Puisi: Bunga Bangsa (Karya Amal Hamzah)

Puisi "Bunga Bangsa" menggambarkan bagaimana semangat juang pada masa perang telah pudar. Orang-orang yang pernah menjadi pahlawan, pejuang, dan ....
Bunga Bangsa


Kata Nippon: Nippon Indonesia sama-sama
Kata Nippon: Dai Tooa
Kata Nippon: Asia Raya
Kata Nippon: Kemakmuran bersama

Kata Pengkhianat Bangsa: Saya bikin propaganda

Kembali engkau
setengah telanjang
lebih sedikit
dari binatang.

Tubuh
penuh cacat
borok-kudis.

Pandang
tiada seperti
manusia lagi.

Dulu
engkau prajurit
ekonomi
engkau bunga bangsa
kata mereka
yang menjerit-jerit
di Ikada.

Sekarang engkau kembali.

Dimana mereka
yang menyanjung
membujuk dikau
masuklah menjadi
prajurit ekonomi?

Di Siam
Di Burma
Di Malaya
Di Cochin-China
Ribuan temanmu mati.

Singapura,
ratusan
gadis-juru-rawat
melarat,
melontekan diri.

Yang berteriak
di Taman Raden Saleh,
Ikada,
telah lama lupa.

Waktu berangkat:
nyanyian musik
serta pekikan:
hidup prajurit
ekonomi!

Waktu kembali?

Dimana pekikan,
dimana musik?
di mana si Pengkhianat Bangsa?

Sumber: Pembebasan Pertama (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Bunga Bangsa" karya Amal Hamzah menciptakan narasi yang melibatkan suara kolektif dari sekelompok orang yang telah mendukung secara penuh semangat perjuangan dan nasionalisme dalam beberapa saat terjadinya konflik dan berakhirnya perang.

Perbandingan Realitas Glorifikasi dan Pengabaian: Puisi ini dimulai dengan suara yang mengagungkan semangat nasionalisme yang pernah tinggi, terutama selama perang ketika orang-orang Indonesia mendukung semangat perjuangan. Namun, dengan cepat, puisi ini bergeser ke realitas pasca-perang yang memperlihatkan mereka yang dulunya menjadi "bunga bangsa" - para prajurit ekonomi yang kini terabaikan dan dilupakan.

Kehilangan Semangat Nasionalisme: Puisi menggambarkan bagaimana semangat juang pada masa perang telah pudar. Orang-orang yang pernah menjadi pahlawan, pejuang, dan penjaga cita-cita nasionalisme kini terabaikan, melarat, dan dilupakan oleh masyarakat yang mereka dulu bela.

Kritik terhadap Pengkhianat Bangsa: Ada nada kritis yang tajam terhadap orang yang disebut sebagai "Pengkhianat Bangsa," seseorang yang dikatakan membuat propaganda yang kemudian mengakibatkan situasi sosial dan ekonomi yang mengenaskan bagi mereka yang dulunya berjuang untuk kepentingan bangsa.

Ironi Nasib: Puisi ini menyoroti kontras besar antara masa ketika semangat perjuangan dan idealisme tinggi dalam mendukung bangsa dan saat-saat setelah perang yang sekarang ditinggalkan tanpa dukungan, terabaikan, dan dilupakan.

Puisi ini membeberkan realitas pahit setelah perang dan mempertanyakan di mana semangat perjuangan, musik perjuangan, dan nyanyian kesetiaan saat kembali ke kehidupan pasca-perang. Menyoroti ketidakhadiran semangat semasa perang, puisi ini mengeksplorasi ironi nasib para pahlawan yang terlupakan setelah perang berakhir.

Amal Hamzah
Puisi: Bunga Bangsa
Karya: Amal Hamzah

Biodata Amal Hamzah:
  • Amal Hamzah lahir pada tanggal 31 Agustus 1922 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Amal Hamzah meninggal dunia pada tanggal 30 Juli 1987 di Duisdorf, Jerman Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.