Oleh Esterlin Merrinov Putri Dewanti
Musik berubah cepat dalam beberapa tahun terakhir. Yang dulunya dianggap “musik pinggiran”, kini justru menguasai ruang dengar anak muda. Popdut perpaduan pop dan dangdut tiba-tiba menjadi genre yang paling sering muncul di TikTok, Instagram Reels, sampai event kampus. Fenomena ini muncul bukan tanpa alasan. Ada perubahan kebiasaan dengar, budaya digital, dan kebutuhan hiburan yang makin cair.
TikTok Sebagai Ruang Tumbuh Popdut
TikTok menjadi ruang tumbuh terbesar bagi popdut. Algoritmanya mendorong lagu dengan beat cepat dan lirik sederhana untuk lebih mudah viral. Begitu satu lagu dipakai untuk challenge, penyebarannya langsung merata. Contohnya “Garam & Madu (Sakit Dadaku)” Tenxi, Jemsii & Naykilla, yang meledak setelah banyak dipakai di TikTok. Dari timeline, masuk ke telinga. Dari telinga, masuk ke playlist harian.
Musik yang Menghidupkan Suasana
Anak muda juga menyukai musik yang bisa menghidupkan suasana. Popdut menawarkan itu: energik, ringan, dan mudah dinyanyikan. Lagu-lagu seperti “Rungkad” Happy Asmara atau “Sayang” Via Vallen bertahan lama karena cocok jadi backsound konten. Musik yang pas untuk “keseharian digital” lebih mudah diterima.
Efek Remixer dan DJ Version
Fenomena ini makin kuat ketika banyak musisi membuat versi remix. Seringkali, sebuah lagu baru benar-benar meledak setelah muncul versi DJ-nya. Lagu seperti “Ojo Dibandingke” Farel Prayoga atau “Konco Mesra” Nella Kharisma kembali naik setelah dibuat versi beat cepat yang lebih ramah TikTok. Imbasnya: popdut bukan hanya populer di platform digital, tapi juga menguasai event offline, dari pensi sampai kafe malam minggu.
Perubahan Selera Musik Anak Muda
Di sisi lain, selera anak muda juga berubah. Mereka tidak lagi terpaku pada genre yang dianggap “keren” secara tradisional. Selama lagunya enak, membuat mood naik, cocok dipakai dan didengar genre bukan masalah. Popdut menjadi simbol musik yang fun, egaliter, dan tidak mengharuskan pendengarnya untuk “paham musik”.
Bukti Kuatnya Budaya Lokal di Era Digital
Popularitas popdut juga membuktikan bahwa budaya lokal bisa sangat relevan di ekosistem digital. Musik dengan akar dangdut bisa bersaing dan bahkan menang ketika dikemas dalam format yang dekat dengan dunia anak muda. Ini membuka peluang besar bagi musisi lokal untuk naik panggung lewat jalur digital lebih cepat daripada dulu.
Bukan Sekadar Tren, Tapi Perubahan Cara Mendengar
Popdut bukan sekadar tren. Ia adalah cerminan perubahan cara anak muda memaknai musik: cepat, spontan, dan dekat dengan aktivitas digital mereka. Dari TikTok ia menyebar, dari telinga ia menetap, dan dari playlist sehari-hari ia tumbuh menjadi fenomena yang sulit dihindari.