Rasa yang Menyimpan Ingatan
Sekali saja kau kecap, ia tak pernah hilang dari pikiran.
Randang menyimpan kenangan—tentang keluarga dan pertemuan.
Tentang tawa yang tak pernah selesai.
12 November 2025
Analisis Puisi:
Puisi “Rasa yang Menyimpan Ingatan” karya Moh Akbar Dimas Mozaki merupakan karya pendek namun sarat makna yang menempatkan rendang — kuliner khas Minangkabau — sebagai simbol kehangatan keluarga, nostalgia, dan ikatan emosional manusia dengan masa lalu. Melalui tiga baris sederhana, penyair berhasil menyampaikan kedalaman makna tentang bagaimana rasa dapat menjadi wadah kenangan dan cinta yang tak lekang oleh waktu.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kenangan dan kehangatan keluarga yang tersimpan dalam rasa rendang. Puisi ini tidak sekadar berbicara tentang makanan, tetapi tentang bagaimana rasa (dalam arti harfiah dan batiniah) menjadi penghubung antara masa lalu dan masa kini.
Rendang dijadikan simbol cinta, kebersamaan, dan ingatan yang abadi — bahwa sebuah cita rasa bisa membawa kembali suasana rumah, wajah orang-orang terkasih, dan momen-momen yang tak terlupakan.
Puisi ini bercerita tentang kekuatan rasa rendang yang mampu menghidupkan kembali kenangan tentang keluarga dan kebersamaan. Melalui pengalaman sederhana — mencicipi rendang — penyair mengungkapkan bagaimana satu rasa bisa memanggil kembali tawa, pertemuan, dan kehangatan yang pernah ada.
Baris pertama, “Sekali saja kau kecap, ia tak pernah hilang dari pikiran,” menggambarkan kekuatan rasa yang menetap dalam ingatan. Rasa rendang bukan sekadar kenikmatan lidah, melainkan pengalaman emosional.
Baris kedua dan ketiga memperjelas bahwa rendang menjadi wadah kenangan tentang keluarga, pertemuan, dan tawa yang abadi. Dengan kata lain, rendang adalah simbol dari rumah — tempat di mana cinta dan kebahagiaan pernah tumbuh.
Makna Tersirat
Makna tersirat dari puisi ini adalah bahwa rasa tidak hanya milik lidah, tetapi juga milik hati. Melalui rendang, penyair ingin menunjukkan bagaimana makanan bisa menjadi jembatan antara waktu dan perasaan. Setiap cita rasa menyimpan cerita — tentang siapa yang memasak, di mana pertama kali disantap, dan dengan siapa kenangan itu dibentuk.
Selain itu, ada makna kultural yang kuat. Rendang bukan hanya makanan khas Minangkabau, tetapi juga simbol identitas, tradisi, dan kasih sayang yang diwariskan antar generasi. Dengan demikian, puisi ini juga berbicara tentang akar budaya yang membuat seseorang tetap terhubung dengan asalnya meski telah jauh melangkah.
Makna lainnya adalah keabadian kenangan melalui rasa — bahwa meski waktu berlalu dan orang-orang mungkin tak lagi bersama, rasa itu tetap tinggal di hati sebagai penanda cinta yang pernah ada.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini hangat, nostalgik, dan penuh kerinduan. Pembaca seolah diajak kembali ke meja makan keluarga, di mana tawa, aroma, dan rasa berpadu menjadi satu. Ada kesederhanaan yang menenangkan, namun juga keharuan yang halus — seperti seseorang yang mengenang masa lalu dengan senyum kecil dan mata berkaca-kaca.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Amanat yang disampaikan penyair dalam puisi ini adalah bahwa setiap hal kecil dalam hidup — termasuk rasa makanan — bisa menjadi jembatan untuk mengenang cinta dan kebersamaan. Penyair mengajak kita untuk menghargai kenangan dan melihat kehangatan keluarga bukan hanya dalam bentuk peristiwa besar, tetapi dalam detail sederhana seperti rasa masakan.
Selain itu, ada pesan agar kita tidak melupakan akar budaya dan nilai-nilai keluarga yang diwariskan melalui makanan tradisional seperti rendang. Dalam konteks yang lebih luas, puisi ini menyampaikan bahwa rasa adalah bahasa universal yang bisa menyatukan manusia di mana pun berada.
Imaji
Meskipun singkat, puisi ini memiliki imaji yang kuat dan menyentuh:
- “Sekali saja kau kecap” → imaji rasa dan sensasi lidah, menggambarkan kedalaman pengalaman mencicipi sesuatu yang begitu berkesan.
- “Randang menyimpan kenangan” → imaji abstrak namun kuat, menghadirkan gambaran bahwa setiap suapan mengandung kisah dan emosi.
- “Tentang tawa yang tak pernah selesai” → imaji pendengaran dan perasaan yang hangat, menciptakan suasana bahagia dan kekeluargaan.
Kombinasi imaji rasa dan emosi ini membuat puisi terasa hidup, meski hanya terdiri dari tiga baris.
Majas
Puisi ini juga menggunakan beberapa majas (gaya bahasa) untuk memperkuat keindahan dan maknanya:
- Personifikasi – “Randang menyimpan kenangan” memberi sifat manusia pada rendang, seolah-olah ia mampu mengingat dan menyimpan perasaan.
- Metafora – Rendang dijadikan metafora dari kenangan dan cinta yang melekat dalam diri seseorang.
- Hiperbola – “Ia tak pernah hilang dari pikiran” melebih-lebihkan efek rasa untuk menekankan kedalaman kenangan yang dibawa.
- Simbolik – Rendang menjadi simbol rumah, keluarga, dan akar budaya. Ia bukan sekadar makanan, melainkan lambang kasih dan kebersamaan.
Puisi “Rasa yang Menyimpan Ingatan” karya Moh Akbar Dimas Mozaki adalah karya pendek yang memikat dengan kedalaman maknanya. Dengan mengambil rendang sebagai pusat simbolik, penyair berhasil memadukan rasa, kenangan, dan cinta menjadi satu kesatuan puitis yang menyentuh.
Tema tentang kenangan keluarga dan kehangatan rumah dihadirkan melalui bahasa sederhana namun penuh makna. Imaji rasa dan suasana nostalgia memperkuat kesan emosional, sementara majas seperti personifikasi dan metafora memperindah penyampaian pesan.
Puisi ini mengingatkan kita bahwa rasa bukan sekadar tentang lidah, melainkan tentang jiwa dan kenangan yang hidup di dalamnya. Rendang, dalam puisi ini, bukan hanya makanan — ia adalah rasa yang menyimpan ingatan, tempat di mana cinta dan keluarga selalu bisa pulang.
Karya: Moh Akbar Dimas Mozaki
Biodata Moh Akbar Dimas Mozaki:
- Moh Akbar Dimas Mozaki, mahasiswa S1 Sastra Indonesia, Universitas Andalas.