Oleh Supiyah
Dalam kehidupan modern, sains berkembang dengan luar biasa pesat. Teknologi hadir di setiap sisi kehidupan manusia. Namun, seiring perkembangan itu, muncul berbagai persoalan moral dan nilai yang tak mampu dijawab oleh sains semata. Di sinilah agama hadir sebagai penuntun arah, agar kemajuan tidak kehilangan nurani.
Sejak dulu, hubungan antara sains dan agama kerap jadi bahan perdebatan. Ada yang menganggap keduanya berlawanan, tapi ada juga yang melihatnya sebagai pasangan serasi dalam mencari kebenaran. Ian G. Barbour, salah satu tokoh terkenal dalam kajian sains dan agama, membagi hubungan keduanya dalam empat tipe utama: konflik, independensi, dialog, dan integrasi.
1. Konflik (Sains vs Agama)
Model ini melihat keduanya tidak mungkin bertemu.
Sains menyatakan kebenarannya melalui rasionalitas dan eksperimen, sedangkan agama melalui wahyu. Model ini melihat sains dan agama sebagai dua hal yang bertentangan. Tokoh seperti John William Draper dan Andrew Dickson White menyebut sejarah penuh perseteruan antara gereja dan ilmuwan. Contoh yang sering disebut, yaitu konflik gereja dengan Galileo terkait teori heliosentris konflik gereja dengan Galileo tentang matahari sebagai pusat tata surya.
Pandangan ini cenderung memaksa orang memilih salah satu: sains atau agama.
2. Independensi (Saling Menghormati Wilayah)
Tokoh paling populer: Stephen Jay Gould dengan konsep NOMA (Non-Overlapping Magisteria).Sains mengurusi dunia empiris, agama mengurusi persoalan moral dan makna hidup. Tidak ada yang perlu saling ganggu keduanya saling menghormati batasannya masing-masing.
3. Dialog (Dua Arah yang Saling Menguatkan)
Di model ini, baik agama maupun sains bertemu dalam isu-isu yang sama, seperti penciptaan alam semesta, hakikat manusia, dan keberlanjutan hidup. Tokoh sentralnya antara lain:
- Ian Barbour
- John Polkinghorne
- Alister McGrath
Keduanya bisa saling belajar. Misalnya agama memperkaya etika dalam riset teknologi, sedangkan sains membantu menafsir ulang pandangan keagamaan tentang alam dan agama memberi arah moral, sementara sains memberi data dan solusi nyata.
4. Integrasi (Ilmu Bertemu Spiritualitas)
Model ini paling harmonis. Dalam tradisi Islam, ilmu tak pernah dipisahkan dari nilai ilahi. Pandangan ini melihat ilmu dan agama berasal dari sumber kebenaran yang sama. Dalam Islam, konsep tauhid menjadi dasar bahwa mempelajari alam berarti membaca ayat-ayat Allah. Tokoh-tokoh seperti:
- Syed M. Naquib al-Attas
- Ismail Raji al-Faruqi
- dan di Indonesia M. Amin Abdullah
Tanpa agama, sains bisa kehilangan arah moral, dan tanpa sains, agama bisa kehilangan kemampuan membaca zaman.