Oleh Abid Khaidar Zamzami
Ilmu sains dan ilmu agama dipandang sebagai dua disiplin yang utuh serta memiliki keterkaitan satu sama lain, pengetahuan dianggap tidak lepas dari Al-Qur’an dan Hadist yang diyakini kebenarannya tanpa keraguan. Namun, beberapa ilmuwan memiliki pandangan bahwa ilmu sains dan ilmu agama sebaiknya berjalan sesuai ranahnya masing-masing. Ilmu sains menuntut keberadaan data yang empiris sebagai dasar pembuktian kebenaran, sementara itu, agama lebih cenderung menerima konsep-konsep yang bersifat abstrak dan tidak memiliki kepastian mutlak, dengan landasan utama berupa unsur-unsur keyakinan yang tidak selalu bersifat empiris.
Secara konseptual, integrasi ilmu dalam pendidikan Islam mengacu pada keterpaduan sistematik antara pengetahuan wahyu (nilai-nilai Al-Qur’an dan Hadist), dan pengetahuan rasional/empiris (sains, matematika, IPS, dsb.). Pendekatan integrasi berbeda dari sekadar penambahan mata pelajaran agama, ia menuntut sinkronisasi tujuan, materi, metode, dan penilaian sehingga nilai-nilai keagamaan menjadi kerangka interpretatif yang memberi makna pada pembelajaran ilmu umum.
Selama berabad-abad, seolah-olah ada dinding tak terlihat yang memisahkan ilmu agama dan sains (ilmu umum) . Sebagian menganggap keduanya berjalan di jalur yang berbeda, bahkan saling bertentangan. Padahal, jika kita menengok kembali kejayaan peradaban Islam di masa lalu, integrasi ilmu agama dan sains adalah kunci kemajuan. Bagi seorang muslim, memisahkan ilmu adalah mustahil, sebab keduanya berasal dari satu sumber: Allah SWT.
Di era modern ini, Pendidikan Agama Islam (PAI) memiliki tanggung jawab besar untuk membangun kembali jembatan tersebut. Integrasi bukan berarti mencampuradukkan, melainkan menyandingkan keduanya untuk mencapai pemahaman holistik tentang alam semesta dan kehidupan.
Dua Sisi Mata Uang: Ayat-Ayat Kauniyah dan Qur'aniyah
Dalam pandangan Islam, ilmu pengetahuan bagian menjadi dua kategori utama:
- Ayat-Ayat Qur'aniyah (Ilmu Naqli/Wahyu): Berasal dari Al-Qur'an dan Sunnah, fokus pada dimensi spiritual, moral, dan hukum ( syariah ). Inilah yang menjadi fokus utama dalam Ilmu Agama.
- Ayat-Ayat Kauniyah (Ilmu Aqli/Alam Semesta): Adalah tanda-tanda kebesaran Allah yang terhampar di alam. Ilmu ini dipelajari melalui observasi, eksperimen, dan akal ( sains seperti fisika, biologi, matematika).
Integrasi berarti menggunakan ayat-ayat Al-Qur'aniyah sebagai landasan filosofis dan etika bagi eksplorasi ayat-ayat Kauniyah. Sains tanpa agama bisa kehilangan arah moral, sementara agama tanpa sains berisiko menjadi statistik dan tidak relevan dengan perkembangan zaman.
Contoh nyata: Saat mempelajari biologi, siswa PAI dapat menyadari bahwa kompleksitas sel atau keajaiban siklus udara ( hidrologi ) adalah bukti nyata dari sifat Allah Al-Khaliq (Sang Pencipta) dan Al-Mushawwir (Sang Pembentuk). Dengan demikian, sains tidak hanya menambah pengetahuan, tetapi juga menguatkan iman.
Implementasi Strategi dalam Kelas PAI
Bagaimana cara praktis mengintegrasikan kedua ilmu ini dalam proses pembelajaran PAI?
- Kontekstualisasi Dalil: Guru PAI harus mampu menghubungkan dalil-dalil Al-Qur'an dan Hadis dengan fenomena ilmiah modern. Misalnya, membahas penciptaan manusia dalam Surat Al-Mu'minun dengan perspektif embriologi modern.
- Penciptaan Lingkungan Akademik Holistik: Sekolah atau kampus perlu merancang kurikulum yang memungkinkan kolaborasi antar mata pelajaran. Guru PAI, Fisika, dan Kimia bisa bekerja sama dalam proyek berbasis integrasi.
- Penguatan Etika Ilmiah: PAI berperan penting dalam menanamkan etika penelitian yang Islami, seperti kejujuran (amanah), tanggung jawab, dan penggunaan ilmu untuk kemaslahatan umat manusia (rahmatan lil alamin), bukan untuk kerusakan.
Integrasi ini membentuk manusia utuh (insan kamil), yaitu individu yang cerdas secara akal, kuat secara spiritual, dan bermanfaat secara sosial.
Tantangan dan Peluang
Tantangan terbesar dalam integrasi ini adalah minimalnya guru yang menguasai kedua disiplin ilmu secara mendalam. Dibutuhkan guru PAI yang tidak hanya fasih berbahasa Arab dan memahami Fiqih, tetapi juga memiliki literasi ilmu pengetahuan yang memadai.
Namun, peluangnya jauh lebih besar. Integrasi ilmu agama dan sains akan:
- Menghilangkan dikotomi dan rasa rendah diri pada siswa atau siswa yang memilih jurusan agama.
- Meningkatkan relevansi pendidikan Islam di mata masyarakat global.
- Menciptakan ilmuwan Muslim yang beriman teguh dan ulama Muslim yang berwawasan luas.
Integrasi ilmu agama dan sains dalam Pendidikan Agama Islam adalah sebuah keniscayaan. Ini bukan hanya proyek akademis, melainkan proyek peradaban. Dengan bersatunya kembali dua samudra ilmu ini, Pendidikan Islam akan mencetak generasi yang mampu membaca alam semesta sebagai kitab terbuka (Ayat Kauniyah) dan menjadikan Al-Qur'an sebagai pedoman hidup (Ayat Qur'aniyah). Ilmu adalah cahaya , dan integrasi menjamin cahaya itu menghasilkan seluruh aspek kehidupan.
Biodata Penulis:
Abid Khaidar Zamzami saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan.