Coto Makassar Ritus Kepingan Rindu
Kaldunya adalah bumi yang diturunkan dalam periuk,
Kita adalah peziarah lapar yang menghitung waktu
Dengan sudu yang menyelam, mencari puing-puing
Kenangan yang direbus lembut dalam rempah-rempah sabar.
Dagingnya bukan sekadar sajian, melainkan peta usang
Setiap urat adalah jalan kampung yang terlupakan,
Setiap suap adalah pengakuan pada bumbu yang menyatu,
Menyelesaikan diri dalam kuah kuning yang pekat itu.
Tak ada yang asing di sini. Hanya rindu yang terpotong kotak,
Berendam dalam kuah emas, dibumbui oleh jarak.
Kita makan dalam hening, menyelesaikan perjalanan
Coto adalah upacara pulang yang dihidangkan dalam mangkuk.
Patto'losang, 19 Desember 2025
Analisis Puisi:
Puisi “Coto Makassar Ritus Kepingan Rindu” menghadirkan pengalaman kuliner sebagai ruang perenungan identitas, ingatan, dan kepulangan. Gita Nur Febriani tidak menempatkan makanan sekadar sebagai objek fisik, melainkan sebagai medium spiritual dan kultural yang menyimpan jejak kampung halaman. Melalui citraan coto Makassar, puisi ini menjelma menjadi ritus—sebuah upacara batin yang menyatukan rindu, jarak, dan perjalanan diri.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kerinduan pada kampung halaman dan identitas kultural yang dirawat melalui ritus makan. Tema pendukungnya meliputi:
- ingatan kolektif,
- kepulangan simbolik,
- relasi manusia dengan tradisi,
- makanan sebagai bahasa rindu.
Puisi ini mengangkat kuliner lokal sebagai penanda jati diri yang intim dan emosional.
Puisi ini bercerita tentang sekelompok “kita” yang digambarkan sebagai peziarah lapar—bukan semata lapar fisik, melainkan lapar akan kenangan dan rasa pulang. Mereka menyantap coto Makassar dengan kesadaran penuh, seolah setiap suapan adalah perjalanan menelusuri masa lalu.
Kaldunya diibaratkan sebagai bumi yang diturunkan ke dalam periuk, daging sebagai peta usang kampung halaman, dan kuah kuning sebagai ruang penyatuan diri. Makan bersama menjadi perjalanan batin, bukan aktivitas sehari-hari yang biasa.
Makna Tersirat
Beberapa makna tersirat yang terkandung dalam puisi ini antara lain:
- Makanan tradisional menyimpan ingatan kolektif dan identitas budaya.
- Rindu tidak selalu diekspresikan lewat kata, tetapi bisa dirasakan melalui rasa.
- Kepulangan tidak selalu berarti kembali secara fisik, melainkan secara batin.
- Tradisi adalah jembatan yang menghubungkan jarak dan waktu.
Puisi ini memperlihatkan bagaimana hal sederhana seperti makan dapat menjadi ritus eksistensial.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini cenderung:
- hening dan khidmat,
- hangat,
- kontemplatif,
- penuh rindu yang lembut.
Keheningan saat makan menandakan kesadaran penuh akan makna yang sedang dialami.
Amanat / Pesan yang Disampaikan
Puisi ini menyampaikan beberapa amanat, di antaranya:
- Jangan meremehkan tradisi, karena di sanalah identitas dan ingatan disimpan.
- Rindu bisa dirawat, bukan hanya ditahan, melalui perjumpaan dengan budaya sendiri.
- Kesederhanaan sehari-hari dapat menjadi ruang spiritual jika dijalani dengan kesadaran.
- Kepulangan adalah proses batin, bukan sekadar perpindahan tempat.
Puisi “Coto Makassar Ritus Kepingan Rindu” menunjukkan bagaimana sastra mampu mengangkat pengalaman lokal menjadi perenungan universal. Gita Nur Febriani berhasil menjadikan coto Makassar bukan sekadar hidangan, tetapi ritus batin yang merangkum rindu, perjalanan, dan identitas. Puisi ini mengingatkan bahwa dalam semangkuk makanan, sering kali tersembunyi sejarah, cinta, dan pulang yang tak terucap.
Biodata Gita Nur Febriani:
Gita Nur Febriani adalah penulis asal Bontojai yang sejak 2023 menjadikan menulis sebagai praktik kejujuran batin. Baginya, kata bukan sekadar alat ekspresi, melainkan ruang hidup untuk merekam kebenaran secara sederhana dan jujur.
Karyanya terhimpun dalam 193 buku antologi bersama puluhan komunitas literasi serta empat buku solo. Ia kerap menjadi finalis favorit dewan juri dan meraih sejumlah penghargaan literasi.
Pada tahun 2025 bergabung di COMPETER Indonesia (CI), Gita tercatat sebagai peserta yang lolos 36 Besar Anugerah COMPETER Indonesia (ACI) 2026, sebuah ajang sastra nasional yang pemenangnya diumumkan per 1 Januari 2026.
Gita bisa disapa di Instagram @git.a2000