Puisi: Balada Sumini, Perempuan Muda Hilang Mahkota (Karya Diah Hadaning)

Puisi "Balada Sumini, Perempuan Muda Hilang Mahkota" menggambarkan ketidakadilan, penderitaan, dan semangat perlawanan seorang perempuan muda dalam ..
Balada Sumini
Perempuan Muda Hilang Mahkota

Bocah cilik dari Sragen itu
tumbuh sederhana di kawasan pemukiman transmigrasi
angin sepanjang musim dusun Mulyasari
mengasuhnya setia jadi memanisnya Lingga
Sumini namanya sederhana obsesinya
bisa dapat pekerjaan
terentas dari kemiskinan
dijelangnya Tanjungpinang penuh angan
bekerja di rumah bupati betapa nyeni
pedih perih tentunya sirna ganti pelangi.

Sumini senyumnya bunga mohon berkah Ilahi
ketika ruas waktu berubah jadi pedang berkarat
petang legam dan November berkhianat
seorang anak manusia lumpuh terjerat
dalam jaring sang bupati seharusnya penyelamat
sesalilah ya Sumini
kenapa penguasa tak berhati malaikat
kenalilah ya Sumini
seharusnya dirimu pintar bersilat
lelaki laknat mampu kaubabat.

Sumini merenung panjang
hilangnya kembang cabiknya sinjang
terus lukai hati gamang
racun membusuk dalam bayang hari depan terparang
Sumini perempuan kecil sederhana
hanya bisa menangis
hidup terkais dan tubuh amis
seandainya ia tegas kokoh semangat bagai feminis
siapa berani melecehkannya
siapa berani melukainya
karena ia badai lautan
yang siap menerjang setiap penghalang
yang siap menumpas hati telengas
yang siap merajang hasrat terjerang.

Sumini terus berpikir
jalan seperti tanpa akhir
Sumini terus mengigau
dulu Riau anggun memukau
Lancang Kuning sarat menghimbau
kenalilah para datuk dan para tun sri
kini tinggal dalam lembar legenda
di sekitarmu tersebar mozaik kenyataan
dan simpang siur pemberitaan
mengalir dari setiap kotak kaca
gemerisik dari aneka media massa.

Lalu aku harus bagaimana
tanyamu ngungun hatimu getun
tapi kuda maskulin telah terlanjur lepas kendali
menagih madu sekian hari sekali.

Sumini kenapa tak mampu kau pasang kuda-kuda
lalu pilih lapar ketimbang serahkan dada
Sumini kenapa tak mampu berkelit
lalu mengirim musuh ke negeri wingit.

Sumini meratap ulang berulang
di tahun emas negeri tersayang
siap menyongsong hari depan
yang kelabu adalah bayangan masa lalu
yang terang adalah lukisan masa datang
Sumini mengerang panjang
Riau, Riau, hidup siapa yang kemilau
Riau, Riau, hidup siapa yang jadi brayo
Riau, Riau, hidup Sumini nyata terlaso
ketuk hati segenap putri pertiwi ya Sumini
cari bara semangat jiwa
jika kata telah diubah dan nanah dikata fitnah
catatan agung tertutup bagi munafik
dari sang lidah yang meluncur batu akik
mari kubasuh lukamu ya Sumini
meski air leri terperas dari puisi.

Bogor, Desember 1995

Catatan:
Brayo adalah sejenis kacang polong yang rasanya sangat pahit.

Analisis Puisi:

Puisi "Balada Sumini, Perempuan Muda Hilang Mahkota" karya Diah Hadaning adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kisah tragis seorang perempuan muda yang kehilangan mahkotanya akibat perlakuan tidak adil dan kekerasan yang dia alami.

Latar Belakang dan Konteks Sosial: Puisi ini menghadirkan latar belakang kehidupan Sumini, seorang perempuan muda dari Sragen yang tumbuh dalam kawasan pemukiman transmigrasi. Latar belakang ini mencerminkan kondisi sosial masyarakat pedesaan di Indonesia, di mana akses terhadap pendidikan dan pekerjaan sering kali terbatas bagi perempuan.

Gambaran Tokoh Sumini: Sumini digambarkan sebagai perempuan sederhana yang memiliki impian untuk mendapatkan pekerjaan dan terbebas dari kemiskinan. Dia melihat pekerjaan di rumah bupati sebagai kesempatan untuk meningkatkan taraf hidupnya.

Konflik dan Tragedi: Puisi ini menggambarkan konflik dan tragedi yang dialami Sumini ketika dia terjerat dalam jaring sang bupati yang seharusnya menjadi penyelamat baginya. Perlakuan tidak adil yang dia terima menyebabkan Sumini lumpuh secara fisik dan merasakan kehilangan yang mendalam.

Pesan Kritis terhadap Kekuasaan dan Ketidakadilan: Melalui cerita Sumini, puisi ini menggambarkan pesan kritis terhadap kekuasaan yang korup dan ketidakadilan dalam sistem sosial. Penggambaran kehidupan Sumini mencerminkan realitas banyak perempuan muda di Indonesia yang rentan terhadap eksploitasi dan kekerasan.

Pemberontakan dan Semangat Perlawanan: Meskipun Sumini mengalami penderitaan yang mendalam, dia juga digambarkan sebagai sosok yang memiliki semangat perlawanan dan keberanian untuk melawan ketidakadilan. Dia mempertanyakan mengapa penguasa tidak memiliki belas kasihan dan mengapa dia tidak mampu untuk bertahan dan melawan.

Penutup yang Menyentuh: Puisi ini ditutup dengan nada yang menyentuh, menggambarkan harapan Sumini untuk masa depan yang lebih baik dan kesediaannya untuk menyembuhkan lukanya meskipun luka tersebut begitu dalam.

Dengan demikian, puisi "Balada Sumini, Perempuan Muda Hilang Mahkota" adalah sebuah puisi yang menggambarkan ketidakadilan, penderitaan, dan semangat perlawanan seorang perempuan muda dalam menghadapi kekerasan dan ketidakadilan dalam masyarakat.

Puisi: Balada Sumini, Perempuan Muda Hilang Mahkota
Puisi: Balada Sumini, Perempuan Muda Hilang Mahkota
Karya: Diah Hadaning
© Sepenuhnya. All rights reserved.