Oleh Reno Apriano Befi Putrawan
Di tengah kemajuan era digital, akses terhadap informasi menjadi semakin mudah melalui berbagai saluran. Tapi, kemudahan ini tidak selalu memberikan dampak yang positif. Banjir informasi yang tidak terkontrol sering menyulitkan masyarakat untuk membedakan antara fakta ilmiah dan pernyataan yang tidak berdasar. Situasi ini menunjukkan bahwa literasi sains adalah kemampuan penting untuk bertahan dan berkembang di tengah kemajuan informasi. Literasi sains tidak hanya mencakup pengetahuan tentang konsep-konsep ilmiah seperti fisika, kimia, atau biologi, melainkan juga pemahaman mengenai cara kerja proses ilmiah dan bagaimana bukti dikumpulkan serta diverifikasi.
Dalam rutinitas harian, literasi sains berkaitan dengan pola pikir yang terbuka terhadap bukti. Individu yang memiliki literasi sains akan mengajukan pertanyaan kritis ketika menerima informasi baru, seperti menanyakan sumber informasi tersebut. Kebiasaan bertanya semacam ini membantu masyarakat menghindari jebakan hoax dan membuat keputusan yang lebih bertanggung jawab.
Perkembangan media sosial juga menimbulkan tantangan khusus. Informasi dapat menyebar dengan cepat tanpa melalui tahap verifikasi. Banyak konten yang menggunakan bahasa persuasif, tetapi sebenarnya tidak didukung oleh dasar ilmiah. Sebagai contoh, klaim tentang obat herbal tertentu yang diklaim dapat menyembuhkan berbagai penyakit serius tanpa bukti klinis yang kuat. Tanpa literasi sains, masyarakat berisiko mengambil keputusan yang membahayakan kesehatan diri mereka sendiri.
Selain kesehatan, masalah lingkungan juga menjadi fokus utama dalam literasi sains modern. Perubahan iklim, pencemaran udara, dan kerusakan ekosistem adalah isu-isu yang dampaknya semakin nyata. Namun, tidak semua orang memahami penyebabnya dan cara mengatasinya. Literasi sains memberikan kemampuan untuk menafsirkan data lingkungan, mengidentifikasi pola yang muncul, serta memahami kebijakan yang diterapkan. Dengan demikian, masyarakat dapat berperan aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan.
Kemajuan teknologi juga memerlukan literasi sains yang lebih solid. Teknologi seperti kecerdasan buatan, rekayasa genetika, dan bioteknologi berkembang dengan pesat. Teknologi ini menjanjikan manfaat besar, tetapi di sisi lain, teknologi ini memiliki risiko dan sisi negatifnya. Tanpa pemahaman ilmiah yang cukup, masyarakat dapat memiliki pandangan yang salah terhadap suatu informasi, misalnya, menganggap teknologi sebagai ancaman tanpa memahami cara kerjanya. Literasi sains membantu masyarakat mengevaluasi perkembangan teknologi secara lebih objektif.
Aspek penting lainnya adalah kemampuan menerapkan konsep ilmiah dalam pengambilan keputusan sehari-hari. Contohnya adalah kemampuan membaca label produk makanan, memahami kandungan nutrisi, atau mengenali bahan-bahan yang berpotensi berbahaya. Di dunia yang dipenuhi produk komersial, keputusan konsumen yang didasarkan pada ilmu pengetahuan menjadi semakin krusial. Literasi sains memungkinkan individu membuat pilihan yang lebih aman dan sesuai dengan kebutuhan.
Untuk meningkatkan literasi sains, pendidikan diperlukan yang tidak hanya menekankan penghafalan teori. Pendidikan sains yang ideal harus menyoroti proses berpikir, penyelesaian masalah, dan analisis bukti. Selain itu, masyarakat dapat memperbaiki literasi melalui kebiasaan membaca artikel ilmiah populer, menghadiri seminar, atau bergabung dalam komunitas diskusi berbasis sains. Kebiasaan ini melatih masyarakat untuk menilai informasi secara lebih mendalam.
Literasi sains tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga bagi masyarakat secara luas. Ketika tingkat literasi meningkat, kualitas diskusi publik pun ikut membaik. Kebijakan dapat dibentuk berdasarkan data, bukan spekulasi atau motivasi saja. Masyarakat dengan literasi sains yang baik cenderung lebih bijaksana, kritis, dan tidak mudah dimanipulasi. Dengan demikian, literasi sains dapat dianggap sebagai dasar penting untuk membangun masyarakat yang lebih cerdas dan berintegritas.
Literasi sains merupakan bekal utama untuk menghadapi arus informasi yang deras dan perkembangan teknologi yang cepat. Dengan literasi sains yang kuat, individu dapat mengevaluasi informasi secara lebih objektif dan mengambil keputusan yang lebih baik. Upaya untuk meningkatkan literasi sains harus dilakukan secara berkelanjutan melalui pendidikan, media, dan kebiasaan berpikir kritis dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat yang memiliki literasi sains yang baik akan mampu beradaptasi dengan tantangan zaman dan berperan aktif dalam menciptakan lingkungan sosial yang lebih sehat dan berpengetahuan.
Daftar Pustaka:
- Mujiono, M. (2024). Digital Literacy: Fundamental Competence for Modern Society. DIDAKTIKA: Jurnal Pemikiran Pendidikan, 30(115), –27.
- Putrayasa, I. M., Suwindia, I. G., & Winangun, I. M. A. (t.t.). Transformasi literasi di era digital: tantangan dan peluang untuk generasi muda. Essentialy Scientific Educational Research Journal (ESSRJ), 4(2), 159–165.
- Sari, P. A. E., Inggritiya, S. E., Reza, M. D., Wijayanto, R., Mahardika, I. K., & Bektiarso, S. (2023). Peran Teknologi Dalam Literasi Sains Siswa. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(2), 437–442.
- Wijaya, E. (2020). Teacher digital literacy competencies in Indonesia. Journal of Educational Research and Technology, 11(2), 163-172.
Biodata Penulis:
Reno Apriano Befi Putrawan saat ini aktif sebagai mahasiswa di Universitas Mulawarman. Penulis bisa disapa di Instagram @renoabp_