Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Kumpulan Puisi karya Hamidah (Fatimah Hasan Delais)

Hamidah, pengarang yang mengukir sejarah dalam dunia sastra Indonesia, lahir dengan nama Fatimah (menggunakan nama Fatimah Hasan Delais setelah menikah) di Muntok, Pulau Bangka, Sumatra Selatan, pada tanggal 13 Juni 1915. Ia mengepakkan sayapnya sebagai seorang penyair dan novelis, menjadi salah satu sastrawan Angkatan Pujangga Baru yang berpengaruh. Karya-karyanya, terutama novel "Kehilangan Mestika," menciptakan jejak abadi dalam panorama sastra Indonesia.

Perjalanan Hidup Hamidah

Fatimah Hasan Delais, yang lebih dikenal sebagai Hamidah, lahir pada awal abad ke-20 di Muntok. Kehidupan masa kecilnya di Pulau Bangka menjadi dasar dan inspirasi bagi karyanya yang mendalam. Perjalanan hidupnya berlangsung pada periode penting dalam sejarah Indonesia, membawanya melewati peristiwa-peristiwa yang akhirnya menciptakan pandangan khasnya tentang dunia.

Novel Kehilangan Mestika

Pada tahun 1935, Hamidah merilis karya penuh gairahnya, "Kehilangan Mestika." Novel ini menjadi tonggak sejarah sebagai salah satu karya pertama seorang pengarang perempuan yang diterbitkan oleh Balai Pustaka, lembaga penerbitan terkemuka di masa itu.

Novel Kehilangan Mestika tidak hanya mencerminkan bakat sastranya, tetapi juga keberanian Hamidah dalam menghadirkan perspektif perempuan dalam sebuah novel.

Gaya Bahasa yang Sederhana Namun Menawan

Salah satu ciri khas karya Hamidah adalah penggunaan bahasa yang sederhana namun memesona. Ia mampu menyampaikan cerita dengan bahasa sehari-hari, membuat pembacanya terhubung dengan cerita secara mendalam. Caranya yang wajar, setapak demi setapak, membawa pembaca masuk ke dalam alur cerita tanpa membosankan.

Puisi-Puisi dalam Antologi Bersama

Selain novel, Hamidah juga menorehkan namanya di dunia puisi. Puisi-puisinya yang penuh emosi dan meresapi kehidupan sehari-hari dimuat dalam berbagai antologi bersama. Beberapa antologi terkenal yang menyertakan karyanya antara lain:
  1. Pujangga Baru: Prosa dan Puisi (1963); disunting oleh H.B. Jassin;
  2. Seserpih Pinang Sepucuk Sirih: Bunga Rampai Puisi Wanita (1979); disunting oleh Toeti Heraty;
  3. Tonggak 1: Antologi Puisi Indonesia Modern (1987); disunting oleh Linus Suryadi AG;
  4. Ungu: Antologi Puisi Wanita Penyair Indonesia (1997); disunting oleh Korrie Layun Rampan.

Karya yang Abadi dalam Perjalanan Sastra Indonesia

Meskipun hidupnya singkat, Hamidah mampu meninggalkan warisan sastra yang abadi. Karyanya tidak hanya menjadi bagian dari gerakan sastra Angkatan Pujangga Baru, tetapi juga menjadi inspirasi bagi generasi-generasi sastrawan selanjutnya.

Puisi Hamidah Terbaru

Pada tanggal 8 Mei 1953, Hamidah meninggalkan dunia ini di rumah sakit Charitas, Palembang. Namun, warisannya terus hidup dan menginspirasi para penggemar sastra Indonesia. Perjalanan hidup dan karya-karya Hamidah memberikan kontribusi yang tak ternilai pada perkembangan sastra Indonesia, membuka jalan bagi pengarang perempuan selanjutnya untuk mengukir namanya dalam dunia sastra yang membanggakan.

Sebagai bahan telaah, berikut kami sudah merangkum beberapa Contoh Puisi karya Hamidah untuk anda baca. Semoga bisa menjadi inspirasi dan bahan bacaan yang menyenangkan untuk melampiaskan rasa.

    Kumpulan Puisi karya Hamidah

© Sepenuhnya. All rights reserved.