Puisi: Mengunjungi Ambon (Karya M. Aan Mansyur) Mengunjungi Ambon Langit di atap teluk berwarna layar televisi yang sudah lama menolak aliran listrik. Sedih dan menarik. Kucatat empat hal lain untu…
Puisi: Melihat Api Bekerja (Karya M. Aan Mansyur) Melihat Api Bekerja Di kota ini ruang bermain adalah sesuatu yang hilang dan tak seorang pun berharap menemukannya. Anak-anak tidak butuh permainan. …
Puisi: Bermain Petak Umpet (Karya M. Aan Mansyur) Bermain Petak Umpet Kututup mata di depan, atau barangkali di belakang, pohon mangga dan menghitung satu dua tiga empat lambat hingga sepuluh. Kubiar…
Puisi: Hantu Bernyanyi (Karya M. Aan Mansyur) Hantu Bernyanyi Ia menekan-nekan tuts keyboard mengetik kata piano lagi dan lagi, juga titik dan koma, sambil dalam hati menyanyikan lagu ciptaannya,…
Puisi: Menjadi Lumba-Lumba (Karya M. Aan Mansyur) Menjadi Lumba-Lumba Aku pernah punya mimpi. Kau menulis angka-angka penanda di bahuku, semacam tato permanen. Aku juga menulis angka-angka serupa di …
Puisi: Melihat Peta (Karya M. Aan Mansyur) Melihat Peta hari ini kematian membisikkan perihal-perihal yang indah. langit pagi yang perangainya tenang dan hangat telah ditanggalkan. beruluran j…
Puisi: Menunggu Perayaan (Karya M. Aan Mansyur) Menunggu Perayaan Sol sepatumu bicara apa kepada jalan yang menjauh? Kuberitahu, hanya sedikit orang yang mampu mencapai ujung dan ketiadaan. Sekaran…
Puisi: Perihal Tokoh Utama Komik (Karya M. Aan Mansyur) Perihal Tokoh Utama Komik Ia berdiri. Luhur dan hening. Rapuh dalam ikatan yang rawan putus. Diselubungi jaring laba-laba dan kebisingan dari kepalan…
Puisi: Langit dan Laut di Timur (Karya M. Aan Mansyur) Langit dan Laut di Timur Masa lampai sering kali kita tolak kilaunya. Sebagian bintang di langit adalah hantu. Kala hidup, mereka peta penuntun kita …
Puisi: Mengunjungi Museum (Karya M. Aan Mansyur) Mengunjungi Museum 1. Ada remaja abadi yang tidak kaukenal dalam diriku. Selalu, di museum yang sama, ia seperti patung belum dirampungkan pahat. Ia …