Kala Janji Terbelah
Di antara tawa dan senyum manja
Kau hadir seperti mentari pagi
Namun bayangmu, menyuramkan hati
Ketika rahasia mulai terluka
Kata-kata manis penuh janji
Terukir di bibir yang pandai berbohong
Tapi nurani tak bisa kau dustai
Saat rindu menyapa dalam sepi
Kau pegang tangan yang setia
Namun tatapanmu tertuju yang lain
Di balik lengkung bibir yang tersipu
Ada kebohongan yang menari riang
Ku bertanya pada angin malam
Mengapa cinta harus terbagi?
Kala janji yang dulu indah
Kini menjadi luka yang dalam
Saat ini bukan sekadar kecewa
Tapi pecahnya kepercayaan suci
Kala hati harus merasakan
Dua dunia yang saling menyakiti
Biarlah waktu yang akan berbicara
Akan siapa yang benar dan salah
Tapi aku memilih melangkah
Meninggalkan luka yang terajut dusta
Kupang, 4 Desember 2025
Analisis Puisi:
Puisi “Kala Janji Terbelah” adalah sebuah refleksi emosional tentang cinta yang dikhianati, janji yang retak, dan hati yang memilih pergi demi menyelamatkan dirinya sendiri. Aprianus Gregorian Bahtera menulisnya dengan diksi sederhana namun sarat luka, sehingga pembaca dapat merasakan getirnya pengkhianatan cinta dari bait ke bait.
Tema
Tema utama puisi ini adalah pengkhianatan cinta dan retaknya kepercayaan. Tema tambahan yang menyertai adalah kecewa, perpisahan, dan pemulihan diri setelah luka emosional yang dalam.
Puisi ini bercerita tentang seseorang yang mengalami kekecewaan setelah mengetahui bahwa pasangan yang dulu ia percayai ternyata menyimpan kebohongan. Pada awalnya, sosok yang dicintai hadir “seperti mentari pagi”, membawa kebahagiaan. Namun perlahan, bayangan kelam tersingkap ketika “rahasia mulai terluka”.
Janji-janji manis ternyata hanya rangkaian kata yang mudah dipatahkan. Suasana semakin getir ketika tangan yang setia digenggam, tetapi tatapan sang kekasih justru “tertuju yang lain”. Inilah saat ketika cinta menjadi dua, janji terbelah, dan hati mulai mempertanyakan segalanya. Pada akhirnya, tokoh lirik memilih meninggalkan luka tersebut, sebab berjalan pergi lebih baik daripada tinggal dalam kebohongan yang terus menari.
Makna Tersirat
Makna tersirat dalam puisi ini antara lain:
- Cinta tanpa kejujuran adalah ilusi, dan cepat atau lambat kebenaran akan terungkap.
- Kekecewaan yang paling dalam lahir dari orang yang paling kita percaya.
- Ketika cinta terbagi, luka tidak hanya berasal dari pengkhianatan, tetapi dari hancurnya kepercayaan.
- Meninggalkan adalah bentuk perlawanan terhadap luka, bukan semata-mata tanda menyerah.
- Waktu adalah penentu kebenaran, sekaligus penyembuh luka yang ditinggalkan kebohongan.
Suasana dalam Puisi
Suasana dalam puisi ini dominan bernada sendu, getir, dan penuh perenungan emosional. Ada suasana sepi yang melingkupi tokoh lirik, terutama saat ia “bertanya pada angin malam”, menggambarkan keheningan yang menyimpan luka. Di sisi lain, terdapat pula nuansa ketegasan ketika ia memutuskan untuk “melangkah”, menandakan kekuatan batin yang bangkit dari keterpurukan.
Amanat / Pesan
Beberapa pesan moral yang tersurat maupun tersirat dalam puisi ini:
- Setiap hubungan harus dibangun atas dasar kejujuran, bukan sekadar kata-kata manis.
- Kepercayaan adalah sesuatu yang suci; sekali pecah, yang tersisa hanyalah luka.
- Cinta yang mendua tidak akan membawa bahagia, melainkan saling melukai.
- Lebih baik pergi daripada terus bertahan dalam kebohongan.
- Waktu akan mengungkap mana yang tulus dan mana yang hanya berpura-pura.
Imaji
Puisi ini memanfaatkan berbagai imaji untuk menghidupkan suasana emosional:
Imaji Visual
- “tawa dan senyum manja”
- “mentari pagi”
- “tatapanmu tertuju yang lain”
- “lengkung bibir yang tersipu”
- “dua dunia yang saling menyakiti”
Imaji ini membangun gambaran visual jelas tentang perilaku pasangan yang berubah serta luka yang muncul karenanya.
Imaji Auditori
- “ku bertanya pada angin malam” → menghadirkan kesan percakapan dengan alam dalam keheningan.
Imaji Perasaan
- Gambaran nurani yang “tak bisa kau dustai”
- Luka yang “terajut dusta”
Imaji perasaan ini memperkuat efek emosional.
Majas
Beberapa majas yang muncul dalam puisi:
Metafora
- “Kau hadir seperti mentari pagi” → melambangkan kebahagiaan dan harapan.
- “dua dunia yang saling menyakiti” → metafora untuk perasaan terbelah dan konflik batin.
Personifikasi
- “ada kebohongan yang menari riang” → menggambarkan kebohongan yang hidup dan berkembang.
Simile
- “berjalan bagai mata panah” (jika ada dalam gaya khas penyair, namun tidak muncul di puisi ini; hanya metafora yang digunakan).
Hiperbola
- “Luka yang dalam” menggambarkan intensitas rasa sakit.
Puisi “Kala Janji Terbelah” merupakan karya yang kaya emosi, menyentuh sisi paling rapuh dari hubungan manusia: kepercayaan. Melalui diksi yang lembut namun menyayat, Aprianus Gregorian Bahtera menunjukkan bahwa cinta tidak hanya tentang hadir bersama, tetapi juga tentang kejujuran dan keteguhan hati untuk menjaga apa yang telah dijanjikan. Ketika janji itu terbelah, pilihan untuk pergi menjadi bentuk keberanian—bukan karena tak lagi cinta, tetapi karena tidak lagi ingin disakiti.