Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Kesakitan Masa Lalu (Karya Joss Sarhadi)

Puisi "Kesakitan Masa Lalu" karya Joss Sarhadi menegaskan bahwa kesakitan memang menghantui, tetapi harapan selalu dapat lahir kembali ketika ...
Kesakitan Masa Lalu

Ketika mata pejam
berjuta mata berlinangkan limbah hitam
dari tubuh tulang belulang

ketika mata pejam
berjuta tubuh bergelimpangan kusam
bernafas satu satu, meregang

bertumbuh dalam pejam
kebangkitan kaum bernafas satu
dengan batang tubuh tulang belulang
ganco clurit di tangan
palu arit beterbangan,

memperebutkan sampah!

Ketika mata terbuka
berjuta permata berkilauan dalam embun pagi
berjuta harapan bertumbuh kembali
menindas kesakitan masa lalu,
yang terpendam...

Analisis Puisi:

Puisi "Kesakitan Masa Lalu" karya Joss Sarhadi menghadirkan gambaran yang kontras antara gelapnya trauma masa silam dan hadirnya harapan baru ketika kesadaran terbuka. Melalui diksi yang kuat, brutal, dan simbolik, penyair membawa pembaca memasuki lanskap ingatan yang kelam, lalu menariknya kembali menuju terang yang menindas luka itu sendiri.

Tema

Tema utama puisi ini adalah perjuangan manusia untuk bangkit dari trauma masa lalu. Tema tambahan yang menguat ialah konflik batin, penderitaan kolektif, dan kelahiran kembali harapan setelah kegelapan.

Puisi ini menyoroti bagaimana kesakitan, meski menghantui dan seolah terus bertumbuh dalam kegelapan, masih dapat ditindas oleh harapan ketika manusia “membuka mata”.

Puisi ini bercerita tentang perjalanan batin seorang tokoh (atau masyarakat) yang saat “mata pejam” diserbu oleh ingatan kelam: jasad, limbah hitam, tubuh kusam, dan kekerasan yang seakan hidup kembali. Dalam dunia gelap itu, muncul kaum yang membawa simbol-simbol agraris dan revolusioner seperti ganco, clurit, palu, dan arit, seolah mereka sedang memperebutkan “sampah” — sisa-sisa sejarah atau penderitaan yang tak selesai.

Ketika mata terbuka, dunia berubah total: cahaya, permata, embun pagi, dan harapan muncul. Kesadaran yang kembali ini menindas kembali “kesakitan masa lalu” yang sebelumnya menguasai.

Dengan demikian, puisi ini menggambarkan dua dunia: dunia luka saat mata terpejam, dan dunia harapan saat mata terbuka.

Makna Tersirat

Puisi ini sarat makna simbolik. Beberapa makna tersirat yang dapat dibaca:
  1. Mata pejam melambangkan sisi kelam ingatan, trauma, atau masa lalu yang masih hidup dalam batin.
  2. “Tulang belulang, limbah hitam, tubuh bergelimpangan” melambangkan luka kolektif, mungkin tragedi sosial, perang, atau sejarah kelam yang ditinggalkan manusia.
  3. Ganco, clurit, palu, arit adalah simbol kerja keras, perjuangan kelas, bahkan pergerakan sosial tertentu. Namun dalam puisi ini, simbol-simbol itu tampak tak berdaya karena mereka “memperebutkan sampah”, yaitu sisa-sisa masa lalu yang sudah tak bernilai.
  4. “Ketika mata terbuka” menandai kebangkitan, kesadaran, dan harapan baru yang akhirnya “menindas kesakitan masa lalu”.
Makna tersirat yang paling kuat adalah bahwa masa lalu memang menyakitkan dan penuh luka, tetapi manusia selalu diberi kesempatan untuk bangkit, sepanjang ia mau membuka mata pada harapan baru.

Suasana dalam Puisi

Puisi ini memiliki dua suasana yang sangat kontras:
  1. Saat mata pejam → suasana gelap, mencekam, penuh alam bawah sadar yang kacau, bernuansa tragis dan menakutkan.
  2. Saat mata terbuka → suasana cerah, lembut, penuh harapan dan pemulihan, dengan diksi “permata”, “embun pagi”, dan “bertumbuh”.
Kontras suasana ini menjadi kekuatan utama puisi.

Amanat / Pesan yang Disampaikan Puisi

Amanat yang dapat dipahami dari puisi ini antara lain:
  1. Trauma masa lalu tidak boleh menjadi penjara.
  2. Luka harus dilihat, dipahami, lalu dihadapi dengan membuka mata pada harapan baru.
  3. Manusia memiliki kemampuan untuk menindas kembali bayang-bayang kelam yang pernah menghantui.
  4. Harapan selalu ada, bahkan setelah kegelapan yang paling pekat.

Imaji

Puisi ini kaya dengan imaji visual yang sangat kuat:

Imaji kegelapan dan kehancuran:
  • “berjuta mata berlinangkan limbah hitam”
  • “tubuh tulang belulang”
  • “bergempangan kusam”
Imaji kekerasan dan konflik:
  • “ganco clurit di tangan”
  • “palu arit beterbangan”
Imaji kebangkitan:
  • “berjuta permata berkilauan dalam embun pagi”
  • “berjuta harapan bertumbuh kembali”
Kontras imaji gelap dan terang membuat puisi ini terasa hidup dan emosional.

Majas

Beberapa majas yang muncul dalam puisi ini meliputi:

Metafora
  • “Limbah hitam” sebagai metafora luka batin atau trauma.
  • “Berjuta permata berkilauan” sebagai metafora harapan dan peluang baru.
Hiperbola
  • “Berjuta tubuh”, “berjuta mata” memperkuat kesan penderitaan kolektif dan ledakan emosi.
Personifikasi
  • Harapan digambarkan “bertumbuh kembali”.
  • Kesakitan “ditindas” seolah memiliki wujud fisik.
Simbolisme
  • Ganco, clurit, palu, arit: simbol perjuangan atau perlawanan sosial.
  • Tulang belulang: simbol trauma yang masih membekas.
Kontras / Antitesis
  • Perpindahan dari kegelapan (mata pejam) ke cahaya (mata terbuka).
Puisi "Kesakitan Masa Lalu" karya Joss Sarhadi adalah sebuah refleksi mendalam tentang luka, trauma, dan kebangkitan. Dengan perpaduan imaji gelap dan terang, puisi ini menegaskan bahwa kesakitan memang menghantui, tetapi harapan selalu dapat lahir kembali ketika manusia membuka mata dan menghadapi kenyataan.

Joss Sarhadi
Puisi: Kesakitan Masa Lalu
Karya: Joss Sarhadi

Biodata Joss Sarhadi:

Nama lengkapnya adalah Joseph Suminto Sarhadi.
© Sepenuhnya. All rights reserved.