Puisi: Blues untuk Bonnie (Karya W.S. Rendra)

Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang mendalam, W.S. Rendra menghadirkan sebuah puisi yang memperlihatkan perjuangan manusia dalam ...
Blues untuk Bonnie

Kota Bostron lusuh dan layu
kerna angin santer, udara jelek,
dan malam larut yang celaka.
Di dalam café itu
seorang penyanyi Negro tua
bergitar dan bernyanyi.
Hampir-hampir tanpa penonton.
Cuma tujuh pasang laki dan wanita
berdusta dan bercintaan di dalam gelap
mengepulkan asap rokok kelabu,
seperti tungku-tungku yang menjengkelkan.

Ia bernyanyi.
Suaranya dalam.
Lagu dan kata ia kawinkan
Lagu beranak seratus makna.
Georgia. Georgia yang jauh.
Di sana gubug-gubug kaum Negro.
Atap-atap yang bocor.
Cacing tanah dan pellagra
Georgia yang jauh disebut dalam nyanyinya.

Orang-orang berhenti bicara.
Dalam café tak ada suara.
Kecuali angin menggetarkan kaca jendela.
Georgia.
Dengan mata terpejam
si Negro menegur sepi.
Dan sepi menjawab
dengan sebuah tendangan jitu
tepat di perutnya.

Maka dalam blingsatan
ia bertingkah bagai gorilla.
Gorilla tua yang bongkok
meraung-raung.
Sembari jari-jari galak di gitarnya
mencakar dan mencakar
menggaruki rasa gatal di sukmanya.

Georgia.
Tak ada lagi tamu baru.
Udara di luar jekut.
Anginnya tambah santer.
Dan di hotel
menunggu ranjang yang dingin.

Serentak dilihat muka majikan café jadi kecut
lantaran malam yang bangkrut
Negro itu menengadah.
Lehernya tegang.
Matanya kering dan merah
menatap ke surga.
Dan surga.
melemparkan sebuah jala
yang menyergap tubuhnya.

Bagai ikan hitam
ia menggelepar dalam jala
Jumpalitan
dan sia-sia.
Marah
terhina
dan sia-sia.

Angin bertalu-talu di alun-alun Boston.
Bersuit-suit di menara gereja-gereja.
Sehingga malam koyak moyak.
Si Negro menghentakkan kakinya
Menyanyikan kutuk dan serapah.
Giginya putih berkilatan
meringis dalam dendam.
Bagai batu lumutan
wajahnya kotor, basah dan tua.

Maka waktu bagaikan air bah
melanda sukmanya yang lelah.
Sedang di tengah-tengah itu semua
ia rasakan sentakan yang hebat
pada kakinya.
Kaget
hampir-hampir tak percaya
ia merasa
encok yang pertama
menyerang lututnya.

Menuruti adat pertunjukan
dengan kalem ia menahan kaget.
Pelan-pelan duduk di kursi
Seperti guci retak
di toko tukang loak.
Baru setelah menarik napas panjang
ia kembali bernyanyi.

Georgia.
Georgia yang jauh disebut dalam nyanyinya.
Istrinya masih di sana
setia tapi merana
Anak-anak Negro bermain di selokan
tak krasan sekolah.
Yang tua-tua jadi pemabuk dan pembual
banyak hutangnya.
Dan di hari Minggu
mereka pergi ke gereja yang khusus untuk Negro
Di sana bernyanyi
terpesona pada harapan akherat
kerna di dunia mereka tak berdaya.

Georgia.
Lumpur yang lekat di sepatu.
Gubug-gubug yang kurang jendela.
Duka dan dunia
sama-sama telah tua
Sorga dan neraka
keduanya usang pula.
Dan Georgia?
Ya, Tuhan
Setelah begitu jauh melarikan diri,
masih juga Georgia menguntitnya.

Sumber: Blues untuk Bonnie (1971)

Analisis Puisi:
Puisi "Blues untuk Bonnie" adalah karya yang menghadirkan gambaran tentang kehidupan yang keras dan penuh penderitaan, terutama di kalangan kaum Negro di Amerika.

Setting yang Gelap dan Kelam: Kota Bostron digambarkan sebagai tempat yang "lusuh dan layu", dengan udara yang jelek dan malam yang celaka. Ini menciptakan suasana yang gelap dan kelam, mencerminkan kondisi kehidupan yang sulit dan menyedihkan.

Penyanyi Negro dan Café yang Sepi: Penyanyi Negro tua yang tampil di sebuah café, hampir tanpa penonton, menghadapi kekosongan dan kesepian dalam pertunjukan musiknya. Ini menggambarkan perjuangan seniman dalam mengekspresikan diri mereka dalam kondisi yang sulit.

Georgia sebagai Simbol Penderitaan: Georgia digambarkan sebagai simbol penderitaan dan kehidupan yang keras bagi kaum Negro. Lirik-lirik lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi Negro membawa pendengarnya kepada gambaran tentang kemiskinan, ketidakadilan, dan keputusasaan di Georgia.

Tema Kemarahan dan Keputusasaan: Penyair menggambarkan kemarahan dan keputusasaan melalui tokoh penyanyi Negro yang marah dan putus asa terhadap kondisi hidupnya. Dia merasa terjebak dan terhina dalam keadaan yang sulit dan tidak adil.

Simbolisme Air Bah: Air bah menjadi metafora untuk datangnya perasaan yang mendalam dan menyapu sukma yang lelah. Ini mencerminkan kekuatan emosional yang luar biasa dari penyanyi Negro dalam mengungkapkan perasaannya melalui musik.

Penderitaan yang Abadi: Meskipun mencoba melarikan diri, tokoh dalam puisi ini tetap dikejar oleh penderitaan dan keputusasaan yang melekat pada kehidupannya. Bahkan di tengah kehidupan yang keras, Georgia masih menguntitinya, mengingatkannya akan penderitaan yang tak terelakkan.

Dengan menggunakan gambaran yang kuat dan bahasa yang mendalam, W.S. Rendra menghadirkan sebuah puisi yang memperlihatkan perjuangan manusia dalam menghadapi ketidakadilan dan keputusasaan, namun juga kekuatan musik sebagai sarana untuk mengekspresikan perasaan yang mendalam dan meredakan kesedihan.

Puisi W.S. Rendra
Puisi: Blues untuk Bonnie
Karya: W.S. Rendra

Biodata W.S. Rendra:
  • W.S. Rendra lahir pada tanggal 7 November 1935 di Surakarta (Solo), Jawa Tengah.
  • W.S. Rendra meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2009 (pada usia 73 tahun) di Depok, Jawa Barat.
© Sepenuhnya. All rights reserved.