Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Syeh Batu (Karya Esha Tegar Putra)

Puisi "Syeh Batu" karya Esha Tegar Putra menggambarkan perjalanan dan aktivitas seorang individu yang mencintai dan memahami batu.
Syeh Batu

Dari Langkat ke Suliki, dari Lahat hingga Senggigi
ia kuak batu ke dalaman kubangan babi
ia cukil batu sampai ke pangkal sungai mati
ia korek batu hingga lubang-lubang di tebing tinggi.

Dari hari ke hari, bulan ke bulan, tahun ke tahun
sampai ditemukan getah kelenjar buah-buah gajah, sulur
ganggang hitam dan akar lumut biru, daging limau sirah
hingga bulu kuduk sulaiman mengeras diperam mineral
bumi, maka ia percaya hidup dan mati tak lebih dari
menggali dan mengimani batu, batu, dan batu!

Dari Sungai Dareh ke Nareh, dari Gunung Omeh hingga Taeh
dalam duduk dalam berdiri ia mulai mendaras sebuah kitab
tafsir geologi setebal lima senti. Ia membuka dan menutup
kitabnya dengan mengutip pangkal pikiran seorang juru tunjuk
batu dari Banyuwangi: “Kita tak pernah bisa pergi ke kedalaman
bumi kecuali hanya melalui tafsir.”

Dari Mukomuko ke Sumedang, dari Lokulo hingga Enrekang
ia terus menggali batu dan menafsir bumi dengan cara sendiri.

2015

Analisis Puisi:

Puisi "Syeh Batu" karya Esha Tegar Putra merangkai kata-kata untuk membentuk sebuah gambaran tentang seorang individu yang tulus dan tekun dalam menjalani hidupnya yang diwarnai oleh kecintaannya terhadap batu. Puisi ini bukan sekadar gambaran fisik, tetapi juga menciptakan metafora kehidupan dan keimanan terhadap alam.

Metafora Batu sebagai Sumber Kehidupan: Batu menjadi pusat tema dalam puisi ini dan berfungsi sebagai metafora yang kuat. Penyair menggambarkan bagaimana tokoh dalam puisi ini melakukan berbagai aktivitas terkait batu, mulai dari mengukir, mencukil, hingga menggali. Aktivitas ini mencerminkan kehidupan yang dilalui dan bagaimana batu menjadi sumber kehidupannya. Batu dalam puisi ini bukan hanya objek fisik, tetapi juga lambang ketekunan dan kesungguhan seseorang dalam menjalani hidup.

Proses Penggalian dan Penafsiran: Penggambaran tokoh dalam puisi yang terus menggali dan mengimani batu menunjukkan adanya proses pencarian makna dan penafsiran terhadap kehidupan. Aktivitasnya yang terus menerus seperti mencari getah kelenjar buah-buah gajah dan mengutip pikiran seorang juru tunjuk batu dari Banyuwangi menunjukkan bahwa kehidupan dan pengetahuan yang didapat tidak hanya dari permukaan, melainkan melalui penggalian yang mendalam dan penafsiran yang bijaksana.

Keindahan Bahasa: Puisi ini menggunakan bahasa yang indah dan penuh warna, menciptakan gambaran yang hidup dan memikat pembaca. Penyair menggunakan kata-kata seperti "ganggang hitam," "akar lumut biru," dan "bulu kuduk sulaiman" untuk menghadirkan kekayaan alam dan kehidupan yang berkaitan dengan aktivitas tokoh dalam puisi.

Perjalanan Geografis dan Pencarian Ilmu: Melalui penamaan tempat-tempat seperti Langkat, Suliki, Lahat, Senggigi, Sungai Dareh, dan Nareh, puisi ini menciptakan suatu perjalanan geografis yang mencerminkan perjalanan pencarian ilmu dan makna hidup. Aktivitas tokoh dalam menjelajahi berbagai tempat juga menunjukkan bahwa pengetahuannya bersumber dari pengalaman dan penafsiran langsung di lapangan.

Kitab Geologi sebagai Simbol Pengetahuan: Penyair menggunakan metafora kitab geologi setebal lima senti sebagai simbol pengetahuan dan kebijaksanaan. Tokoh dalam puisi membuka dan menutup kitabnya dengan mengutip pikiran seorang juru tunjuk batu. Ini menciptakan citra seorang yang belajar dengan tekun dan menggabungkan pengetahuan bumi dengan iman dan keyakinan pribadi.

Kritik terhadap Konsep Hidup dan Mati: Puisi ini juga menyentuh konsep hidup dan mati melalui penggunaan kata-kata "hidup dan mati tak lebih dari menggali dan mengimani batu." Ini menciptakan pandangan hidup yang sederhana dan mendalam, di mana esensi kehidupan dan kematian terletak pada penggalian pengetahuan dan keimanan.

Puisi "Syeh Batu" karya Esha Tegar Putra adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan dan aktivitas seorang individu yang mencintai dan memahami batu. Melalui metafora kehidupan, penggalian ilmu, dan keimanan pada alam, puisi ini menciptakan gambaran yang kuat dan mendalam tentang bagaimana pengetahuan dan keyakinan dapat dihasilkan dari ketekunan dan dedikasi dalam menjalani kehidupan.

Esha Tegar Putra
Puisi: Syeh Batu
Karya: Esha Tegar Putra

Biodata Esha Tegar Putra:
  • Esha Tegar Putra lahir pada tanggal 29 April 1985 di Saniang Baka, Kabupaten Solok, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.