Oleh Nabila Qhairani
Danandjaya menyatakan bahwa folk (rakyat) adalah sinonim dari kolektif yang memiliki ciri-ciri kebudayaan yang sama. Danandjaya juga mengklasifikasikan cerita prosa rakyat menjadi tiga jenis: Mite, Legenda, dan Dongeng.
Folklor adalah kebudayaan kolektif yang diwariskan secara turun-temurun dari sekelompok orang tertentu yang memiliki ciri khas sosial dan budaya. Ada 3 jenis folklore yaitu: Folklor Lisan, Non Lisan, dan Semi Lisan. Folklor Lisan mencakup Mite, Legenda, Dongeng. Non Lisan meliputi Arsitektur tradisional, Pakaian tradisional, Obat-obatan rakyat, Alat musik tradisional, Kerajinan tangan tradisional dan Makanan tradisional. Semi Lisan kombinasi Lisan dan Non Lisan.
Setiap daerah di Indonesia memiliki makanan tradisional. Daerah-daerah tersebut memiliki makanan yang berbeda-beda. Saya akan membahas makanan tradisional di daerah Ulakan, Padang Pariaman, Sumatera Barat. Salah satunya yaitu Nasi Kunik (Nasi Kunyit).
Salah satu narasumber bernama Buk Des bersedia diwawancara terkait makanan tradisional di daerah Ulakan, Padang Pariaman. Buk Des berjualan di sekitar Masjid Syekh Burhanuddin.
Saya dan teman saya memperkenalkan diri dan berbincang. Sambil berbincang diselipkan pertanyaan demi pertanyaan untuk memenuhi syarat tercapainya data yang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Sambil berbincang, pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan. Pertanyaan mengacu pada apa saja makanan tradisional yang khas yang terdapat di daerah Ulakan ini. Beliau menjelaskan ada beberapa makanan seperti es buah nipah, pinyaram, pinukuik, dan nasi kunik.
Setelah mendengar itu, teman saya bertanya nasi kunik itu bagaimana? Kami penasaran dan Buk Des menjelaskan informasi mengenai nasi kunik berdasarkan apa yang beliau ketahui.
“Nasi kunik adalah nasi yang terbuat dari beras ketan/sipuluik, kunik (kunyit) dan santan. Cara pembuatannya adalah dikukus terlebih dahulu, setelah dikukus baru diberi santan, santan itu berkunyit. Setelah dikukus dikeluarkan, lalu diberi santan, diaduk-aduk. Dalam keadaan hangat-hangat itu diaduk-aduk. Terus lengket, lalu dimasak lagi. Pembuatannya seperti membuat nasi uduk, tapi nasi uduk tidak pakai kunyit. Nasi uduk pakai beras biasa, nasi kunyit ini beras ketan, itu bedanya”, Ujar Buk Des.
“Nasi kunik (nasi kunyik) dibuat pada acara pernikahan, maliek anak (melihat anak baru lahir), tagak kudo-kodo (menegakkan kuda-kuda dengan gotong-royong mendirikan rumah/mushala. Pada saat tagak kudo-kudo diwajibkan membuat nasi kunik. Tagak kudo-kudo itu bagi pendatang yang datang diberikan nasi kunyit, tapi karena sekarang orang mau senang, tidak mau buat nasi kunyit itu. Jadi dibeli saja Indomie untuk tenong orang. Padahal zaman dulu kalau orang tagak kudo-kudo nasi kunyit dimasukkan ke tenong. Dulu tidak boleh pakai mie, satu karung beras ketan dibeli untuk tagak kudo-kudo. Tapi kini orang mau senang, jadi dibeli saja mie, dimasukkan ke tenong satu, orang bosan dikasih dua. Pada zaman sekarang masih ada yang buat nasi kunik tapi tidak banyak, kisaran 5 liter. Waktu dulu tidak boleh pakai mie, satu karung beras pulut dibeli untuk tagak kudo-kudo. Dulu tidak boleh, sekarang senang. Cuma syarat tagak kudo-kudo tetap nasi kunyit tapi kisaran 2 atau 3 liter, tidak banyak-banyak”, Ujar Buk Des.
Nasi kunik dibuat sebagai syarat. Zaman dulu orang buat nasi kunik, misal besok tagak kudo-kudo malam dimasakkan, satu karung dimasak. Setiap orang ke rumah akan bawa beras, nanti dimasukkan nasi kunik atau mie itu.
Nasi kunik dibuat bersama-sama; satu orang memasak, satu orang mengaduk, dengan daun. Daun yang digunakan adalah daun pisang batu.
Kenapa harus pakai daun dan kenapa tidak sendok atau yang lain?
Buk Des tidak tahu tapi sepertinya biar harum. Yang membuat nasi kunik ini kan orang dahulu, orang tua-tua. Zaman sekarang kan sudah senang, mie saja bisa, untuk lihat anak dengan mie juga. Biasanya nasi kunik dikasihnya, nasi kunik-lapek. Nasi kunik-lapek itu isinya tapi zaman dulu.
Jika dijual apakah boleh?
Nasi Kunik jika dijual boleh saja tetapi tidak ada yang jual, kecuali lawannya lamang tidak apa. Misalnya sekarang musim durian, ada yang tagak kudo-kudo misalnya, orang itu dikasih lapek jo nasi kunyit dengan durian. Kayak nasi lemak jadinya. Tapi nasi lemak itu kan nasi putih.
Lapek sipuluk, tepung sipuluik (ketan) dibeli, nanti dikasih santan, diaduk kayak kue bawang, nantinya intinya dikasih kelapa, gula dan kacang tanah.
Apa makna nasi kunik?
Makna nasi kunik adalah pernikahan, tagak kudo-kudo, memang sudah ada dari nenek moyang, waktu dahulu tagak kudo-kudo ini nasi kunik dikasih orang masuk ke tenong, misalnya adik pergi ke rumah ibuk, bawa beras seliter dibungkus dengan jilbab letak di tenong. Bawa ke rumah orang, di mana tagak kudo-kudo, di situ sudah berkarpet, nasi kunik sudah terbungkus dengan daun. Zaman dulu dengan daun, sekarang sudah dengan kertas nasi.
Setiap daerah memiliki makanan khas tradisional masing-masing. Makanan tersebut sebagai cir khas daerah. Makanan yang masih dibuat di era sekarang dijaga dan dilestarikan sebagai warisan budaya Folklor Non Lisan, agar nantinya diketahui oleh anak cucu kita di masa yang akan datang.
Biodata Penulis:
Nabila Qhairani saat ini aktif sebagai Mahasiswa Sastra Indonesia, di Universitas Andalas.