Puisi: Tukang Kebun (Karya Sapardi Djoko Damono)

Puisi "Tukang Kebun" merangkum perjumpaan antara kehidupan sederhana seorang tukang kebun dengan kehadiran tamu misterius yang membawa perubahan ...
Tukang Kebun


Setelah beberapa kali ketukan,
pintu kubuka; rupanya ada tamu
yang, katanya, menjemputku sore hari ini.
Apakah aku sudah pernah mengenalnya?

Waktu kutanyakan pergi ke mana,
jawabnya ringkas, "Ke sana, ke samudra raya!"
Ditunjukkannya pula rajah di lengannya:
gambar jangkar, tengkorak, dan kata tak terbaca.

Aku ini tukang kebun tua yang lahir dan dibesarkan
di pedalaman, sepanjang hidup hanya belajar
menghayati rumput, pohon, dan tanah basah,
mengurus pagar dan membersihkan rumah.

Aku tak mampu apa dan bagaimana lagi.
Pandanganku tinggal sejengkal,
dan telingaku? Suaraku sendiri pun tak dikenal.
Tamu itu membelalak ketika kupersilahkan duduk.

Tuhan, aku takut. Tolong tanyakan padanya
siapa gerangan yang telah mengutusnya.


Sumber: Arloji (1998)

Analisis Puisi:
Puisi "Tukang Kebun" karya Sapardi Djoko Damono adalah suatu karya sastra yang merangkum kehidupan sederhana seorang tukang kebun yang tiba-tiba dihadapkan pada kehadiran tamu yang misterius.

Pintu sebagai Simbol Penerimaan dan Keberanian: Puisi ini dimulai dengan adegan membuka pintu setelah beberapa kali ketukan. Tindakan membuka pintu menjadi simbol penerimaan terhadap perubahan atau kehadiran sesuatu yang baru. Tukang kebun tersebut menunjukkan keberanian dan keterbukaan dalam menghadapi tamu yang datang menjemputnya.

Perjalanan ke Samudra Raya sebagai Metafora Hidup: Ketika tukang kebun bertanya kemana tujuannya, tamu tersebut menjawab, "Ke sana, ke samudra raya!" Samudra raya di sini dapat diartikan sebagai metafora kehidupan yang luas dan penuh misteri. Perjalanan ke samudra raya mencerminkan perjalanan hidup yang penuh dengan petualangan, keberanian, dan ketidakpastian.

Gambaran Rajah pada Lengan sebagai Tanda Keberanian dan Kedalaman: Rajah yang tergambar di lengan tamu, mencakup gambar jangkar, tengkorak, dan kata tak terbaca, memberikan nuansa keberanian dan kedalaman. Jangkar bisa diartikan sebagai simbol kestabilan dan kekuatan, sementara tengkorak dapat merujuk pada misteri dan keabadian. Kata tak terbaca menambahkan elemen misteri pada karakter tamu.

Identitas dan Keterbatasan Tukang Kebun: Dengan menggambarkan dirinya sebagai "tukang kebun tua," penyair menonjolkan identitas dan keterbatasan karakter utama. Penggambaran kehidupan tukang kebun yang sederhana, menghayati rumput, pohon, dan tanah, menunjukkan kedalaman dan kebijaksanaan yang muncul dari pengalaman hidup yang sederhana.

Ketakutan dan Kedamaian dalam Pertemuan: Penutup puisi menyentuh pada perasaan ketakutan tukang kebun dihadapkan pada kehadiran yang misterius. Namun, permohonannya kepada Tuhan menggambarkan hubungan spiritual dan pencarian makna yang mendalam dalam menghadapi takdir yang belum jelas.

Puisi "Tukang Kebun" merangkum perjumpaan antara kehidupan sederhana seorang tukang kebun dengan kehadiran tamu misterius yang membawa perubahan besar. Dengan menggunakan gambaran-gambaran simbolis dan bahasa yang cermat, Sapardi Djoko Damono berhasil menyajikan narasi yang meresap dan memprovokasi pemikiran pembaca tentang makna hidup, perubahan, dan penerimaan takdir. Puisi ini memberikan ruang untuk refleksi mendalam tentang bagaimana kita merespons perubahan dalam hidup.

Puisi Sapardi Djoko Damono
Puisi: Tukang Kebun
Karya: Sapardi Djoko Damono

Biodata Sapardi Djoko Damono:
  • Sapardi Djoko Damono lahir pada tanggal 20 Maret 1940 di Solo, Jawa Tengah.
  • Sapardi Djoko Damono meninggal dunia pada tanggal 19 Juli 2020.
© Sepenuhnya. All rights reserved.