Puisi: Sajak dari Ladang Garam (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Sajak dari Ladang Garam" memadukan elemen alam, kehidupan manusia, dan harapan untuk masa depan dalam sebuah gambaran yang indah dan bermakna.
Sajak dari Ladang Garam

Tuangkan air laut dari timba opeh
tuangkan air laut dari peluh
tuangkan air laut dari mata
tuangkan air laut dari mulut
tuangkan ke ladang garam
tuangkan antara Juwana - Rembang
ratakan dengan silinder gelugu
ratakan dengan tapak kaki
ratakan dengan angin gisik
semua adalah nyanyianmu
nyanyian dari ladang garam
saat lenggang perawan pesisir
lenyap di balik dinding berdesir
saat bocah-bocah ikut berburu ombak
saat perempuan-perempuan kecoklatan
senandungkan putaran ritmis gelugu
kelimis-kelimislah ladang garam
beri kerak-kerak putih nafas kehidupan
di situ tertumpah
hari-hari bebocah itu
senyum-senyum gisik itu
mimpi baju putih merah itu
mimpi sepatu bertali itu
mimpi tiang bendera upacara itu.

Jakarta, Desember 1984

Analisis Puisi:

Puisi "Sajak dari Ladang Garam" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya yang memadukan gambaran alam dan kehidupan manusia dengan keberadaan ladang garam.

Metafora Alam dan Kehidupan Manusia: Puisi ini menggunakan ladang garam sebagai metafora untuk kehidupan manusia. Ladang garam digambarkan sebagai tempat di mana air laut dituangkan, yang kemudian diratakan dan diolah oleh manusia. Hal ini mencerminkan bagaimana kehidupan manusia dapat dipengaruhi oleh lingkungan dan keadaan di sekitarnya, serta bagaimana manusia berusaha mengelola dan menyesuaikan diri dengan tantangan yang ada.

Kehadiran Alam dan Manusia: Dalam puisi ini, alam dan manusia disatukan secara harmonis. Air laut, timba opeh, peluh, mata, dan mulut adalah bagian dari alam yang digunakan manusia untuk menghasilkan ladang garam. Kehadiran alam dalam proses pembuatan ladang garam mencerminkan ketergantungan manusia pada alam dan bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

Penggambaran Kehidupan Pesisir: Puisi ini menggambarkan kehidupan di pesisir, di mana orang-orang, terutama anak-anak, berinteraksi dengan laut dan ladang garam. Anak-anak bermain dan berburu ombak, sementara perempuan berkecoklatan menyanyikan ritme gelugu. Ini menciptakan gambaran yang hidup dan meriah tentang kehidupan di pesisir, di tengah kesibukan ladang garam.

Simbolisme Mimpi dan Harapan: Puisi ini juga mencakup simbolisme mimpi dan harapan, yang tercermin dalam gambaran anak-anak yang bermimpi tentang baju putih merah, sepatu bertali, dan tiang bendera upacara. Mimpi-mimpi ini mencerminkan harapan dan aspirasi mereka untuk masa depan yang lebih baik, di tengah realitas kehidupan sehari-hari yang keras.

Harmoni dan Keseimbangan: Secara keseluruhan, puisi ini menciptakan gambaran tentang harmoni dan keseimbangan antara manusia, alam, dan kehidupan sehari-hari. Ladang garam menjadi metafora untuk proses kehidupan manusia, sementara alam memberikan dukungan dan kehidupan bagi manusia. Dalam kegiatan sehari-hari di ladang garam, ada kebahagiaan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik.

Dengan demikian, puisi "Sajak dari Ladang Garam" adalah sebuah puisi yang memadukan elemen alam, kehidupan manusia, dan harapan untuk masa depan dalam sebuah gambaran yang indah dan bermakna.

"Puisi: Sajak dari Ladang Garam (Karya Diah Hadaning)"
Puisi: Sajak dari Ladang Garam
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.