Kalau kamu sering jalan muter kampus, kamu pasti sadar satu hal yang hampir jadi hukum alam: warung ayam ada di mana-mana. Di kiri ada ayam geprek, di kanan ayam kremes, belok dikit ayam katsu, jalan sedikit lagi muncul ayam goreng plus sambal-sambal ajaib khas masing-masing warung. Kadang rasanya kalau kamu tutup mata dan muter badan, begitu buka mata pasti yang kelihatan… warung ayam.
Dan lucunya, hampir semua mahasiswa punya hubungan khusus dengan ayam. Termasuk aku. Berkali-kali niat makan lain, bakso, mie ayam, nasi goreng—ujung-ujungnya tetap belok ke arah yang sama: warung ayam favorit. Kayak ada magnetnya.
Setelah dipikir-pikir, ada empat alasan sederhana kenapa ayam jadi pasangan hidup mahasiswa yang paling setia.
1. Harganya Bersahabat, Cocok Buat Dompet yang Kadang Pas, Kadang Lemas
Mahasiswa sering hidup dalam ritme keuangan yang naik turun. Kadang dompet aman, kadang tipis banget sampai harus buka aplikasi mobile banking sambil tarik napas.
Nah, ayam itu punya harga yang masuk akal di hampir semua kondisi dompet. Satu porsi ayam geprek, katsu, atau ayam goreng ala warung mahasiswa biasanya masih ramah buat jatah makan sehari-hari. Aku sendiri sering merasa “tenang” kalau pesan ayam—nggak perlu hitung-hitungan panik sebelum bayar.
2. Variasinya Nggak Ada Habis-Habisnya—Serius, Banyak Banget
Ayam itu seperti bahan makanan yang bisa berubah bentuk jadi apapun sesuai mood. Hari ini kamu mau pedas? Tinggal pilih ayam geprek. Besok mau yang renyah gurih? Ada ayam kremes. Mau yang simpel tapi nikmat? Ayam goreng siap tampil.
Dan belum lagi semesta sambal yang menemani: sambal ijo, sambal korek, sambal matah, sambal terasi, sambal bawang, bahkan sambal-sambal aneh kreasi warung yang kadang bikin kaget tapi nagih. Beda warung, beda karakter. Padahal sama-sama ayam.
Aku pribadi sering ganti-ganti: kalau lagi butuh pedas yang bisa bikin mata langsung melek, aku pilih ayam geprek; kalau ingin makan yang lebih tenang, aku cari katsu; dan kalau butuh makanan yang menenangkan hati, ayam goreng dengan sambal bawang selalu jadi andalan. Dan dengan variasi sebanyak itu, ayam hampir nggak pernah bikin bosan.
3. Warungnya Ada di Mana-Mana dan Masaknya Cepat
Aktivitas mahasiswa itu padat: kelas, tugas, rapat, deadline, revisi, dan di antara semua itu… lapar. Dalam hidup yang ngebut kayak gini, makanan cepat jadi penyelamat.
Ayam—apa pun versinya, umumnya cepat disajikan. Tinggal goreng sebentar, geprek, kasih sambal, plating sederhana, beres. Bahkan kalau lagi dikejar waktu, ayam sering jadi pilihan yang bisa dimakan sambil jalan, meski sedikit berisiko kalau sambalnya kebanyakan.
4. Mengenyangkan dan Bikin Energi Tetap Stabil
Ayam selalu jadi pilihan tepat ketika butuh makanan yang benar-benar bikin kuat menjalani hari. Dengan porsi yang pas dan protein yang lumayan, ayam bisa menjaga energi tetap stabil meski agenda kuliah penuh dari pagi sampai sore. Mau itu ayam geprek pedas, ayam goreng dengan sambal favorit, atau katsu yang tebal dan crunchy, semuanya memberi efek yang sama: perut kenyang lebih lama dan badan terasa siap menghadapi tugas berikutnya. Itulah kenapa banyak mahasiswa memilih ayam saat butuh “bahan bakar” cepat tapi tetap mengenyangkan.
Ayam & Mahasiswa: Duo Tak Terpisahkan
Pada akhirnya, ayam bukan cuma soal enak. Ia hadir karena harganya bersahabat, variasinya banyak banget, warungnya gampang ditemukan, dan porsinya bikin kuat bertahan hidup sepanjang hari. Yang jelas, kalau hidup mahasiswa diibaratkan novel panjang, ayam selalu muncul sebagai tokoh pendukung yang setia di setiap babnya.
Biodata Penulis:
Nahdia Aisyah Rasyanti saat ini aktif sebagai mahasiswa, Jurusan Pendidikan Ekonomi, di Universitas Sebelas Maret.