Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Malu Salat di Sekolah? Kisah Ahmad yang Bikin Hati Terenyuh

Yuk kenali lebih dekat tantangan spiritual remaja di sekolah dan temukan langkah-langkah yang bisa bikin mereka lebih percaya diri dalam beribadah.

Oleh Nuraini Tri Puji Mulyani

Halo teman-teman! Gue Nura, mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang baru aja selesai magang di salah satu SMP Negeri di Surakarta. Selama di sana, gue ketemu banyak cerita remaja yang bikin gue mikir ulang tentang dunia anak muda sekarang. Salah satunya adalah kisah Ahmad (nama samaran), bocah 14 tahun yang super taat salat di rumah, tapi begitu masuk sekolah, salat zuhur dan asar-nya sering kali hilang entah ke mana. Kok bisa ya? Nah, dari pengalaman ini, gue mau curhat tentang masalah spiritual yang sering banget dialami anak-anak kayak Ahmad. Ini bukan artikel kaku, tapi obrolan santai dari gue ke kalian. Yuk, duduk manis dan baca!

Dari Rumah yang Aman ke Sekolah yang Bikin Deg-degan

Bayangin aja deh, Ahmad itu anak yang bener-bener rajin di rumah. Orang tuanya aktif di kegiatan keagamaan, dan dia sering ikut salat berjamaah keluarga. Tapi pas di sekolah, semuanya kayak mimpi buruk. Waktu istirahat atau ekstrakurikuler, dia sering melewatkan salat zuhur dan asar. Kenapa? Karena malu banget! Teman-temannya sering ngejek, bilang "tumben" atau ngatain "sok alim". Ditambah lagi, mushola di sekolahnya kurang enak, waktu istirahat cuma sebentar, dan dia takut banget diejek kalau salat di depan umum. Akhirnya, Ahmad milih nggak salat biar nggak dikucilkan. Tapi di hati kecilnya, dia merasa bersalah dan cemas terus. Gue lihat sendiri gimana dia stres karena ini, sampe nggak konsen di kelas.

Malu Salat di Sekolah

Dari sini, gue jadi kepikiran kalo masalah spiritual kayak gini bukan cuma soal malas atau iman kurang, lho. Ini lebih ke tekanan dari teman-teman dan lingkungan sekolah. Remaja kayak Ahmad lagi dalam fase cari jati diri, di mana mereka pengen diterima teman, tapi juga nggak mau ninggalin nilai-nilai agama dari rumah. Gue pribadi percaya, ini masalah umum banget di zaman sekarang. Sekolah sering fokus ke pelajaran dan sosial, tapi spiritualitas sering kali terlewat. Padahal, salat itu bukan cuma ritual doang, tapi sumber ketenangan dan kekuatan buat hadapi hari-hari yang hectic.

Spiritualitas Anak Kita Butuh Dukungan dari Semua Orang, Bukan Cuma Kata-kata

Sebagai orang yang lagi belajar konseling spiritual, gue yakin banget bahwa masalah kayak Ahmad ini bisa diatasi kalau ada dukungan dari semua pihak. Jangan cuma salahkan anaknya, karena ini bukan salah mereka sepenuhnya. Orang tua, sekolah, dan teman-teman punya peran besar. Dari pengalaman gue, faktor utamanya adalah peer pressure itu loh, plus kurangnya fasilitas. Ahmad nggak mau salat karena takut dikucilkan, dan itu bikin dia konflik batin terus.

Opini pribadi gue, spiritualitas itu kayak api kecil yang perlu dijaga biar nggak padam. Butuh angin sepoi-sepoi (dukungan) dan bahan bakar (lingkungan positif) biar nyala terus. Kalau sekolah nggak siap, anak-anak kayak Ahmad bakal kesulitan banget. Gue pernah lihat di sekolah lain, ada yang punya program toleransi agama, dan siswanya lebih berani salat. Jadi, jangan biarin anak kita merasa "aneh" karena salat. Ini tentang bangun kepercayaan diri spiritual di tengah dunia yang serba cepat dan bebas.

Cara Bikin Anak Kita Lebih Berani Salat

Dari treatment yang gue lakuin sama Ahmad lewat wawancara satu-satu, diskusi kelompok, dan gue advokasi ke sekolah, gue dapet beberapa tips yang bisa langsung dipraktekkan. Ini pendapat gue berdasarkan hasilnya, yang akhirnya bikin Ahmad mulai berani salat di sekolah walau awalnya ragu-ragu.

Mulai dari rumah yang nyaman, orang tua ajarin anak paham hikmah salat. Bukan cuma "harus salat", tapi jelasin kalau salat itu sumber energi positif. Ahmad bilang, setelah gue ajarin refleksi pribadi, dia lebih yakin bahwa salat bikin dia tenang, bukan malah bikin repot.

Buka pintu diskusi, ngobrol sama anak tentang perasaannya. Jangan langsung marah kalau mereka melewatkan salat. Ahmad awalnya takut cerita ke orang tua karena takut disalahin. Gue saranin, buat sesi curhat rutin, biar mereka nggak nahan sendirian.

Sekolah harus lebih peduli! Sekolah perlu mushola yang nyaman dan waktu istirahat yang lebih fleksibel. Gue pernah advokasi ke kepala sekolah, dan hasilnya positif banget. Kalau sekolah dukung, anak-anak bakal lebih berani. Tambahin program toleransi, biar nggak ada lagi ejekan. Dari sekolah juga ternyata udah ngejadwalin piket buat bapak ibu guru mastiin siswa salat dengan aman dan nyaman.

Bangun komunitas yang positif, kayak ajak anak gabung kelompok keagamaan di sekolah atau komunitas online. Ahmad sekarang lebih percaya diri setelah ikut diskusi kelompok tentang toleransi. Ini bikin dia sadar, salat itu keren kalau didukung teman.

Gunakan teknik sederhana, kayak coba afirmasi positif dengan bilang ke diri sendiri "Gue kuat karena salat". Atau, mulai dari yang kecil dengan salat di tempat sepi dulu, baru berani di depan umum. Ahmad berhasil naikin persentase salatnya dari 0% ke 80% setelah beberapa sesi.

Yuk, Jaga Api Spiritual Anak Kita Bersama!

Dari kisah Ahmad, gue belajar bahwa spiritualitas remaja itu rapuh, tapi bisa diperbaiki kalau kita semua peduli. Ini bukan cuma masalah satu anak, tapi cerminan generasi kita. Gue pribadi yakin, kalau kita mulai dari empati dan aksi kecil, anak-anak kayak Ahmad bisa jadi lebih kuat spiritualnya. Orang tua, guru, dan teman-teman, yuk dukung mereka! Kalau kamu punya pengalaman serupa, share di komentar ya. Semoga artikel ini bermanfaat dan bikin kita semua lebih aware. Salam spiritual!

Artikel ini berdasarkan pengalaman pribadi gue selama magang, bukan nasihat profesional. Kalau butuh bantuan serius, konsultasi ke ahlinya ya!

© Sepenuhnya. All rights reserved.