, kekuatan, juga ruang pertarungan batin yang menyentuh aspek kelahiran, kematian, dan transformasi diri.
Tema lain yang berkaitan:
- Relasi kompleks antara aku lirik dan “kekasih” sebagai figur simbolik.
- Pergulatan antara cinta, kuasa, dan identitas.
- Pertemuan antara tubuh dan kosmos (bhatari, tujuh dewa, kelahiran, pralaya).
Puisi ini bercerita tentang seorang aku lirik yang menganggap sajak sebagai satu-satunya kekayaan dan kekuatan spiritualnya. Ia berbicara kepada kekasih, memanggilnya berkali-kali untuk pulang, namun nada panggilannya bukanlah kerinduan biasa—melainkan ajakan untuk menghadapi perang, perubahan, dan konsekuensi.
Kekasih dalam puisi ini bisa ditafsirkan sebagai:
- sosok manusia,
- simbol kekuatan atau inspirasi,
- atau metafora untuk aspek diri yang lain.
Aku lirik ingin menjadikan sajak sebagai ladang kematian sekaligus kekuatan, untuk mengubur tubuh-tubuh lama dan memperoleh kekuatan “tujuh dewa”. Ada pergulatan antara kelahiran dan kematian yang terus-menerus mengancam dan memanggil.
Makna Tersirat
Makna tersirat sangat dominan dalam puisi ini. Beberapa makna tersirat yang dapat ditangkap:
- Sajak sebagai sumber identitas dan kuasa. Pada larik “kekayaanku adalah sajak”, sajak bukan hanya karya, tetapi kekuatan metafisik yang bisa menembus roh bumi dan mengubah realitas.
- Perlawanan terhadap struktur kuasa patriarki. Frasa “membunuh para penjaga kelahiran” dapat dimaknai sebagai perlawanan terhadap kekuatan penentu takdir yang mengekang tubuh perempuan (budaya, tradisi, sistem kasta, aturan kelahiran dalam tradisi Bali).
- Tubuh perempuan sebagai medan perang. Banyak metafora yang menggambarkan kelahiran sebagai sesuatu yang berbahaya, melelahkan, bahkan mematikan, bukan sekadar proses biologis.
- Kekasih sebagai simbol ketidakhadiran dan pasivitas. Ajakan “pulanglah” berulang-ulang menunjukkan keinginan untuk rekonsiliasi atau penyatuan, namun juga kekecewaan yang memuncak menjadi ancaman: “atau kau sendiri menjelma jadi bangkai busuk”.
- Pertarungan antara penciptaan (sajak) dan kehancuran (kematian). Puisi ini bergerak di antara dua energi itu—sajak sebagai kehidupan, dan sajak sebagai ladang kematian.
Suasana dalam Puisi
Suasana yang dibangun oleh puisi ini:
- mistis,
- gelap,
- penuh ketegangan,
- sakral,
- magis,
- kadang bersifat seperti ritual atau mantra,
- mengandung kemarahan dan kekuatan.
Nada puisi ini sama sekali tidak lembut meskipun berjudul “Kekasih”. Suasana yang mendominasi justru kekuatan, peringatan, dan ancaman yang bersifat spiritual.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Beberapa pesan tersirat yang dapat dibaca:
- Perempuan memiliki kekuatan besar dalam dirinya—baik melalui tubuh maupun karya (sajak).
- Kelahiran dan kematian adalah siklus yang dalam dan kompleks, bukan sesuatu yang harus diromantisasi.
- Hubungan dengan kekasih harus setara dan saling berhadapan, bukan pasif.
- Identitas diri harus diperjuangkan, bahkan jika harus melalui perang batin.
Namun perlu dicatat: Oka Rusmini cenderung tidak menuliskan “pesan moral” secara eksplisit. Puisi ini lebih bersifat reflektif dan simbolis daripada instruktif.
Imaji
Beberapa imaji penting dalam puisi:
Imaji visual kosmis:
- “menembus setiap sudut roh bumi”,
- “warna laut patah-patah”,
- “pasir pecah jadi debu”.
Imaji tubuh dan kelahiran:
- “ketelanjanganmu memahat kelahiran”,
- “mengubur setiap keping tubuh”.
Imaji spiritual dan ritual:
- “tujuh dewa”,
- “pralaya” (kehancuran dunia),
- “bhatari”.
Imaji perang:
- “siapkan perang untuk kerajaanku”.
Imaji ini memperlihatkan dunia puisi yang bukan dunia realistik, melainkan dunia mitologis dan simbolis.
Majas
Puisi ini menggunakan berbagai majas:
Metafora
- “kekayaanku adalah sajak”
- “sajakku jadi ladang kematian”
- “aku berenang di rimba pekatnya”
Semua ini metafora untuk kekuatan batin dan imajinasi.
Personifikasi
- “pasir takut jadi tanah” memberikan sifat ketakutan pada elemen alam.
Hiperbola
- “memberiku kekuatan tujuh dewa”
- “menembus ujung lidah dan pralaya”
Menunjukkan intensitas spiritual dan kekuatan batin.
Repetisi
- Pengulangan “kekayaanku adalah sajak”.
- Pengulangan “pulanglah, kekasih” membangun ritme emosional dan tekanan dramatik.
Simbolisme
- Kelahiran, kematian, perang, dan tubuh menjadi simbol pergulatan batin dan eksistensial.
Puisi “Kekasih” karya Oka Rusmini adalah karya yang kompleks, penuh simbol dan metafora kosmis yang merangkum kekuatan, tubuh, identitas, kemarahan, dan spiritualitas perempuan. Dengan tema tentang kekuatan dan pergulatan batin melalui sajak, makna tersirat yang pekat tentang perlawanan dan transformasi, serta imaji yang kuat dan mistis, puisi ini menawarkan pembacaan yang kaya sekaligus menantang.
Biodata Oka Rusmini:
- Oka Rusmini lahir di Jakarta pada tanggal 11 Juli 1967.
